Keterbatasan akses informasi, literasi, dan edukasi bagi orang tua khususnya dan masyarakat pada umumnya menjadi kunci penting. Orang tua dan masyarakat harus 'melek' terhadap isu-isu ini.Â
Wawasan akan menjadikan pembentukan sikap dan perilaku yang benar terkait menyikapi ABK dalam kehidupan.
2. Penerimaan orang tua terhadap ABK
Rasa rendah diri dan malu karena memiliki ABK menjadi poin penting yang  menyumbangkan perkembangan bagi ABK.Â
Penerimaan positif memberi dampak yang signifikan bagi perkembangan ABK.Â
Tentu tidak mudah melakukannya, namun demikian penerimaan yang benar sangat dibutuhkan agar ABK bisa bertumbuh dan berkembang sesuai potensi bahkan melampaui potensi yang mereka miliki.
3. Daya dukung masyarakat terhadap 'label' ABK yang terkadang masih kontraproduktif
Dukungan dari dari masyarkat menjadi konsekuensi logis. Masyarakat tidak bisa abai terhadap persoalan ABK. Tidak melakukan perundungan kepada mereka akan membantu tumbuh kembang sehat para ABK.Â
Menerima keberadaan mereka seutuhnya akan menolong banyak terhadap kondisi yang ABK hadapi.
4. Peran serta sekolah
Fasilitas pendidikan baik sarana infrastruktur dan kemampuan SDM dalam hal ini guru harus diupdate. Sekolah menjadi salah satu agen perubahan bagi ABK. Jangan menutup diri terhadap pengembangan.
5. Akses pelayanan publik terhadap ABK
Akses pelayanan publik yang ramah ABK juga penting dalam rangkaian dukungan bagi optimalisasi perkembangan ABK. Anggaran belanja negara harus juga ditekankan dalam mewujudkan fasilitas-fasilitas yang mendukung tumbuh kembang ABK.
Kelima hal tersebut menjadi PR besar kita bersama. Tidak bisa dipungkiri bahwa telah ada banyak pergerakan ke arah yang lebih baik dan positif.Â
Gema dukungan terhadap ABK sudah terjadi. Dukungan pemerintah lambat laun memberikan angin segar, tetapi perjuangan masih sangat panjang.