Mohon tunggu...
Nusaibah IlliyyinPutri
Nusaibah IlliyyinPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Publikasi artikel ilmiah populer sebagai mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pembersih Busa untuk Membersihkan Sepatu, Efektivkah?

21 Desember 2023   14:58 Diperbarui: 22 Desember 2023   11:18 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 1898, B.J. Johnson mengembangkan formula pertama untuk sabun cair. Karena terbuat dari minyak kelapa sawit dan minyak zaitun, ia menamakannya Palmolive. Sabun ini langsung menjadi hit. Sabun cair pertama untuk pembersih rumah tangga kemudian dibuat dari minyak pinus dan diberi merek Pine-Sol.

Selama Perang Dunia I, lemak hewani yang masih digunakan untuk membuat sabun sangat langka, sehingga para ahli kimia di Jerman menciptakan bahan kimia pembersih yang terbuat dari bahan sintetis-bukan bahan alami dan detergen pertama kali dihasilkan pada periode ini.

Selanjutnya pada Tahun 1943, Laboratorium Proctor & Gamble menggaungkan kembali ide deterjen ini. Serpihan sabun cuci yang mereka jual membuat pakaian putih dan berwarna menjadi abu-abu. Kemudian, sabun ini direformulasi dengan menambahkan "surfaktan sintetis" senyawa fosfat dan enzim lainnya. Hasilnya suatu "Tide", yang dapat menembus noda berminyak yang bahkan sabun dan air saja tidak mampu untuk membersihkannya. Produk ini menjadi sangat populer, terutama di daerah yang memiliki banyak pasokan air mineral atau air "sadah", sehingga toko-toko harus membatasi jumlah yang dapat dibeli oleh setiap ibu rumah tangga.

Seiring berjalannya waktu, pada Tahun 1950-an, deterjen telah menggantikan sabun untuk mencuci pakaian di negara-negara maju. Kemudian pada tahun 1980-an, deterjen dikembangkan yang dapat membersihkan dalam air dingin. Pada Tahun 1990-an, deterjen cair super pekat muncul, dan pada tahun 2000-an, produk ramah lingkungan yang dapat terurai dan ramah lingkungan dirilis. 

Saat ini, sabun-sabun yang dijual secara teknis merupakan deterjen batangan berbasis minyak bumi atau bahan sintetis, seperti Natrium Lauret Sulfat, atau Sodium Laureth Sulphate (SLS), dan Natrium Dodesil Sulfat, atau dikenal dengan nama dagang Sodhium Dedocyl Sulphate (SDS). 

Biasanya, pada produk pakaian maupun alat rumah tangga, jenis detergen yang digunakan yaitu SDS. Karena, SDS cenderung lebih tinggi keras dibandingkan SLS. Adapun SLS sendiri banyak ditemukan pada produk kebersihan badan, seperti sabun, shampo, maupun pasta gigi. SDS atau SLS ini merupakan kandungan utama dari prosuk pembersih, yang disebut sebagai surfaktan.

Apa Itu Surfaktan dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Surfaktan merupakan suatu molekul kimia yang terdiri dari gugus hidrofilik (penyuka air), dan gugus hidrofobik (penyuka minyak). Bagian surfaktan yang menyukai air yaitu pada bagian kepala, sedangkan penyuka minyak ada pada bagian ekornya.

kenapa-air-saja-tidak-cukup-2-6583ef6412d50f19c53abb93.png
kenapa-air-saja-tidak-cukup-2-6583ef6412d50f19c53abb93.png

Gambar 1. Struktur Surfaktan

Surfaktan, dalam detergen berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan antara kedua cairan yang berbeda kepolarannya. Jika diibaratkan dengan seseorang yang memiliki perbedaan pendapat dan bersitegang, surfaktan inilah yang akan menengahi keduanya, sehingga suasana tegang dan perselisihan tidak akan terjadi.  

Adapun perannya dalam membersihkan sepatu, bagian kepala surfaktan cenderung akan menempel pada permukaan sepatu, sedangkan bagian ekornya akan menempel pada noda yang bersifat lebih non polar, seperti minyak, tanah, ataupun lumpur. Dengan demikian, kontak antar permukaan sepatu dengan noda menurun, sehingga sepatu dapat dicuci dan terpisahkan dari nodanya.

Produk-produk surfaktan inilah yang menggantikan peran minyak hewani yang sebelumnya digunakan untuk melisisikan atau menghancurkan molekul noda maupun sel-sel patogen, sehingga produk yang dibersihkan dapat bersih secara maksimal dan tersanitasi dengan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun