Ummu mutiah menimpali lantas berkata maaf Fatimah saya belum mendapat izin dari suami saya untuk menerima tamu laki-laki tetapi Hasan anak-anak balas Fatimah ummutiah menimpali walaupun anak-anak Dia Lelaki juga biasa saja kembali setelah saya mendapat izin dari suami saya
Fatimah tidak bisa menolak ia mengucapkan salam  lantas meninggalkan rumah pembunuh dia keesokan harinya Fatimah kembali mendatangii rumah umum mutiah itu dan kali ini dengan Husein
Dialog serupa terjadi lagi Ummu Mutia belum juga mengizinkan Fatimah dan putranya masih karena izin dari suaminya hanya untuk Hasan Yang tempo hari datang  bersama Fatimah.Â
Pada hari selanjutnya Fatimah baru dibolehkan masuk di rumah itu ia melihat keagungan sosok Ummu Mutiah yang menggunakan pakaian terbaik dengan aroma tubuh yang wangi dan hiasan yang menawan.Â
Rumah ummu mutiah yang sederhana juga tampak sangat asri dan meneduhkan
Ummu Mutiah mengatakan bahwa suaminya akan segera pulang sehingga dia harus merawat diri sebaik mungkin untuk menyambut sang suami, Hal tersebut membuat Fatimah kagum dengan kepribadian Ummu Mutiah ia tambah dibuat kagum setelah melihat ketaatan dan pelayanan terbaik terhadap suaminya.Â
Di mana Di rumah tersebut Ungu Mutia meletakkan sebuah kipas, cambuk, dan juga satu buah gunting
Fatimah lalu bertanya wahai Ummu Mutiah untuk apa barang-barang tersebut kau sediakan Apakah suamimu berbuat tidak baik kepadamu . Ummu Mutiah menjawab tidak, suamiku sangat sayang padaku dia memperlakukan aku dengan baik aku meletakkan kipas adalah  untuk mengipas suamiku untuk mengeringkan keringat yang ada pada tubuhnya setelah bekerja seharian penuh.Â
Fatimah lalu terpana setelah itu dia bertanya dan untuk apa cambuk itu wahai Mutiah
Ummu Mutiah menjawab csmbuk itu aku berikan kepada suamiku, aku berkata pada suamiku sekiranya ada pelayananku yang tidak mengenal hatinya yang tidak baik menurutnya aku memintanya untuk menyambuk diriku, kembali Fatimah terfana, selanjutnya Fatimah kembali bertanya, lantas untuk apa lagi gunting itu wahai Mutiah. Mutia menjawab gunting itu ku berikan pada suami ku. Wahai suamiku jika ada kata kataku yang kasar terhadapmu yang menyakitkan hati mu maka potonglah lidahku ini, dan lagi lagi Fatimah terfana.Â
Kisah Ummu Mutiah bukanlah simbol perbudakan suami untuk istrinya melainkan sebagai tanda ketulusan seorang istri terhadap suaminya