Mohon tunggu...
Khanif Fauzan
Khanif Fauzan Mohon Tunggu... Penulis - Pustakawan

Terima kasih telah berkunjung, semoga barakah manfaat! :) https://linktr.ee/fauzankhanief

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenapa Hatiku Rusak?

24 Juni 2020   10:48 Diperbarui: 15 Januari 2022   10:11 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pikiran Kacau Merusak Hati

"Dasar lelaki ngga punya hati!"

Tempelkan telapak tangan kita di dada, maka kita akan rasakan degub getarannya secara nyata, itulah hati dalam wujud fisik. Lain halnya bila seorang wanita memaki kekasihnya, "Dasar lelaki ngga punya hati!" tentu yang ia maksud adalah hati secara non-fisik, hati ruhaniah. Hati secara fisik adalah organ tubuh manusia, hati secara ruhaniah adalah 'inti kehidupan manusia'

Dimana-mana kita melihat beraneka macam wujud manusia.  Kita lihat secara fisik, ada wujud manusia yang sehat maupun manusia cacat. Tanpa sadar kita membuat  persepsi, bahwa manusia sempurna adalah individu yang memiliki bentuk tubuh yang bagus, wajah tampan, badan sehat dan kuat, serta hidup secara nyata di tengah masyarakat. Manusia cacat, adalah manusia yang sakit dan butuh pengobatan.

Meski secara fisik seorang manusia terlihat sempurna, hati manusia dikatakan telah 'mati' apabila seringkali berbuat jahat. Sebaliknya, bila seseorang itu baiknya luar biasa, dia selalu dianggap hidup meski secara fisik dia cacat. Meski penyakit fisik menggerogoti hatinya.

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda, "Dalam setiap tubuh ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh itu. Ketahuilah, itu adalah Qalb (hati)" (HR. Bukhari-Muslim)

Karena hati adalah inti jiwa, berarti membicarakan manusia, adalah membicarakan tentang keadaan hatinya. Kita periksa diri kita, termasuk yang mana hati kita? Apakah hati kita termasuk yang 'sakit'?

Hati yang rusak disebabkan kemasukan kotoran yang banyak. Seringkali sesungguhnya hati kita sedang sakit, tapi nggak kerasa dari pada sakit fisik, sepeti masuk angin, flu, atau sejenisnya. Padahal Rasulullah mengingatkan, bagian terpenting dari manusia adalah hati. Manusia adalah hatinya.

Shalat tak pernah bisa khusyu, sebab hatinya tak pernah di pakai. Yang di pakai organ lain, matanya, mulutnya, tangannya, jadinya terasa hambar ketika beribadah. Hati yang sehat, walau matanya sakit, tilawah Qur'an 5 Juz pasti kuat. Mata sehat, hatinya sakit, tilawah satu halaman saja bisa ngantuknya luar biasa.

Hidup jadi tak terasa hidup, sebab alat hidup nggak di jaga. Hati yang sering di buka lebar-lebar dari kotoran dan penyakit, menyebabkan perasaan menjadi tumpul.

Salah satu cara menjaga hati, adalah menjaga agar tidak kemasukan harta yang haram dan syubhat. Apabila tubuh selalu mengkonsumsi yang halal, maka anggota tubuh akan mudah taat kepada Allah. Sebaliknya, bila tubuh kemasukan yang haram dan syubhat, suka nggak suka akan mudah sekali di ajak maksiat. Berat di ajak taat.

Ada beberapa ciri yang terdapat pada seorang manusia, agar kita tahu hati kita termasuk hati yang hidup ataukah mati. Seperti yang di jelaskan oleh Al-Habib Muhammad bin Abdullah Alaydrus dalam Kitab Idhahu Asrari 'Ulumil Muqarrabin berikut :

"Adapun hamba yang hatinya hidup, kamu akan melihatnya dicintai masyarakat, berada dalam kesenangan (uns), tenang hatinya, baik perbuatannya, dan berwibawa penampilannya karena cahaya Allah yang memancar dari tubuhnya. Dengan hanya melihat hamba tersebut, jiwa merasakan kenikmatan"

Salah satu contohnya adalah Almaghfurllah Ustadz Arifin Ilham. Beliau sakit parah, tapi amaliyahnya Masya Allah. Lisan beliau tak pernah lepas dari dzikir.

"Adapun orang yang hatinya mati, kamu akan melihatnya murung, perbuatannya buruk, tidak pernah merasakan ketenangan dalamkeadaan apapun, diliputi kesedihan dan kebencian, tunduk pada hawa sehingga orang itu menjadi buta dan tidakdapat melihat aib-aibnya.

"Keadaan ini membuat hati bingung dan tidak tenang, ia seperti seseorang yang rumahnya roboh. Karena hati adalah rumah akal, maka akal akan bersedih bila rumahnya roboh"

Jika seseorang telah membiasakan hatinya dengan kebenaran dan perilaku yang baik, itu tercermin dalam lisannya yang sulit diajak berdusta.

"Lisan adalah penerjemah hati"

Semarang, 24 Juni 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun