Mohon tunggu...
Noval Kurniadi
Noval Kurniadi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Speaking makes words, writing makes wor(l)ds

Passion is the fashion for ur ACTION. Passion without action is NO MENTION! | Kontributor wikipedia | www.valandstories.com | Novalku@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Review Film] Bad Genius: Let's to Be Genius, but Not to Be Bad!

19 September 2017   12:05 Diperbarui: 19 September 2017   13:38 19543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Bad Genius (dok. GDH 99)

Menjadi orang jenius adalah  dambaan setiap orang. Siapa sih yang enggak mau dianugerahi otak yang  encer? Semua orang pasti menginginkannya. Kalau hal itu ditanyakan  kepada saya, maka jawabannya adalah: mau banget!

Orang  yang jenius identik dengan hal yang baik atau positif. Tapi bagaimana  jadinya jika kejeniusan itu dijadikan suatu keburukan? Itulah yang  dikisahkan dalam "Bad Genius", sebuah film Thailand karya Nattawut  Poonpiriya. Berdurasi 130 menit, film keluaran GDH 99 ini  bercerita  tentang bagaimana seorang pelajar memanfaatkan kejeniusannya untuk  mendapatkan pundi-pundi uang. Dengan alur cerita yang ciamik, film ini  telah meraih penghargaan dalam kategori Best Featuredi New York Asian Film Festival 2017 dan Best Directordi Fantasia International Film Festival 2017. Thailand. Beruntung saya telah menontonnya dalam Komik Nobar beberapa waktu lalu.

Lynn  (Chutimon Chuengcharoensukying) adalah gadis yang memiliki otak yang  luar biasa. Kemampuan akademiknya sangatlah baik. Ia sering mendapatkan  prestasi semasa SMP. Berbagai piala dan penghargaan telah diraihnya.  Atas dasar itulah, selepas SMP ia berhak bersekolah di suatu SMA melalui  beasiswa tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Sebenarnya sih ia tidak  ingin bersekolah di sana. Namun karena dorongan dari sang ayah, akhirnya  mau tak mau ia menurutinya.

Awal-awal  masuk sekolah, Lynn adalah gadis lugu yang suka belajar. Kacamata  selalu bertengger di matanya. Namun setelah bertemu dengan Grace (Eisaya  Hosuwan), ia pun berubah. Ia tak lagi memakai kacamata. Meski begitu  itu tak berpengaruh pada kemampuan otaknya. Ia tetap jenius. Bahkan  kejeniusannya menjadikan ia sebagai guru les Grace.

Suatu  hari Grace mengajak Lynn untuk berkunjung ke rumah Pat (Teeradon  Supapunpinyo). Pat adalah kekasih Grace sekaligus teman sekelas Lynn dan  Grace. Ia adalah anak yang terlahir dari keluarga yang sangat kaya  raya. Di sana mereka bertiga berenang di kolam renang pribadi milik  keluarga Pat.

Para pemain Bad Genius (dok. GDH 99)
Para pemain Bad Genius (dok. GDH 99)
Di  saat itulah suatu hal yang tak pernah terduga di benak Lynn terjadi.  Grace keceplosan kalau saat ulangan Lynn pernah memberikan contekan yang  dituliskan lewat penghapus. Mendengar hal itu Pat merasa tertarik. Ia  pun meminta jasa Lynn untuk memberikan contekan saat ulangan atau  mengerjakan soal. Gratis? Tentu saja tidak karena Pat yang berlimpah  uang akan membayar jasa tersebut. Pat pun merayu Lynn akan pundi-pundi  uang yang lebih banyak karena ia juga akan mengajak teman-temannya yang  lain. Lynn belum memberikan jawaban.

Di  rumah, Lynn teringat akan ibunya. Lynn tinggal berdua dengan ayahnya  karena kedua orang tuanya telah bercerai. Lynn mencoba memainkan piano  yang sudah lama tak ia mainkan. Sang ayah mengingatkan Lynn untuk jangan  menganggu tetangga tetapi Lynn tak menurut. Ia tetap memainkan piano.  Di saat menekan tuts-tuts piano satu per satu tiba-tiba terbersit ide di  otaknya. Piano dan contekan, bukankah itu ide bagus?

Keesokkan  harinya Lynn mengajak Grace, Pat dan teman-temannya yang lain untuk  berkumpul. Di saat itu Lynn pun kemudian memberitahu kepada mereka  tentang bagaimana cara mendapatkan jawaban contekan dari Lynn. Caranya  adalah Lynn menggerak-gerakkan jari seperti bermain piano dan  teman-temannya harus memperhatikan dengan saksama. Tiap jawaban A, B, C  atau bahkan D memiliki pola gerakan jari yang berbeda. Semula mereka  bingung namun akhirnya mereka mengerti juga bagaimana cara memahami apa  jawaban yang diberikan Lynn. Sejak itulah Lynn bisa mendapatkan  pundi-pundi uang. Setiap kali melaksanakan misinya, saldo di buku  tabungannya selalu bertambah. Lynn yang sangat sayang dengan sang ayah  akhirnya membelikannya sebuah kemeja.

(dok. GDH 99)
(dok. GDH 99)
Bisnis  contekan Lynn yang terselubung dengan istilah "les piano" semula  berjalan mulus. Sampai akhirnya Bank (Chanon Santinatornkul), teman Lynn  yang juga memiliki otak encer mengetahuinya. Bank yang merasa tindakan  itu tidak benar kemudian melaporkan tindakan tersebut kepada kepala  sekolah. Akibatnya, hubungan antara Lynn dengan ayahnya sempat memburuk.

Di  saat Lynn ingin berubah dengan berhenti dari bisnis mencontek, tawaran  menggiurkan datang. Grace datang kemudian meminta Lynn untuk membantu  dirinya dan Pat agar dapat lolos kuliah di Amerika. Sayangnya, agar  dapat berkuliah di sana, mereka harus lulus dalam ujian STIC yang  teramat susah. Lynn pun tak perlu khawatir karena Pat akan membayar jasa  Lynn dengan bayaran yang lebih tinggi.

Lynn  semula menolak. Namun ujian STIC yang dilaksanakan secara serentak di  seluruh dunia membuat Lynn membuat ia berubah pikiran. Ia melihat ada  peluang di sana. Akhirnya terbersit sebuah ide di benaknya. Waktu  Australia lebih cepat daripada Thailand. Bagaimana jika ia mengerjakan  soal-soal STIC terlebih dahulu di Australia kemudian ia memberikan  contekan kepada teman-temannya di Thailand? Sayangnya, Lynn tak bisa  melakukan hal ini seorang diri. Ia butuh orang jenius lainnya. Ia pun  mengajak Bank. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun