Saat semua yang mengatakan bahwa saya adalah temanmu, saya adalah sahabatmu, saya adalah saudaramu, hilang, dan berjarak dengan saya. Beliau, Siela Wijaya tetap datang dan mendekat, seolah ingin mengatakan, “tenang, dek, saya ada disini, tetap setia bersamamu.”
Beliau dan juga keluarga besar saya dikirim Tuhan menjadi sebuah kepanjangan tangan-Nya. Saya merupakan bukti dari pemeliharaan kasih Tuhan yang ada, dan selalu ada, serta tetap setia dalam segala kondisi.
Banyak stereotype minor mengenai orang-orang keturunan etnis Tionghoa di Indonesia, dan saya tidak menjumpai satu pun di diri beliau.
Saat keluarga besar Ibu Siela Wijaya akan berkunjung ke Malang, beliau sempatkan untuk mampir di kota kelahiran Ibu saya. Eyang Putri saya yang pada waktu itu juga menemui beliau dan keluarga, sempat mengatakan, “koq koyo Wong Jowo…”
Begitu andhap asor, mereka tidak membedakan apapun yang melekat di “baju” yang menempel di tubuh.
Banyak informasi yang saya ketahui, bahwa Ibu Siela memiliki jiwa dermawan dan altruis yang sangat tinggi. Tidak terlalu banyak bicara mengenai hal rohani, namun perilaku yang ditunjukkan, memperlihatkan keluhuran budinya. Saat Ayah saya masih bersama dengan kami, sepulang ibadah gereja di hari Minggu, saat saya mengunjungi Kota Cirebon, agenda makan bersama dengan Ibu Siela dan keluarga selalu kami lewatkan bersama.
Keluarga dan momen bersama keluarga begitu penting untuk Ibu Siela Wijaya, karena dia mengingat salah seorang saudaranya yang berada jauh di negeri orang, Amerika Serikat, bekerja untuk NASA, bernama Bapak Davy Wijaya yang kerap tidak diijinkan pulang ke Indonesia (karena pilihan profesinya) untuk berjumpa dan berkumpul dengan keluarganya di tanah air.
Ada hal lain yang selalu melekat di ingatan saya, Ibu Siela tetap menjalin silaturahmi dengan baby sitter kedua anaknya, dan masih terus menolong mereka ketika mantan pegawainya itu sedang dihimpit masalah hingga kini.
Ibu Siela Wijaya selalu mengingat betul tanggal-tanggal penting, seperti tanggal ulang tahun, tanggal ulang tahun pernikahan, tanggal wafat Ayah kami, dan peringatan monumental yang lain. Hebatnya, bukan mengingat hal penting dari saya saja tetapi juga mengingat hal penting dari ibu, ayah, suami, bahkan adik-adik dan keluarga adik-adik saya, bahkan saat kami lupa tanggal penting tersebut, Ibu Siela selalu hadir dengan ucapan dan video hasil editan-nya sendiri. Ibu Siela menjadi ensiklopedia hidup buat saya.
Belia selalu peduli dengan orang-orang yang tidak beruntung. Beliau selalu mengatakan, “saya bukan siapa-siapa, tetapi ada tugas saya sebagai kepanjangan tangan Tuhan untuk membantu bila saya diberi berkat lebih..”
Catatan kecil ini adalah sebuah dedikasi untuk beliau di ulang tahun saya bergabung dengan Kompasiana yang pertama ini.