Sekilas Pandang Sejarah Palang Merah
Istilah Palang Merah memang lebih lekat diingat oleh masyarakat dengan kegiatan donor darah. Asosiasi itu tidak berarti 100% benar ataupun salah. Palang Merah Internasional (International Red Cross) didirikan pertama kali oleh Henry Dunant (1828-1910). Pria asal Swiss tersebut terenyuh dan terusik rasa kemanusiaannya setelah melihat langsung perang antara prajurit Perancis melawan Austria pada 24 Juni 1859 di Solferino, Italia.
Begitu banyaknya dan parahnya korban perang yang berjatuhan saat itu sangat timpang dengan jumlah tenaga medis yang tersedia. Kalimat bijak Dunant yaitu Siamo tutti frateli (Kita semua saudara) sukses menyatukan para penduduk desa yang tinggal di sekitar daerah perang untuk merawat para korban perang bersamanya secara sukarela. Mereka menolong korban perang tanpa membedakan pihak lawan maupun kawan. Maka itulah, tanggal kelahiran Dunant, sang pahlawan kemanusiaan, pada 8 Mei diperingati setiap tahun sebagai Hari Palang Merah.
Di Indonesia, Palang Merah Indonesia (PMI) resmi didirikan pada 17 September 1945. Salah satu Pahlawan Proklamator Kemerdekaan dan Wakil Presiden RI pertama, Drs. Mohammad Hatta, menjadi Ketua PMI I hingga tahun 1946. Tugas PMI pada waktu itu adalah membantu korban perang kemerdekaan terhadap semua pihak yang terlibat yaitu Indonesia, Belanda, Jepang, dan tentara Sekutu.
Pada tahun 1950, PMI diakui pihak internasional dengan bergabung secara resmi pada “Komite Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC).” Saat ini, Ketua Umum PMI sejak Desember 2009 dijabat kembali oleh seorang Wakil Presiden RI yang juga seorang Kompasianer yaitu Bapak Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla sebagai Ketua PMI ke-12.
Seperti kebanyakan masyarakat umum, sebelumnya saya juga mengira kegiatan PMI lebih identik dengan kegiatan kemanusiaan dan kesehatan. Saya pernah mempunyai teman satu kost yang berprofesi sebagai dokter umum di RS PMI Kota Bogor. Dokter muda alumni UGM tersebut pernah bercerita ke saya mengenai pengiriman tim kemanusiaan PMI untuk membantu korban perang antar etnis dan agama di Myanmar pada tahun 2013, termasuk menolong etnis minoritas yaitu para pengungsi Rohingya yang mayoritas muslim. Saat ditanya kenapa dirinya tidak termasuk tim bermisi mulia tersebut, jawabnya “Saya jelas berminat, Nisa. Tapi, tim PMI yang dikirim (saat ini) semuanya laki-laki. Itu karena mempertimbangkan lokasi dan kondisi perang di sana.” Tambahnya lagi, “Nanti kalau ada kegiatan PMI di daerah damai, saya akan mendaftar, termasuk kegiatan pencegahan (preventif) bencana.”
Pengabdian Relawan PMI yang Berkelanjutan
Mencegah tentunya selalu lebih baik daripada mengobati, termasuk mengurangi resiko terjadinya bencana banjir. Sejak 2004, kegiatan PMI memang semakin meluas dan bukan hanya berfokus pada korban perang atau konflik dan bencana alam yang sedang ataupun telah terjadi (saat dan pasca bencana). Menurut Ketua PMI Jawa Barat, Bapak Irjen Polisi (Purnawirawan) Adang Rochyana saat melantik Bupati Bogor, Ibu Hj. Nurhayanti, sebagai Ketua PMI Kabupaten Bogor periode 2015 – 2020, PMI mempunyai pedoman penanganan bencana yang terdiri atas “3E (Early Detection, Early Warning, & Early Action) atau “Deteksi, Peringatan, dan Tindakan Dini.”
PMI juga turut terlibat dalam pelestarian lingkungan sebagai bagian dari kegiatan penanganan bencana untuk masa pra-bencana (persiapan). Belajar dari dahsyatnya bencana tsunami di Aceh pada akhir Desember 2004, PMI kini telah memiliki Tim Relawan Kesiapsiagaan Bencana. Kegiatan utama PMI pada periode pra-bencana yaitu Kesiapsiagaan, Sistem Peringatan Dini dan Informasi Manajemen Bencana, Mitigasi (tindakan meminimalisasi resiko bencana), dan Penyadaran Resiko serta Dampak Bencana.
Menurut Mbak Meri Anggraini selaku Koordinator Lapang (KorLap) sejak tahun 2015 untuk Tim Relawan Pelestari Lingkungan di PMI Cibinong Kabupaten Bogor, Jawa Barat- melalui wawancara via telepon pada Jum’at sore, 10 Juni 2016 -, “Tim dan kegiatan Relawan Kesiapsiagaan Bencana PMI dibentuk untuk meminimalisir dampak bencana.” Tambahnya lagi, “Selain itu, agar persiapan lebih optimal jika bencana sampai terjadi. Misalnya penanggulangan bencana banjir tahunan di Jakarta yang salah satu penyebabnya bersumber dari menumpuknya sampah di Sungai Ciliwung.”
Mbak Meri, begitu nama panggilannya, telah 12 tahun atau sejak tahun 2004 aktif bergabung dengan tim relawan PMI. Alumni SMUN 1 Kabupaten Cibinong Bogor tersebut berujar, “Saya mengikuti kegiatan PMI sejak tahun 2004 atau masih di kelas 1 SMU (16 tahun). Ya, masih ABG (Anak Baru Gede)-lah waktu itu sampai sekarang.”
Awalnya, keterlibatan diri Mbak Meri sebagai tim relawan PMI kurang mendapatkan dukungan dari keluarganya. “Maklumlah, relawan itu kan lebih bersifat pengabdian dan tidak digaji khusus. Apalagi saya waktu itu masih remaja sehingga masih didanai penuh oleh orang tua,” kenangnya. Namun, karena wanita kelahiran 10 Maret 1988 ini memang senang berkiprah dalam kegiatan kemanusiaan yang berkaitan langsung dengan kemasyarakatan dan lingkungan hidup, dirinya terus bersemangat untuk tetap aktif di PMI.
Komitmen dan konsistensi Mbak Meri terhadap PMI yaitu ‘donor’ berupa waktu, tenaga, serta pikiran pun berbuah manis. Dirinya kemudian dilatih sebagai pelatih (trainer) PMI untuk melatih para relawan. Setelah lulus sebagai pelatih, Mbak Meri rutin memberikan pelatihan kepada calon pelatih PMI (trainer of trainer) untuk staf program PMI di seluruh Indonesia.
Tahun 2012, PMI mempercayai dirinya untuk melatih relawan yang mengurus kasus flu burung. Pandangan keluarga Mbak Meri terhadap kiprahnya di PMI pun berangsur-angsur menjadi semakin positif. “Orang tua saya sekarang bisa bercerita ke tetangga bahwa anaknya (Mbak Meri) sering naik pesawat gratis karena termasuk tim PMI,” tuturnya setengah tergelak. Wah, terlihat sederhana tapi ternyata dengan menjadi relawan PMI berhasil membuat orang tua bangga.
Mbak Meri kini termasuk staf program relawan yang berkantor di markas PMI Kabupaten Bogor di daerah gedung perkantoran Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Namun, kegiatannya tidak melulu di kantor atau memberikan pelatihan. Sebagai koordinator lapang, Mbak Meri bertanggung jawab terhadap kegiatan Relawan Pelestari Lingkungan yang terdapat di daerah Kecamatan Cibinong.


Saat ditanya, sampai kapan ingin terus aktif di PMI, Mbak Meri menjawab dengan lugas, “Kalau bisa sampai seterusnya, Mbak. PMI sudah menjadi bagian hidup saya.” Wanita aktif ini juga berencana untuk melanjutkan pendidikan formalnya dengan mengambil kuliah S1 di bidang lingkungan hidup atau penyiaran (broadcast) untuk mendukung kinerjanya di PMI. Semoga cita-cita mulia Mbak Meri tersebut bisa segera menjadi nyata ya, Amin.
Pahlawan Bernama Relawan Pelestari Lingkungan
Sehari sebelum mewawancarai Mbak Meri via telepon, syukur Alhamdulillah, saya sempat meliput langsung dan dapat mewawancarai para relawan PMI pelestari lingkungan yang termasuk tim SIBAT di Sukahati. Keempat donor pelestarian lingkungan yang masih berusia muda tersebut yaitu Pak Ruslan, Pak Dian Sudiana (Bang Baron), Mas Abdul Aziz L., dan Mas Mudri.
Wawancara pada Kamis pagi hingga siang hari, 9 Juni 2016 tersebut, berlangsung pada lokasi pembibitan tanaman (nursery) yang sejuk dan hijau di daerah bantaran Sungai Ciliwung. Lokasinya tak jauh dari kantor Kelurahan Sukahati, Cibinong, Bogor. Alamat nursery untuk pembudidayaan taman gantung (vertical garden) yaitu di Muaraberes, RT 03/04, Kelurahan Sukahati, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Setiap tim SIBAT PMI di masing-masing kelurahan dan desa terdiri atas 20 anggota. Untuk Sukahati, sebanyak 14 anggotanya adalah kaum pria dan 6 orang lagi merupakan wanita. Menurut Pak Ruslan, setiap tahun diadakan seleksi perekrutan dan evaluasi kinerja tim SIBAT PMI. Maka, dari 20 orang anggota SIBAT PMI di Sukahati ini yang ada saat ini, 10 orang relawan (selain Pak Ruslan, Mas Aziz juga termasuk) sudah aktif terlibat sebagai relawan pelestari lingkungan dari awal program PRB-API merekrut relawan SIBAT PMI yaitu sejak tahun 2013.


Meskipun sudah ada tim relawan SIBAT PMI di kelima desa tersebut yang berasal dari elemen masyarakat, masyarakat selain anggota SIBAT PMI juga harus terus dan tetap dilibatkan. “Setiap bulan, tim SIBAT PMI di Sukahati melaksanakan enam kegiatan rutin pelestarian lingkungan. Keenam kegiatan tersebut yaitu Pelatihan Vertical Garden, Pembuatan lubang resapan Biopori, Kerja bakti Sungai Ciliwung dan Aliran Selokan, Kampanye Penyadaran dan Kesiapsiagaan Bencana, dan Pertemuan Bulanan untuk mengevaluasi program yang sedang maupun telah berjalan serta perencanaan program ke depan.
Berhubung saat ini sedang bulan suci Ramadhan, Pak Ruslan dan Bang Baron menginformasikan bahwa tidak ada kegiatan fisik hingga Lebaran. Jadi kegiatan yang tetap berlangsung adalah kampanye pilah sampah dan penyadaran untuk kesiapsiagaan bencana. “Titik tumpu kegiatan relawan SIBAT PMI pelestari lingkungan bersama masyarakat di Kabupaten Bogor ini adalah masalah sampah yang harus dikelola dengan baik oleh masyarakat. Khususnya mengedukasi dan menyadarkan masyarakat di daerah bantaran Sungai Ciliwung untuk tidak lagi membuang sampah ke sungai,” urai Pak Ruslan.

Sehari setelah peringatan Hari Bumi 22 April 2016, pada Hari Minggu 23 April 2016, SIBAT PMI Bogor melakukan program Susur Sungai Ciliwung dengan melakukan antara lain kegiatan kerja bakti massal, penyebaran sebanyak 10 ribu benih ikan di sungai, dan penanaman pohon di bantaran sungai Ciliwung. Wah, aksi nyata dan keterlibatan aktif tim relawan pelestari lingkungan SIBAT PMI terhadap pencegahan bencana banjir tentunya wajib diapresiasi dan diketahui segenap masyarakat luas.

Tantangan lainnya yang dihadapi tim relawan pelestari lingkungan SIBAT-PMI adalah masih adanya ketidakpedulian masyarakat terhadap program pelestarian lingkungan. “Contohnya setelah kami bersusah payah membuat lubang resapan biopori. Bahkan ada pengurus RT maupun RW yang menganggap keberadaan biopori itu sia-sia. Kata mereka : Ah, ini enggak jadi solusi! Ya, ada ajalah komentar miringnya,” ujar Pak Ruslan sambil tersenyum kecil. Meskipun demikian, tim SIBAT PMI tetap maju dan terus bersemangat dengan kegiatan mereka.
Di tahun 2016 ini, tim SIBAT PMI Bogor telah mentargetkan untuk dapat memiliki 3 RTH (Ruang Hijau Terbuka). Bibit tanaman disuplai oleh PMI untuk selanjutnya dibudidayakan oleh tim SIBAT PMI. “Alhamdulillah, masyarakat sangat merespon dan antusias dengan pelatihan vertical garden, terutama para ibu yang dikoordinir oleh para kader Posyandu. Kantor kelurahan dan kecamatan pun kini sudah dihiasi tanaman berbentuk vertical garden, Mbak,” kata Pak Ruslan dengan ekspresi sumringah. Tiga jenis tanaman yang saya dapat kenali dari label potnya pada vertical garden yang berada di lokasi nursery yaitu tanaman sayur berupa cabai dan dua jenis bunga yaitu Wijaya Kusuma dan Lipstick.
Benar sekali, itu memang nama bunganya. Unik sekali kan? Jujur, saya baru pertama kalinya mengetahui adanya bunga berwarna merah menyala tersebut. Sayang, belum ada satu pun tanaman di vertical garden yang berbuah atau berbunga saat ini. “Warna bunganya memang mirip warna lipstick, Mbak,” info Pak Ruslan.
Hebatnya lagi, pot pada vertical garden tersebut sangat go green karena memanfaatkan beragam wadah bekas yang didaur ulang menjadi pot gantung seperti botol minuman dan jerigen. Tanaman yang sukses dibudidayakan di satu lokasi vertical garden kemudian dibagikan bibitnya ke lokasi vertical garden lainnya. Tahun 2015 lalu, tim SIBAT PMI di Sukahati berhasil meraih juara ketiga “Lomba Vertical Garden” dalam rangkaian kegiatan ulang tahun PMI ke-70 yang didukung pula oleh American Red Cross (Palang Merah Amerika Serikat). Selain lomba vertical garden, PMI Bogor juga mengadakan lomba menghias tong sampah sebagai pot tanaman untuk para pelajar SMP dan SMU.






Harapan dan Pesan untuk Masyarakat
Tak ada gading yang tak retak. Pak Ruslan menyadari benar bahwa donor atau sumbangan para tim SIBAT PMI di Sukahati untuk kegiatan pelestarian lingkungan masih terkendala oleh ketersediaan waktu untuk menjalankannya secara purnawaktu (full time). “Kendalanya karena semua relawan PMI di Sukahati memang murni relawan (tanpa insentif atau tidak digaji) yang masih memiliki pekerjaan utama lainnya di hari kerja. Solusinya, sebagai orang kerja, kami benar-benar khusus mengalokasikan waktu di akhir pekan atau Sabtu dan Minggu sebagai tim SIBAT PMI,” ungkap Pak Ruslan berterus terang.
“Sepengamatan dan sepengetahuan saya, banjir di Jakarta awal tahun 2016 ini efeknya tidak separah tahun-tahun sebelumnya. Ini kan bukti nyata bahwa peran tim SIBAT PMI berdampak positif,” puji saya kepada keempat anggota tim SIBAT PMI di Sukahati tersebut. “Ah, itu karena programnya Pak Ahok (Gubernur Jakarta saat ini) untuk menangani banjir juga memang bagus, Mbak. Bisa dibilang, upaya kami ini (dalam mengurangi resiko bencana banjir) belum seberapalah,” respon Pak Ruslan merendah. Wah, padahal menurut saya, tim SIBAT PMI di Sukahati tersebut tergolong sudah lumayan sukses lho dalam mengurangi resiko banjir dengan pencapaian dan prestasi yang telah diraih sejak 2013 hingga saat ini.
Di akhir wawancara, saya pun menanyakan tentang harapan tim relawan SIBAT PMI terhadap masyarakat dalam partisipasinya untuk mencegah bencana banjir. Diwakili Pak Ruslan, beliau berpesan, “Minimal setiap warga sudah sadar bahaya banjir dengan cara tidak lagi membuang sampah ke sungai agar air sungai tetap lancar mengalir.” Selain itu, keempat relawan pelestari lingkungan tersebut juga berharap pembuatan lubang resapan biopori dan vertical garden semakin meluas di masyarakat. Tujuannya agar air hujan bisa diserap oleh keduanya sehingga resiko banjir bisa berkurang. Kalau semua lahan hijau berubah menjadi hutan beton, air hujan jelas akan menggenang yang berujung dengan terjadinya banjir. Kalau sudah begitu, tindakan preventif tidak lagi efektif.

Pada akhirnya, semua kegiatan kemanusiaan PMI di bidang pelestarian lingkungan tersebut terbukti dapat memberdayakan dan menyejahterakan masyarakat dari segala kalangan secara sosial ekonomi. Tua-muda, pria-wanita, kaya-miskin, desa-kota, pra-pasca bencana, PMI memang diperuntukkan untuk siapapun, kapanpun, dan di manapun. Salam Kompasiana. Salam kesiapsiagaan bencana #SalamIndonesiaBaik
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI