Mohon tunggu...
nitanirwana
nitanirwana Mohon Tunggu... Guru - guru sejarah

saya seorang guru sejarah di sma tri sukses dan lulus kuliah di universitas lampung 2017

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengawasi dan Mengatur Stabilitas Keuangan Demi Negara

11 Juni 2019   06:30 Diperbarui: 11 Juni 2019   06:46 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Jadi otoritas moneter, perbankan serta skema pembayaran, pekerjaan penting Bank Indonesia bukan saja jaga kestabilan moneter, tetapi kestabilan skema keuangan (perbankan serta skema pembayaran). 

Kesuksesan Bank Indonesia dalam jaga kestabilan moneter tanpa ada dibarengi oleh kestabilan skema keuangan, tidak bisa banyak berarti dalam memberi dukungan perkembangan ekonomi yang berkepanjangan. Kestabilan moneter serta kestabilan keuangan seperti dua bagian mata uang yang tidak bisa dipisahkan. 

Kebijaksanaan moneter mempunyai efek yang relevan pada kestabilan keuangan begitupun sebaliknya, kestabilan keuangan adalah pilar yang memicu efektivitas kebijaksanaan moneter. 

Skema keuangan adalah satu diantara jalur transmisi kebijaksanaan moneter, hingga jika berlangsung ketidakstabilan skema keuangan karena itu transmisi kebijaksanaan moneter tidak bisa berjalan dengan normal. 

Sebaliknya, ketidakstabilan moneter dengan mendasar akan memengaruhi kestabilan skema keuangan karena tidak efektifnya peranan skema keuangan. Berikut sebagai latar kenapa kestabilan skema keuangan masih adalah pekerjaan serta tanggung jawab Bank Indonesia

Pertanyaannya, bagaimana fungsi Bank Indonesia dalam pelihara kestabilan skema keuangan? Jadi bank sentra, Bank Indonesia mempunyai lima peranan penting dalam jaga kestabilan skema keuangan. Ke lima peranan penting yang meliputi kebijaksanaan serta instrumen dalam jaga kestabilan skema keuangan itu merupakan:

Pertama, Bank Indonesia mempunyai pekerjaan untuk jaga kestabilan moneter diantaranya lewat instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk dapat memutuskan kebijaksanaan moneter dengan pas serta sama.

 Ini mengingat masalah kestabilan moneter mempunyai efek langsung pada beberapa segi ekonomi. Kebijaksanaan moneter lewat aplikasi suku bunga yang begitu ketat, akan condong berbentuk mematikan pekerjaan ekonomi. 

Begitupun sebaliknya. Oleh karenanya, untuk membuat kestabilan moneter, Bank Indonesia sudah mengaplikasikan satu kebijaksanaan yang dimaksud inflation targeting frame-work.

Ke-2, Bank Indonesia mempunyai peranan penting dalam membuat kapasitas instansi keuangan yang sehat, terutamanya perbankan. Penciptaan kapasitas instansi perbankan semacam itu dikerjakan lewat proses pengawasan serta peraturan. 

Seperti dalam di beberapa negara lain, bidang perbankan mempunyai pangsa yang menguasai dalam skema keuangan. Oleh karenanya, kegagalan di bidang ini bisa memunculkan ketidakstabilan keuangan serta mengganggu perekonomian. 

Untuk menahan berlangsungnya kegagalan itu, skema pengawasan serta kebijaksanaan perbankan yang efisien sebaiknya ditegakkan. Diluar itu, disiplin pasar lewat wewenang dalam pengawasan serta pembuat kebijaksanaan dan penegakan hukum (law enforcement) harus digerakkan. 

Bukti yang ada tunjukkan jika beberapa negara yang mengaplikasikan disiplin pasar, mempunyai kestabilan skema keuangan yang kuat. Selain itu, usaha penegakan hukum (law enforcement) ditujukan membuat perlindungan perbankan serta stakeholder dan sekaligus juga menggerakkan keyakinan pada skema keuangan. Untuk membuat kestabilan di bidang perbankan dengan berkepanjangan, Bank Indonesia sudah membuat Arsitektur Perbankan Indonesia serta gagasan implementasi Basel II.

Ke-3, Bank Indonesia mempunyai wewenang untuk mengendalikan serta jaga kelancaran skema pembayaran. Jika berlangsung tidak berhasil bayar (failure to settle) pada satu diantara peserta dalam skema sistem pembayaran, maka muncul efek mungkin yang cukup serius serta mengganggu kelancaran skema pembayaran. 

Kegagalan itu bisa memunculkan efek yang berbentuk menyebar (contagion risk) hingga memunculkan masalah yang berbentuk sistemik. Bank Indonesia meningkatkan proses serta penataan untuk kurangi efek dalam skema pembayaran yang condong makin bertambah. 

Diantaranya dengan mengaplikasikan skema pembayaran yang berbentuk real time atau diketahui dengan nama skema RTGS (Real Time Gross Settlement) yang bisa lebih tingkatkan keamanan serta kecepatan skema pembayaran. Jadi otoritas dalam skema pembayaran, Bank Indonesia mempunyai info serta ketrampilan untuk mengidentifikasi efek mungkin dalam skema pembayaran.

Ke empat, lewat manfaatnya dalam analisa serta pengamatan, Bank Indonesia bisa terhubung beberapa informasi yang dipandang meneror kestabilan keuangan. Lewat pengamatan dengan macroprudential, Bank Indonesia bisa memantau kerentanan bidang keuangan serta menjumpai kekuatan surprise (potential shock) yang berefek pada kestabilan skema keuangan. 

Lewat analisa, Bank Indonesia bisa meningkatkan instrumen serta tanda macroprudential untuk menjumpai kerentanan bidang keuangan. Hasil analisa serta pengamatan itu, seterusnya bisa menjadi referensi buat otoritas berkaitan dalam ambil beberapa langkah yang pas untuk menahan masalah dalam bidang keuangan.

Ke lima, Bank Indonesia mempunyai peranan jadi jaring pengaman system keuangan lewat peranan bank sentra jadi lender of the last resort (LoLR).

 Peranan LoLR adalah peranan tradisionil Bank Indonesia jadi bank sentra dalam mengurus krisis untuk menghindarkan berlangsungnya ketidakstabilan skema keuangan. Peranan jadi LoLR meliputi penyediaan likuiditas pada keadaan normal atau krisis. 

Peranan ini cuma diserahkan kepada bank yang hadapi permasalahan likuiditas serta punya potensi menyebabkan berlangsungnya krisis yang berbentuk sistemik. 

Pada keadaan normal, peranan LoLR bisa diaplikasikan pada bank yang alami kesusahan likuiditas temporer tetapi masih mempunyai potensi untuk membayar kembali. 

Dalam jalankan manfaatnya jadi LoLR, Bank Indonesia harus menghindarkan berlangsungnya kepribadian hazard. Oleh karenanya, pertimbangan efek sistemik serta kriteria yang ketat harus diaplikasikan dalam penyediaan likuiditas itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun