Mohon tunggu...
Nisrina Salsabila
Nisrina Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Saya seorang mahasiswi dari Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang yang memiliki hobi belajar bahasa asing dan memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Latar Belakang di Balik Peristiwa G30S PKI

10 Oktober 2022   02:04 Diperbarui: 10 Oktober 2022   05:32 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oke kali ini kita akan membahas tentang G30S PKI kalian pasti tau kan peristiwa yang telah menewaskan 7 perwira yang diantaranya adalah :

- Letnan Jendral Anumerta Ahmad Yani
- Mayor Jendral Raden Soeprapto
- Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono
- Mayor Jendral Siswondo Parman
- Brigadir Jendral Donald Isaac Panjaitan
- Brigadir Jendral Sutoyo Siswodiharjo


Nah untuk yang bertanya-tanya apa itu G30S PKI. G30S PKI ini adalah sebuah gerakan yang memiliki tujuan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno serta mengubah Indonesia menjadi negara yang menerapkan sistem komunis. Gerakan tersebut dipimpin langsung oleh D.N Aidit yang pada saat itu adalah ketua dari PKI atau Partai Komunis Indonesia. Dan biasanya disebut juga gerakan 30 September PKI pada 1 Oktober 1965.

PKI ini juga disebut sebut memiliki anggota 3 juta lebih dan membuatnya menjadi partai terbesar ketiga di dunia, setelah RRC dan Uni Soviet.

Setelah melewati era penjajahan oleh penjajah dan berhasil mendapatkan kemerdekaannya dari penjajah bangsa, Indonesia masih harus menghadapi konflik atau bencana atau musibah yang terjadi di negaranya sendiri yaitu pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia yang biasa disebut juga PKI. PKI tersebut juga telah membantai 7 perwira angkatan darat. Dan dalam aksi pemberontakan ini PKI juga telah menewaskan beberapa orang lainnya dan termasuk anak perempuan dari Jenderal Besar Dr. Abdul Harris Nasution yaitu Ade Irma Suryani.

Komunis ini menurut yang saya search, sudah lama memprovokasi dan menghasut rakyat Indonesia. Dan untuk bisa mendapat dukungan penuh dan untuk bisa menjadikan Indonesia menjadi Negara komunis. Salah satu kekuatan yang sangat menentang PKI ini adalah TNI Angkatan Darat. Nah konflik antara PKI dan Angkatan Darat ini salah satunya adalah pada tahun 1956 pada masa itu PKI ini merupakan salah satu partai besar di Indonesia dan dengan salah satu politik yang penuh gejolak serta banyaknya konflik yang terjadi yang membutuhkan banyak sukarelawan, PKI ini kemudian mengajukan usul kepada pemerintah atau presiden untuk bisa membentuk angkatan kelima selain Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Polisi. Dan PKI ini mengusulkan untuk yang menjadi angkatan kelima itu yaitu terdiri dari Petani dan Buruh yang dipersenjatai dan hal inilah yang menimbulkan kegusaran di kalangan pimpinan militer khususnya angkatan darat, karena mereka khawatir unsur ini digunakan oleh PKI untuk merebut kekuasaan. 

Oleh karena itu pimpinan angkatan darat menolak keras usulan dari PKI tersebut, dan perselisihan antara angkatan darat dan PKI ini mencapai puncaknya pada tanggal 14 Mei 1965, ketika pada peristiwa Bandar Betsy bertempat di Simalungun Sumatra Utara dan disaat itu Pelda Soejono seorang angkatan TNI hendak menghentikan penyerobotan tanah milik perusahaan perkebunan Negara yang dilakukan oleh 3 sayap organisasi PKI yaitu B.T.I (Barisan Tani Indonesia), P.R (Pemuda Rakyat), GERWANI (Gerakan Wanita Indonesia). Nah perlakuan mereka ini menangkap, menyiksa, dan menghilangkan nyawa Pelda Soejono. 

Disaat beliau ini mempertahankan perkebunan Negara Indonesia dari penjarahan ratusan massa PKI. Dan disaat Letnan Jendral Anumerta Ahmad Yani ini mendengar bahwa anggota beliau telah gugur yang disiksa oleh anggota PKI menuntut agar mereka yang terlibat harus diadili. Dan tidak lama setelah peritiwa itu terjadi Bandar Betsy ini berhembuslah isu-isu dari pihak PKI tentang adanya sekelompok jenderal atau dewan jenderal angkatan darat yang mau mengkudeta Presiden Soekarno karna tidak puas dengan kinerja Presiden Soekarno ini. Dan bukti dari rencana ini menurut PKI adalah isu adanya sebuah dokumen yang bernama dokumen Gilchrist di Indonesia. Isi dari dokumen ini adalah mengesankan bahwa ada perwira-perwira dari angkatan darat yang telah dibeli oleh pihak barat.

Nah untuk menanggapi isu ini Presiden Soekarno pun disebut sebut memerintahkan pasukan cakrabirawa untuk bisa menangkap dan membawa para anggota dewan jenderal untuk diadili. Nah cakrabirawa ini adalah resimen yang merupakan pasukan gabungan dari TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas khusus menjaga keamanan Presiden RI dengan semboyan "Dirgayu Satyawira" yang artinya, "Prajurit Setia Berumur Panjang" Pada zaman orde lama, nah singkatnya saja pasukan yang mengawal Presiden Soekarno. Dan Presiden Soekarno dikabarkan memanggil para menteri panglima angkatan darat utuk meminta kejelasan mengenai para dewan jenderal angkatan darat yang berencana melakukan kudeta tersebut.

 Nahh kebenaran tentang keberadaan dewan jenderal tersebut dengan tegas dilawan oleh letnan Ahmad Yani. Selaku menteri panglima angkatan darat pada saat itu beliau mengatakan bahwa dewan jenderal angkatan darat Itu tidak ada, yang ada adalah dewan kepangkatan tinggi yang bertugas memberi masukan atau pendapat kepada (menteri panglima angkatan darat) mengenai kepangkatan dan jabatan perwira tinggi angkatan darat. Nah, jenderal A.H Nasution juga saat itu memastikan bahwa isu tersebut tidak benar. Dan pimpinan PKI tetap dengan aksi fitnahnya terhadap abri khususnya oleh TNI Angkatan Darat yang dianggap sebagai penghambat pelaksanaan programnya itu untuk menjadikan Negara Indonesia sebagai Negara komunis, yaitu dengan melancarkan isu dewan jenderal tujuannya untuk menghilangkan kepercayaan Soekarno terhadap TNI Angkatan Darat tersebut dan mengadu domba antara TNI Angkatan Darat dengan Presiden Soekarno.

Dan pada 30 September, pada saat malam hari, satu batalyon pengawal dari Istana pimpinan Letnan Kolonel Untung Syamsuri, satu batalyon dari Divisi Diponegoro, satu batalyon dari Divisi Brawijaya dan orang-orang sipil dari P.R (Pemuda Rakyat) telah meninggalkan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Mereka ditugaskan untuk menculik para perwira dan Dewan Jenderal.

 Pasukan telah bergerak dimulai pada pukul 03.00 WIB dini hari. Enam jenderal berhasil diculik, dua di antaranya dibunuh di tempat, sementara sisanya dibawa ke Lubang Buaya, bertempat di Pondok Gede, Jakarta Timur, yang akhirnya juga tewas akibat disiksa oleh PKI. Mereka yang menjadi korban dari pembunuhan kejam PKI ini adalah Letjen Ahmad Yani, Mayjen S Parman, Mayjen R Soeprapto, Brigjen DI Panjaitan, Mayjen MT Harjono, dan Brigjen Soetojo Siswomihardjo. Jenazah mereka baru ditemukan pada beberapa hari kemudian. Satu Jenderal selamat dalam penculikkan ini ialah Jenderal AH Nasution. Namun putrinya menjadi korban yakni Ade Irma Suryani serta ajudannya A.H Nasution ialah Lettu Piere Tandean. Korban lain ialah Brigadir Polisi KS Tubun wafat ketika mengawal rumah Dr J Leimana. Gerakan ini telah menyebar juga sampai ke Yogyakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun