Mohon tunggu...
nisrina dinda
nisrina dinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa uin raden mas said surakarta

Saya ini mahasiswa uin raden mas said surakarta. saya ambil jurusan manajemen bisnis syariah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perilaku Konsumsi Muslim

25 Maret 2022   10:24 Diperbarui: 25 Maret 2022   10:27 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  

Secara populer konsumsi dapat diartikan sebagai penggunaan barang maupun jasa yang dapat memenuhi kebutuhan individu. Dalam perdagangan islam konsumsi juga memiliki arti yang setara, tetapi memiliki perbedaan dalam setiap yang mencakupnya. Perbedaan yang mendasar dengan konsumsi ekonomi dasar adalah tujuan pendapatan dari konsumsi itu sendiri. Cara pendapatannya tersebut dengan memenuhi pedoman syariah. Sedangkan arti dari perilaku konsumen itu sendiri adalah perbuatan dari konsumen yang dapat menggambarkan pembelian, menggunakan, menilai, dan mengubah suatu produk dan jasanya. Kemudian ada faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen terdapat 2 yaitu pertama faktor individual yang berarti konsumsi dipengaruhi oleh faktor emosional yang setiap orang mempunyai sifat, bakat, minat dan motivasi. Kedua faktor ekonomi selain harga barang, pendapatan konsumen dan adanya subtitusi ada beberapa hal yang berpengaruh dalam permintaan seseorang, jadi yang memengaruhi itu terdiri 3 yaitu lingkungan fisik, kekayaan/harta yang dimiliki seseorang dan besarnya keluarga. Dan dapat terwujud karena penghasilan yang terbatas dimiliki oleh konsumen sedangkan dari konsumen lainnya juga memiliki maksud dan tujuan konsumsi yang sangat besar.

Konsumsi juga memiliki kebutuhan yang sangat penting dan besar terhadap suatu sistem perekonomian dikarenakan tidak ada kehidupan bagi manusia di dunia ini tanpa konsumsi itu. ajaran konsumsi dibagi menjadi 6 yaitu ajaran syariah meliputi akidah, ilmiah berdasarkan ilmu pengetahuan dan amaliyah berdasarkan perbuatan, ajaran kuantitas meliputi sederhana dan menabung, ajaran memperdulikan pilihan konsumsi meliputi primer, sekunder, dan tersier, ajaran sosial meliputi kepentingan umat dan membahagiakan orang lain, ajaran lingkungan meliputi terjadinya interaksi antar unsur lingkungan hidup dan ajaran larangan mengikuti dan meniru. Tujuan dari konsumsi dalam agama yaitu sarana untuk beribadah kepada Allah SWT. Perilaku konsumsi dalam Islam sesungguhnya tidak boleh berlebihan memakai barang yang tidak bermanfaat, mengkonsumsi makanan yang halal dan secukupnya demi menghindari berlebihan-lebihan, tidak menyimpan/menumpuk kekayaan misalnya tidak disedekahkan kepada orang yang tidak mampu, harus setara dunia dan akhirat. Pada dasarnya konsumsi ini dibangun dalam 2 hal yaitu kebutuhan/hajat dan kegunaan/manfaat. Kebutuhan itu sebanding dengan keinginan yang ditentukan oleh kenikmatan. Sedangkan keinginan itu kebutuhan, Tetapi dari segi pandangan Islam kebutuhan dilihat dari keuntungannya. Sedangkan dari segi umumnya kepuasaan itu memiliki barang dan jasa yang dapat memuaskan manusia. tetapi tidak semua barang dan jasa itu memberikan kepuasan  mengandung manfaat, sehingga tidak semua barang dan jasa juga bisa dikonsumsi oleh umat Islam. Jadi memadati kebutuhan dan tidak memenuhi keinginan adalah tujuan dari aktivitas ekonomi Islam itu sendiri.

Dalam pandangan Islam prinsip konsumsi itu lebih mengutamakan akhirat terlebih dahulu dari pada dunia maksudnya bahwa semakin banyak konsumsi yang dikeluarkan untuk ibadah maka semakin banyak juga keuntungan yang dicapai dan jika semakin sedikit konsumsi yang dikeluarkan untuk ibadah maka semakin sedikit juga keuntungan yang dicapai. terdapat 2 gabungan dalam prinsip konsumsi yaitu gabungan antara keuntungan dengan kedua jenis konsumsi dan gabungan antara keimanan dengan sistem garis anggaran keuangan bahwa semakin masuk akal seorang muslim maka garis anggaran keuangan tersebut semakin condong lurus dalam maksud bertambah anggaran tersebut.

Pendekatan dalam teori perilaku konsumen dibagi menjadi 2 yaitu pendekatan nilai guna cardinal dan pendekatan nilai guna ordinal. Pendekatan nilai guna cardinal tersebut memandang bahwa manfaat yang diperoleh konsumen secara jumlahnya, sehingga konsumen akan memaksimalkan kenikmatan yang dicapai. Dalam pendekatan nilai guna jika kepuasan dalam pengembangan nilai yang diperoleh semakin tinggi. Adapun kelemahan dari pendekatan nilai guna cardinal yaitu sifat khusus dari daya guna dan tidak ada suatu alat ukur yang sesuai, constant marginal unitility of money, semakin banyak seorang memiliki uang, diminishing marginal utility sangat sulit diterima karena persepsinya dari segi moral. Pendekatan nilai guna cardinal dibagi menjadi 2 yaitu nilai guna total itu jumlah seluruh kepuasan yang dicapai dari penggunaan sejumlah barang tertentu sedangkan nilai guna marginal itu produksi atau konsumsi kepuasan sebagai sebab penggunaan satu bagian barang.

Pendekatan nilai guna ordinal jika semakin banyak produk yang dikonsumsi maka semakin besar pula nilai gunanya. dalam pendekatan ini daya gunanya tidak diukur dan hanya dilihat oleh konsumen dan dapat membuat tinggi rendah daya guna yang diperoleh dari konsumsi dari suatu barang. Teori dari pendekatan ini yaitu konsumen bersifat masuk akal, konsumen bersifat tetap, konsumen memiliki prasangka terhadap barang yang teratur mengikuti besar kecilnya daya guna, konsumen memiliki sebanyak uang tertentu, dan konsumen berusaha memenuhi kepuasaan tertinggi. Teori ini juga memiliki kurva kepuasan dan anggaran yang setara.

Pendekatan dalam teori perilaku konsumen dibagi menjadi 2 yaitu pendekatan nilai guna cardinal dan pendekatan nilai guna ordinal. Pendekatan nilai guna cardinal tersebut memandang bahwa manfaat yang diperoleh konsumen secara jumlahnya, sehingga konsumen akan memaksimalkan kenikmatan yang dicapai. Dalam pendekatan nilai guna jika kepuasan dalam pengembangan nilai yang diperoleh semakin tinggi. Adapun kelemahan dari pendekatan nilai guna cardinal yaitu sifat khusus dari daya guna dan tidak ada suatu alat ukur yang sesuai, constant marginal unitility of money, semakin banyak seorang memiliki uang, diminishing marginal utility sangat sulit diterima karena persepsinya dari segi moral. Pendekatan nilai guna cardinal dibagi menjadi 2 yaitu nilai guna total itu jumlah seluruh kepuasan yang dicapai dari penggunaan sejumlah barang tertentu sedangkan nilai guna marginal itu produksi atau konsumsi kepuasan sebagai sebab penggunaan satu bagian barang.

  Pendekatan nilai guna ordinal jika semakin banyak produk yang dikonsumsi maka semakin besar pula nilai gunanya. dalam pendekatan ini daya gunanya tidak diukur dan hanya dilihat oleh konsumen dan dapat membuat tinggi rendah daya guna yang diperoleh dari konsumsi dari suatu barang. Teori dari pendekatan ini yaitu konsumen bersifat masuk akal, konsumen bersifat tetap, konsumen memiliki prasangka terhadap barang yang teratur mengikuti besar kecilnya daya guna, konsumen memiliki sebanyak uang tertentu, dan konsumen berusaha memenuhi kepuasaan tertinggi. Teori ini juga memiliki kurva kepuasan dan anggaran yang setara.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun