Mohon tunggu...
Yusnita Febri
Yusnita Febri Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pengguna Hearing aid, blogger\r\n\r\nhttp://yusnitafebri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pria Pengemis itu Masih Tetap di Sana

19 Agustus 2010   04:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:54 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dua belas tahun lalu saat masih berseragam putih abu-abu.
Setiap pagi ketika berangkat sekolah aku selalu melihat laki-laki pengemis itu duduk di pinggir trotoar Pasar Kreo - Ciledug.
Kaki kirinya terlihat cacat dimana jari-jarinya putus dan terluka. Maka banyak yang menaruh iba padanya.

Termasuk juga saya yang iba padanya. Pikirku kala itu kasihan sekali kakinya cacat. Karena saya hanya anak sekolahan yang uang saku setiap hari hanya Rp.5000 dimana Rp.3000 buat ongkos -ojek dan angkot- sedangkan sisanya buat jajan. Tak jarang aku pun kadang memberikan sebagian jatah uang jajan padanya.

Berharap pengemis itu bisa memanfaatkan uang yang didapatnya untuk berobat. Karena kulihat banyak juga orang menaruh uang pada wadah yang ada di sebelahnya.

Waktu bergulir, seragam putih abu-abu telah kutanggalkan.
Banyak kejadian yang  kualami sehingga membuat perubahan pada diri ini.
Begitupun dengan lingkungan sekitar pasar Kreo. Kini menjadi semakin semrawut. Angkot bertambah banyak membuat sekitar pasar jadi macet.
Supermarket Hero yang tadinya kecil berubah menjadi luas. Berganti nama menjadi Hypermart Giant Kreo.

Namun ternyata ada yang tak berubah pada pasar kreo. Ada yang tetap sama seperti yang kulihat dua belas tahun lalu. Dia adalah pria pengemis yang sering kujumpai dulu. Pengemis itu masih tetap sama seperti dulu. Dengan cacat di jari kaki kirinya dan luka yang basah.

Dimana setelah kuamati lukanya, ternyata luka itu tak basah. Bahkan bisa dibilang luka itu sudah lama sembuh. Hanya saja di buat seolah-oleh terlihat basah tak mengering. Oiya akuakhirnya saya menyadari ternyata itu adalah luka buatan.

Kini saat melihatnya setiap pagi kala berangkat kerja, tak ada lagi rasa respek padanya...

*******

Aku yang melihatnya tak habis pikir, dua belas tahun buklanlah waktu yang sebentar. Banyak orang mengalami perubahan. Termasuk diriku tentunya.

Apakah pengemis itu tak ada keinginan berubah?

Dia mungkin tak mengenali orang yang lalu lalang di hadapannya setiap hari.
Tapi aku yakin diantara orang yang lalu lalang di hadapannya itu berpikiran sama sepertiku. Pada akhirnya menyadari bahwa pria pengemis itu adalah orang yang tak mau berubah. Menjadikan cacat sebagai belas kasihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun