Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hangat dan Harum Menyatu, Mual pun (termasuk Morning Sickness) Tak Lagi Mengganggu

6 November 2016   19:38 Diperbarui: 6 November 2016   20:37 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menaiki mobil ke Puncak dalam cuaca dingin dan jalan bertikungan tajam sangat berpotensi menimbukan mual dan mabuk darat (Dokpri)

Ada yang belum pernah merasakan mual (nausea)? Kalau ya, wah beruntung sekali! Setidaknya mau seburuk apapun kondisi di jalan atau kesehatan Anda, kondisi badan tetap aman dan nyaman. Eh, tapi mungkin enggak sih, ada orang yang sama sekali tidak pernah merasakan mual? Hmm, penasaran deh jadinya…..

Pengamatan saya selama ini – baik pengalaman pribadi maupun orang lain – semua orang pasti pernah mengalami mual. Pasti sudah familiar kan dengan istilah “mabuk perjalanan”? Bagi anak-anak, mual saat melakukan perjalanan, apalagi jarak jauh, (sangat) lazim ditemui.  Untuk orang dewasa (pria maupun wanita), selain mual karena mabuk di jalan, mual bisa dialami pula saat masuk angin dan juga salah satu indikator telah terjadinya keracunan makanan . Nah bagi wanita, ada mual yang khusus sehingga menjadi ciri khas yaitu mual selama masa kehamilan atau populer disebut dengan morning sickness.

Saat saya cermati lagi, faktor genetis (sepertinya) turut berpengaruh dengan mudah-tidaknya seseorang mengalami mual pada momen tertentu.  Orang tua saya termasuk contoh pasangan yang memiliki kecenderungan mual di waktu yang berbeda.  Bapak saya tidak mudah atau jarang sekali terserang mual saat di jalan, kecuali kondisi kesehatan beliau sedang tidak fit.  Tak heran, pekerjaan yang menuntut beliau bepergian tidak pernah menjadi masalah untuknya.  Namun, Bapak bisa mual seketika saat mengonsumsi makanan yang sudah lama dimasak atau sudah tidak segar lagi. Saya dan adik kedua atau anak pertama dan ketiga meniru jejak Bapak tentang urusan mual tersebut.

Anak kecil rentan mengalami mual dan mabuk di jalan karena kondisi tubuh yang kelelahan dan kurang makan (Dokpri)
Anak kecil rentan mengalami mual dan mabuk di jalan karena kondisi tubuh yang kelelahan dan kurang makan (Dokpri)
Di lain sisi, Ibu saya amat mudah mengalami mual dan mabuk selama perjalanan, sesehat apapun kondisi tubuh beliau.  Makanya beliau selalu memilih untuk duduk di bagian depan mobil atau kendaraan agar resiko mual lebih terminimalisir jika dibandingkan dengan duduk di tengah apalagi belakang.  Akan tetapi, urusan kesegaran makanan, Ibu tak sesensitif Bapak.  Paling dampaknya hanya sakit perut minus rasa mual.  Adik pertama dan bungsu atau anak kedua dan keempat yang mirip Ibu soal kecenderungan mual di jalan.

Maka, bisa terbayang kan ya betapa repotnya saat kami sekeluarga jalan bersama. Khususnya saat saya dan adik-adik masih kecil dulu selama kami mudik Lebaran. Ada anak yang mudah mual karena makanan dan ada pula anak yang gampang mual selama perjalanan.  Jadilah Bapak dan Ibu mengakalinya dengan berbagai cara selama kami di jalan.  Salah satu cara jitu Ibu yaitu apalagi kalau bukan dengan mengoleskan minyak kayu putih sebelum dan sepanjang perjalanan, baik untuk diri beliau dan terutama kepada buah hatinya.  Minyak Kayu putih Cap Lang menjadi merk andalan Ibu sejak kami masih balita dulu hingga kini beliau sudah dikaruniai cucu.  Ohya, sejak masih gadis remaja (di akhir tahun 70-an) sehingga menjadi nenek saat ini, Ibu selalu rutin mengoleskan minyak Kayu Putih Cap Lang seusai mandi.  “Supaya badan hangat dan sehat,” begitu kata beliau.

Like mother, like daughter.  Apel memang jatuh tak jauh dari pohonnya.  Saya pun meniru kebiasaan Ibu dengan teratur memakai minyak Kayu Putih Cap Lang setelah mandi.  Terlebih setelah saya tinggal di Kota Hujan alias Kota Bogor.  Cuaca sejuk dan dingin jelas sangat cocok ketika dihangatkan dengan minyak Kayu Putih Cap Lang produksi PT Eagle Indo Pharma yang berdiri sejak tahun 1973.  Wah, sudah lebih dari 40 tahun ya atau tepatnya 43 tahun pada 2016 ini, Cap Lang menjaga kesehatan masyarakat Indonesia #TerjaminMutunyaSejakLama

Empat varian Kayu Putih Aromatherapy Cap Lang : Lavender, Ekaliptus, Rose, & Green Tea (Sumber : Berita Admin Kompasiana)
Empat varian Kayu Putih Aromatherapy Cap Lang : Lavender, Ekaliptus, Rose, & Green Tea (Sumber : Berita Admin Kompasiana)
Meskipun sudah lebih dari 20 tahun menjadi konsumen setia minyak Kayu Putih Cap Lang, baru sejak tahun 2014, saya mengenal dan memakai minyak Kayu Putih Aromatherapy Cap Lang. Tepatnya sejak saya aktif sebagai blogger yang dimulai dengan memiliki akun Kompasiana pada tahun 2013.  Sebagai Kompasianer, sejak April  2014 atau 2.5 tahun lalu, saya mulai rajin mengikuti offline event (kegiatan kopi darat) yang dilakukan Kompasiana dan komunitas blogger lainnya.

Biasa beraktivitas di Bogor sebelumnya, jadilah saya sering bepergian dengan KRL maupun jenis kendaraan umum lainnya setelah menjadi blogger dan Kompasianer.  Tentu saja, KRL menjadi moda transportasi yang sering saya gunakan saat harus bepergian seputar Jabodetabek.  Nah, sejak itu pulalah saya jadi sering mengalami mual di jalan.

Penyebabnya ternyata adanya perubahan suhu dan motion sickness.  Di Bogor, suhu udaranya relatif lebih sejuk dan adem.  Kesejukan yang sama masih saya rasakan saat menaiki kereta Commuter Line, terutama saat penumpang KRL tidak terlalu penuh.  Namun, jangan ditanya suhu udaranya setibanya di Jakarta.  Sesampainya di stasiun tujuan, hawa panas langsung menyergap tubuh, duh!

Naiknya Commuter Line berlogo Kompasiana, botol Kayu Putih Aromatherapy Cap Lang juga senantiasa ikut serta agar mood tetap bahagia (Dokpri)
Naiknya Commuter Line berlogo Kompasiana, botol Kayu Putih Aromatherapy Cap Lang juga senantiasa ikut serta agar mood tetap bahagia (Dokpri)
Otomatis saat menaiki kendaraan umum di Jakarta – tambahkan pula dengan parahnya macet – mual dan mabuk perjalanan pun sering menghampiri saya.  Ini karena saya mengalami motion sickness atau “perasaan yang tidak enak pada tubuh karena gerakan yang berulang.”  Motion sickness itulah yang membuat mual, pusing, ingin muntah, dan mabuk di jalan, terutama saat seseorang dalam perjalanan jangka panjang dan jarak jauh.  Barulah saya menyadari, perjalanan pulang pergi (back and forth) Jakarta – Bogor itu bisa memakan waktu sekitar 5 hingga 6 jam saat lancar.  Bahkan hingga PP Jakarta – Bogor selama 8 jam jika ada gangguan KRL ataupun macet parah, baik di Jakarta maupun Bogor.  Ah, pantas sajalah saya kini lebih rentan terkena mual dan mabuk di jalan.  No wonder, minyak Kayu Putih Cap Lang harus selalu hadir dalam tas setiap kali saya pergi ke luar rumah.

Uniknya, perkenalan saya dengan minyak Kayu Putih Aromatherapy Cap Lang bermula dari perjalanan saya dalam KRL dari Jakarta menuju Stasiun Sudirman Jakarta.  Saat itu, ada seorang ibu hamil yang sedang mengalami mual karena ngidam atau morning sickness setibanya di Citayam.  Bagi pengguna KRL dari Stasiun Bogor, pasti sudah tahu bahwa kepadatan penumpang KRL semakin nyata penuhnya mulai Stasiun Citayam dan tambah menumpuk di Stasiun Depok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun