Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cara Silaturahmi yang Efektif saat Pandemi

14 Mei 2021   23:14 Diperbarui: 15 Mei 2021   00:37 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Silaturahmi saat pandemi kini memang memiliki seninya tersendiri (Ilustrasi: latestly.com)


Idul Fitri di tahun 2021 ini kita kembali merayakan Lebaran dalam suasana pandemi. Anjuran (tak) pulang mudik membuat silaturahmi belum bisa seleluasa dulu.

Tapi kalau sampai tidak saling mengunjungi, jelas ada yang kurang. Lebaran identik dengan kumpul keluarga dan silaturahmi.

Sementara itu, angka kasus COVID-19 di Indonesia belum juga turun. Tahun 2021 ini malah terjadi mutasi virus Corona yang belum diketahui pasti mekanismenya.

Silaturahmi di kala pandemi ini memang menantang. Protokol kesehatan (prokes) harus benar-benar dilaksanakan.

Mulai dari masker wajah, hand sanitizer, hingga physical distancing tak boleh dilewatkan demi mencegah parahnya pandemi. Tentunya cara ini tak senyaman silaturahmi sebelum pandemi, namun kini memang harus dijalani sejak pandemi.

Setelah merasakan dua kali Ramadan dan Idul Fitri semasa pandemi, kisah saya dan kebanyakan orang tentang pandemi ternyata memiliki kemiripan. Kami berusaha menyeimbangkan antara silaturahmi dengan menjaga diri.

Maka inilah tiga cara agar silaturahmi saat pandemi tetap bisa terjalin sekaligus kondisi kesehatan tetap bagus. Ini memang tidak mudah namun kita tentunya tidak boleh menyerah.

Virtual

Inilah cara paling populer untuk tetap bersilaturahmi saat pandemi.  Tak heran sejumlah aplikasi video call menjadi laris manis saat ini.

Sebut saja Zoom dan Google Meeting. Keduanya saat ini paling banyak digunakan sehari-hari.

Selain keduanya, ada pula Skype dan WA yang telah lebih lama dipakai. Keluarga kami lebih nyaman memakai WA selama ini.

Kepraktisan menjadi tolok ukur utama saat memilih WA daripada aplikasi video call lainnya. Adanya grup WA keluarga besar juga membuat komunikasi dan silaturahmi via WA sejak pandemi semakin intensif.

Namun, tak ada gading yang tak retak. Kualitas sinyal jaringan provider IT sangat mempengaruhi kelancaran kami sekeluarga selama memakai WA video call.

Saat video call tak lancar, kami pun segera beralih ke audio recording via WA. Memang tak sekomunikatif video call, tapi setidaknya maksud hati saat berkomunikasi selama silaturahmi sudah jelas tersampaikan.

Lokal

Pandemi memang membatasi ruang gerak kita, termasuk untuk urusan silaturahmi. Bepergian ke luar kota pun kini tak lagi bebas.

Saat anggota keluarga yang tinggal di luar kota kami kunjungi dengan silaturahmi virtual, maka keluarga dalam kota yang sama masih kami bisa datangi.  Hal ini terutama berlaku untuk keluarga yang tinggal di Jabodetabek.

Tapi, itu pun kami tetap memperhatikan status zona daerah masing-masing. Kami yang berlokasi di Tangerang pernah batal ke rumah saudara di Bekasi karena mereka khawatir dengan daerahnya yang termasuk zona merah pada Idul Fitri 2020 lalu.

Sesama warga Tangerang pun bisa terhambat silaturahminya karena urusan status zona ini. Paman dan bibi dari Kabupaten Tangerang pernah urung ke rumah keluarga kami di Kota Tangerang karena daerah mereka juga masuk zona merah saat Lebaran tahun lalu.

Saudara lainnya di Bandung dan Garut pun tahun 2021 ini terpaksa tak saling mengunjungi meskipun sama-sama di Jawa Barat karena masih adanya pandemi pada Lebaran tahun ini. Mereka khawatir diminta putar balik mobilnya jika nekad pergi.

Jika sudah tahu resiko dan konsekuensinya, silaturahmi virtual kembali jadi alternatif terakhir. Meskipun lokasinya berdekatan, bukan berarti kita bisa datang begitu saja pada masa pandemi ini.

Minimal

Saat bisa bersilaturahmi langsung, kami kini membatasi jumlah orang yang bisa ikut. Jangan sampai malah silaturahmi berujung dengan kerumunan yang dilarang pemerintah.

Selain pembatasan jumlah orang, waktu silaturahmi pun dipersingkat. Jika sebelumnya bisa di atas 2 jam saat bertamu ke rumah keluarga dan saudara, sekarang cukup 30-60 menit saja.

Bentuk interaksi fisik kami juga diminimalisir. Salaman hanya dalam bentuk sungkeman jarak jauh tanpa saling menyentuh.

Bagi keluarga yang memiliki bayi dan balita, anak-anak mereka pun disarankan untuk ditinggal di rumah saja saat silaturahmi. Jadi cukup orang tuanya atau orang dewasa lainnya yang pergi.

Jika para bayi dan balita tersebut tetap diajak pergi, mereka tidak boleh digendong-gendong ataupun dicium-cium selain orang yang selama ini sering bersama mereka. Maklumlah usia 0-5 tahun itu memang masih rendah imunitas tubuhnya sehingga rentan terpapar penyakit apapun.

Hal serupa juga berlaku untuk orang tua di atas 65 tahun. Tambah lebih harus ekstra hati-hati lagi saat para sesepuh ini memiliki riwayat penyakit tertentu.

Silaturahmi memang idealnya bisa tatap muka karena akan lebih banyak menyimpan cerita untuk dikenang. 

Namun, kita juga harus memaklumi pandemi ini menuntut banyak penyesuaian hidup sehari-hari, tak terkecuali dalam urusan silaturahmi saat Idul Fitri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun