Mohon tunggu...
A Nizam Syahiib
A Nizam Syahiib Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Kehutanan Universitas Lampung

Fokus Fokus Fokus!!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Lokakarya dari Dalam Hutan Rawa Kidang - Taman Nasional Way Kambas

23 Juli 2023   21:29 Diperbarui: 24 Juli 2023   07:59 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bersama. Sumber: Sumber: Tim dokumentasi unila

Sehingga perlu ada pola atau mainset adaptasi yang baik terhadap adanya konflik Gajah dan Manusia.  Dari banyaknya zona di dalam hutan alangkah baiknya menjaga agar lebih baik lagi, seperti Rawa Kidang yang sekarang telah berhasil menjadi restorasi yang dari tandus menjadi tajuk yang sejuk dan Rawa Kidang sendiri menjadi tempat menanam pohon makanan badak seperti spesies dari suka Euphorbiacecae, Rubiaceae, dan Malstomataceae KTH di sekitar hutan TNWK sudah banyak makmur dan tidak sering terjadi konflik dengan gajah dikarenakan pihak TNWK sendiri telah membuat tanggul agar ketika gajah sumatera tidak masuk ke dalam pemukiman masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan.

Selanjutnya materi Forum Konservasi Gajah Indonesia disampaikan oleh Pak Donny Gunaryadi. Pendirian PLG pada awalnya disampaikan untuk meminimalkan konflik antara gajah sumatra dan manusia. Gajah yang telah dijinakkan kemudian dilatih untuk membantu penanganan konflik gajah dengan manusia, penyelamatan satwa, patroli pengamanan, serta Kendaraan untuk mendukung operasi pemadaman kebakaran hutan.  Selain di PLG, gajah jinak juga terdapat di lokasi Elephant Response Unit (ERU) yang tersebar di lokasi yang memiliki potensi Interaksi Gajah-Manusia. 

Jumlah keseluruhan gajah jinak yang berada di TNWK sebanyak 61 ekor, dengan rincian sebagai berikut: (a) PLG: 34 ekor gajah (20 jantan dan 14 betina); (b) ERU Margahayu: 6 ekor (4 jantan dan 2 betina); (c) ERU Braja Harjosari: 6 ekor (4 jantan dan 2 betina); (d) ERU Tegal Yoso: 8 ekor (5 jantan dan 3 betina); dan (e) ERU Bungur: 7 ekor (3 jantan dan 4 betina). Hal menarik dengan cukup banyaknya gajah di TNWK yaitu cukup banyaknya jumlah feses gajah yang dihasilkan.  Berlandaskan penelitian yang dilakukan oleh Tim Peneliti Gajah BTNWK serta Lembaga KOMUNAL pada tahun 2022, rata--rata kuantitas feses gajah yang dihasilkan sebanyak 5.090 kg/hari dari total 61 ekor gajah jinak di PLG dan ERU.

Pemanfaatan feses gajah harus berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.2/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2018, maka pemanfaatan feses gajah yang merupakan sumberdaya genetik harus melalui prosedur yang telah ditetapkan, dimana perizinan akses pada sumberdaya genetik dan pengetahuan tradisional sumberdaya genetik spesies liar yang dilindungi menjadi kewenangan pemerintah pusat. Apabila feses gajah termasuk dalam ruang lingkup kebijakan tersebut maka prosedur pemanfaatannya harus berdasarkan kebijakan tersebut.

Bila feses gajah hanya akan dimanfaatkan bentuk fisik fesesnya setelah dikeringkan selama sekitar 15 hari maka artinya tidak memanfaatkan sumberdaya genetik. Artinya, masyarakat bisa memanfaatkannya dengan izin KLHK.

Materi selanjutnya disampaikan oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung yaitu Bapak Ir. Yayan Ruchyansyah, M. Si, IPU. Menurut beliau, Kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) memiliki peran untuk melindungi berbagai satwa liar. Keberadaan populasi satwa liarnya masih terjaga dengan baik, khususnya lima jenis mamalia besar, yaitu: gajah sumatera (Elephant maximus sumatranus), harimau sumatera (Panthera tigris), badak sumatera (Diserorhinus sumatranus), tapir (Tapirus indicus), serta beruang madu (Helarctos malayanus).  

Di TNWK juga bisa ditemukan adanya salah satu lokasi gajah yang telah dijinakkan yaitu Pusat Latihan Gajah (PLG).  Apabila dikalkulasi selama satu bulan, maka jumlah feses gajah rata-rata sebanyak 152.715 kg/bulan. Jumlah feses gajah sebanyak itu, saat ini hanya dibiarkan saja bertumpuk-tumpuk di salah satu sudut TNWK. Banyaknya feses gajah yang tidak diolah tersebut berpotensi memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, khususnya pencemaran terhadap tanah dan air, menimbulkan bau hingga waktu tertentu, menyebarkan penyakit diare dan cacingan pada gajah serta menyebabkan pemandangan yang tidak nyaman. 

Banyaknya feses gajah akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan gajah, karena limbah tersebut akan menimbulkan munculnya cacing parasit yang menggangu pencernaan dalam tubuh gajah, sehingga penyerapan makanan akan terganggu dan menimbulkan masalah kesehatan bagi satwa tersebut.  Dengan adanya kegiatan ini masyarakat sekitar kawasan hutan TNWk memahami bahwa pentingnya pengetahuan mengenai pemanfaatan feses gajah. Perlu segera ada action di lapangan untuk merealisasikan pemanfaatan dan juga pengolahan lanjut feses gajah secara ekologis dan tidak melanggar kebjakan yang ada di Indonesia.

Penyampaian Materi. Sumber: Tim dokumentasi unila
Penyampaian Materi. Sumber: Tim dokumentasi unila

Acara selanjutnya yaitu dibuka sesi diskusi atau session tanya-jawab dengan moderatornya Bapak Hari Kaskoyo. Banyak peserta membagikan pertanyaan mengenai materi yang sudah diberikan seperti kenapa "feses gajah yang berlimpah harus dimanfaatkan" jawabannya yaitu karena bisa membawa bibit penyakit dan sebenarnya bisa untuk dijadikan media tanam berupa kompos blok, dan ternyata dapat juga digunakan untuk pembuatan pupuk organik. Pertanyaan selanjutnya "bagaimana cara mengakses terhadap SDG Spesies Liar?", jawabannya yaitu dengan cara pertama-pertama menyusun Proposal kemudian nomor 2. Terjamin PADIA atau PIC dan seterusnya seperti yang sudah diinformasikan sebelumnya.

Diskusi Bersama. Sumber: Sumber: Tim dokumentasi unila
Diskusi Bersama. Sumber: Sumber: Tim dokumentasi unila

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun