Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Pendidik - ... n i t a ...

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makna Positif Sebuah "Wabah"

17 Maret 2020   16:43 Diperbarui: 18 Maret 2020   07:27 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kebijakan 'soft' di republik ini untuk melakukan Social Distancing, bagi sebagian kalangan dinilai berat.  Namun sebagian kalangan lain menilai ini adalah 'training' dalam memulai sebuah habit baru atau babak baru dimana bumi benar-benar 'datar'. 

Masih teringat beberapa tahun lalu, saya melahap buku tebalnya, The World Is Flat - Thomas Friedman. Kalimat demi kalimat dalam buku itu mulai tergenapi. Semua nampak 'dekat' secara sosial. Jarak, tempat, dan waktu bukan hal rumit yang menjadi masalah. 

Sungguh, dampak yang hebat dan luar biasa sedang terjadi di berbagai negara, karena makluk 'trendi' yang hastag-nya viral dimana-mana. 'Tokoh' krusial itu bernama Corona, virus berukuran skala mikrometer, kecil dan tak mungkin terlihat dengan mata tanpa alat. 'Tokoh' tersebut dalam hitungan bulan saja, setelah pandemi terjadi, habit pun berganti di berbagai negara terdampak.

Menilik lagi, kebijakan ini membuat sebagian besar kalangan 'ter-rumahkan'. Tentu ada pro dan kontra. Bukan hanya di negara ber-flower ini. Gerakan masif ini terjadi hampir di beberapa negara di dunia.

Tak bosan saya menulis dari perspektif yang berbeda. Ada banyak hal yang bisa dijadikan makna, pelajaran penting, dan nilai positif dari perubahan yang serba cepat ini. 

Makna higienitas menjadi sangat penting. Kebiasaan mencuci tangan, menjadi hal mendasar yang sekarang sebagian besar dilakukan semua kalangan, menembus batas kasta, tua-muda, miskin-kaya, amatiran-profesional, kaum marjinal maupun jetset. Semua melakukannya, karena belum rela jika ajal menjemput.

Hal yang lain, bisa jadi kehangatan dalam keluarga muncul kembali setelah sekian lama tenggelam dalam hiruk -pikuk kesibukan yang tak kunjung usai di jaman ini. Suami dan istri yang bekerja secara formal dikarenakan dampak kebijakan yang sedang berlaku saat ini bisa memiliki waktu berkomunikasi di rumah dengan lebih intens, yang secara fisik ada di depan mata. Dimungkinkan sekali quality time membaik. Seorang ibu bekerja yang terkena imbas (WFH) bisa menemani anaknya belajar saat si anak dalam rentang usia golden age pun harus belajar di rumah. 

Dari sisi yang lain lagi, kebutuhan akan me-time jadi sangat berkualitas, karena tidak terganggu dengan bingarnya dunia. Tentu saja banyak waktu untuk khusyuk menenangkan diri dalam upaya penyembuhan secara fisik karena lebih fleksibel dalam waktu bekerja, untuk mereka-mereka yang lemah tubuh di masa-masa ini.

Kalangan lansia bisa secara instan mendapat perhatian dari berbagai pihak keluarga, non kolega, bahkan kelas pemerintah sekalipun. Anak-anak bisa berkumpul, menelpon dan memberi perhatian besar terkait wabah, yang ditengarai karena usia senja ini sangat dekat dan mudah terjangkit sang 'wabah'.

Saya pribadi, menilik ini semua, sebagai bagian dari latihan bersyukur, karena Sang Pencipta lah pemegang kendali dari semua hal yang terjadi di muka bumi ini. Kepongahan manusia tak dapat mengubah kedigdayaan-Nya. Alam ini disediakan untuk sepenuhnya dikelola dengan arif dan bijak, tentu saja akan banyak konsekwensi yang harus disikapi dengan legowo tatkala ada 'penyelewengan'. Namun demikian, saya percaya bahwa ini adalah sebuah pembelajaran sarat makna, dan bukan hukuman. Tak pantas juga kita menilainya.

Wabah, pandemi, bencana, atau ujian sekalipun bisa menjadi positif ketika kita mampu melihatnya dari perspektif yang berbeda.

Badai pasti dan segera berlalu.

Tetap sehat Indonesiaku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun