Mohon tunggu...
Noval Kurniadi
Noval Kurniadi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Speaking makes words, writing makes wor(l)ds

Passion is the fashion for ur ACTION. Passion without action is NO MENTION! | Kontributor wikipedia | www.valandstories.com | Novalku@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menyelami Sejarah Lewat Pameran Lukisan Senandung Ibu Pertiwi

28 Agustus 2017   19:31 Diperbarui: 30 Agustus 2017   12:38 2771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pameran Lukisan Senandung Ibu Pertiwi (dok. galeri-nasional.co.id)

Berfoto di depan buah lukisan yang dipamerkan (dokpri)
Berfoto di depan buah lukisan yang dipamerkan (dokpri)
Setelah berkeliling, saya menyimpulkan suka dengan sebagian besar lukisan yang ada di sana. Semuanya bagus dan memiliki keindahan tersendiri. Namun jika disuruh memilih, saya telah memilih tiga lukisan favorit yang menurut saya paling menarik perhatian. Ini mungkin bersifat subjektif karena selera orang dalam menikmati seni lukisan tentu berbeda-beda.

Lukisan favorit pertama saya adalah lukisan karya Ida Bagus Made Widja dengan judul "Sambutan Rakjat Bali kepada Presiden Soekarno" yang dilukis pasa 1950. Saya suka banget dengan lukisan ini karena lukisan ini punya cerita yang kuat dengan gaya lukisan mirip dengan doodle. Dalam lukisan itu tergambar Presiden Soekarno yang diarak dan disambut oleh rakyat Bali. Suka banget di bagian Soekarno diarak. Melihat lukisan ini menambah wawasan saya tentang keadaan rakyat Bali saat itu. Kece banget lah pokoknya!

Lukisan karya Ida Bagus Mada (setelah diperbesar) (dokpri)
Lukisan karya Ida Bagus Mada (setelah diperbesar) (dokpri)
Berikutnya adalah lukisan karya Wen Peor berjudul "Terang Bulan". Lukisan ini dibuat pada 1950 dengan media cat minyak dan kanvas. Dengan kombinasi warna yang cerah didominasi merah dan hijau, lukisan ini seolah mengantarkan saya pada sebuah dunia imajinasi tak terbatas.

Lukisan
Lukisan
Terakhir adalah lukisan karya Ida Bagus Made Poleng  dengan judul "Sesadji Dewi Sri" pada 1953. Orang Bali jiwa seninya memang tinggi ya. Saya suka lukisan ini. Sebenarnya warna lukisan hanya didominasi dengan warna-warna yang kalem seperti  hijau kekuningan, cokelat dan putih. Namun justru di situlah kelebihannya. Lukisan ini seakan memiliki aura yang sulit dijelaskan dengan kata-kata namun seolah memberi pesan kepada manusia bahwa manusia seharusnya bersahabat dan menyatu dengan alam.

Lukisan karya Ida Bagus Made Poleng (setelah diperbesar) (dokpri)
Lukisan karya Ida Bagus Made Poleng (setelah diperbesar) (dokpri)
Pameran Senandung Ibu Pertiwi ternyata tak hanya memamerkan lukisan-lukisan koleksi istana saja akan tetapi juga informasi seputar sejarah Soekarno dengan lukisan-lukisan yang dikoleksinya. Informasi ini terdapat dalam foto, buku, majalah bahkan hingga surat kesepakatan. Benda-benda itu dipamerkan melalui meja berkaca.

Buku tentang Soekarno (dokpri)
Buku tentang Soekarno (dokpri)
Dari info-info tersebut akhirnya saya baru tahu bahwa ternyata Bung Karno sangat gemar dengan film. Makanya di setiap bangunan yang dirancangnya terdapat ruangan untuk menonton film. Di samping itu, Bung Karno juga suka melukis dan mengoleksi lukisan. Berkat lukisan, beliau menjadi semakin semangat untuk membangun karya arsitektur, terutama setelah kunjungannya ke museum seni lukis Tretyakovskaya di Moskow, Rusia pada 1956. Indonesia memang telah bersahabat baik dengan Rusia sejak masa itu.

Serius melihat foto di meja berkaca (dokpri)
Serius melihat foto di meja berkaca (dokpri)
Saking terkesannya dengan museum di Rusia, Soekarno bahkan ingin Indonesia memiliki National Gallery of Art yang terletak di lingkungan taman Monas yang berfungsi menyimpan koleksi-koleksi lukisannya. Bahkan menurut data arsip Istana Bogor, Soekarno tercatat sebagai kepala negara dengan koleksi lukisan terbanyak di dunia. Ia pun akhirnya merancang Galeri Nasional bersama para seniman di Jakarta. Namun karena meletusnya peristiwa GS30PKI pada 1965, rencana itu gagal terlaksana.

Tak ada rotan akar pun jadi. Akhirnya pemerintah pun memanfaatkan bangunan heritage bergaya arsitektur neo-klasik yang terletak di depan Stasiun Gambir untuk mewadahi kegiatan tentang senirupa di Indonesia.

Puas menyelami sejarah lewat lukisan-lukisan koleksi istana di Pameran Senandung Ibu Pertiwi di Galeri Nasional, kami pun mengakhiri penjelajahan di ruang pameran. Tak lupa kami juga menuliskan nama dan kesan-kesan selama berkunjung di buku tamu yang terletak di dekat pintu keluar.

Menulis nama dan kesan-kesan di buku tamu (dokpri)
Menulis nama dan kesan-kesan di buku tamu (dokpri)
Lalu apakah pameran ini sukses? Menurut saya sukses atau tidaknya suatu acara ditentukan dari apakah ada yang "menempel" di otak atau tidak setelah pengunjung selesai mengikuti kegiatan. Nah, kalau saya pribadi menilai bahwa pameran Senandung Ibu Pertiwiini sukses karena meninggalkan kesan mendalam bagi saya. Beberapa goresan lukisan masih terngiang-ngiang di memori hingga saat ini. Saya pun jadi sadar bahwa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan sejarah. Lukisan pun merupakan salah satu media penyampaiannya.

Secara keseluruhan pameran ini sempurna. Hanya saja saya ingin memberikan masukan bagaimana kalau ada merchandise  seperti sticker, pin mini atau mungkin gelang karet yang dibagikan secara gratis? Saya rasa kegiatan ini pasti akan jauh lebih menarik dan mengundang perhatian banyak orang. Sebagai penikmat seni, saya berharap ini bukan pertama dan terakhir kali saya mengunjungi pameran lukisan koleksi istana. Semoga pemerintah menjadikan kegiatan ini sebagai kegiatan tahunan dan juga berharap diadakan di kota-kota lain sehingga semakin banyak orang Indonesia yang dapat merefleksikan kehidupan dan belajar sejarah lewat goresan cat warna pada kanvas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun