Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

KPSI Dikerjai AFF, La Nyalla, Dahlan Iskan, Tigor Boboy: Mau Denger Siapa?

30 Oktober 2012   03:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:14 2492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Kata orang bijak, satukan kata dengan perbuatan. Satukan hati dengan nurani. Jika itu dilakukan maka akan sangat indah mendengar orang berbicara. Belajarlah dari orang yang jelas memiliki catatan tindakan yang benar. Contoh orang seperti ini bernama H. Moh. Mahfud MD, Dahlan Iskan, Anies Baswedan, Quraisy Shihab.

Orang-orang KPSI seharusnya belajar berbicara dan bertindak sama. Dalam berbicara seharusnya minimal memikirkan beberapa hal misalnya (1) apakah yang akan dikeluarkan dan diucapkan dari mulut adalah kebenaran, (2) siapa pendengar yang diajak berbicara, (3) apa implikasi dan akibat dari omongan lewat konperensi pers.

Lagi-lagi KPSI kini melalui Sekjennya mengeluarkan pernyataan akibat ditolaknya Tim-KPSI ikut piala AFF. Pertama, Tigor Boboy menuduh negara-negara lain memilih lawan yang lemah. Pernyataan ini jelas merupakan tuduhan terhadap AFF dan anggota-anggota Negara lain yang tidak benar. AFF juga masih memiliki sportivitas dan memahami dan mengerti posisi KPSI yang dianggap - dan memang begitu adanya - berada dalam wadah PSSI sesuai dengan MoU Kuala Lumpur.

Kedua, mengatakan Timnas KPSI lebih hebat dibanding Timnas PSSI. Pernyataan ini adalah wujud kejumawaan dan sekaligus pengingkaran terhadap upaya memersembahkan Timnas Indonesia yang kuat. Jika memang KPSI memiliki Timnas yang kuat, apakah tidak lebih baik untuk dipersembahkan kepada Timnas Indonesia.

Setelah gagal menjadi wakil Indonesia di Piala AFF, KPSI dengan caranya sendiri mengatakan bahwa Piala AFF bukan agenda dan masuk penilaian untuk mendapat poin ranking FIFA. Untuk apa KPSI sebelumnya getol mewakili Indonesia. Jika tidak mendapatkan nilai dari FIFA apakah kejuaraan Piala AFF tidak memiliki nilai mewakili Indonesia? KPSI, karena keinginannya tidak terpenuhi, maka menganggap Piala AFF tidak penting.

Untuk itu KPSI memengaruhi dan melarang para pemain, baik yang ada di Swiss dan klub-klub LSI untuk tidak ikut membela merah putih, Indonesia. Syamsir Alam dkk tidak diizinkan. Lalu delapan pemain Semen Padang sebagai pemain pilar ditarik dari pusat pelatihan demi persiapan menghadapi uji coba klub melawan Persijap Jepara. Ini kepentingan nasional dikalahkan oleh kepentingan klub. Namun publik mengerti dan paham ini hanya akal-akalan KPSI untuk mengganggu persiapan Timnas asuhan Nil Maizar.

Pengaruh mengecilkan AFF rupanya merasuk di pikiran para pemain. Mereka mengganggap karena Piala AFF tidak dianggap mendapatkan poin ranking FIFA, maka nilainya bukan membela Negara. Pernyataan pertama keluar dari Firman Utina. Namun, jika yang dipilih Timnas KPSI, apakah akan ada polemik seperti itu?

KPSI dalam berbicara berbeda dari tindakannya. KPSI menganggap semua orang baik PSSI, pemerintah, AFF, dan masyarakat pecinta sepakbola Indonesia adalah orang totol; dan mereka yang pintar dan cerdas. KPSI juga menganggap semua orang bisa dikelabuhi dengan seribu satu tindakan. Buktinya, KPSI selalu menjelek-jelekkan prestasi Timnas PSSI yang memang buruk, namun ketikan para pemain diminta bermain di Timnas justru melarang.

Jika KPSI prihatin dan mau memerbaiki sepakbola Indonesia, kenapa malah para pemain potensial yang berlaga di ISL dan luar negeri diganggu dan tidak diizinkan bermain memnbela Timnas? Kenapa Arthur Irawan diizinkan oleh Espanyol B, klubnya bermain? CS Visse dimiliki oleh pendukung KPSI masalahnya, sehingga Syamsir Alam tidak bisa membela Timnas. Sungguh omongan yang keluar dari mulut berbeda dengan hati nurani, jiwa, dengan tindakan nyata di lapangan.

Maka, kata orang bijak, satukan kata dengan perbuatan. Satukan hati dengan nurani. Jika itu dilakukan maka akan sangat indah mendengar orang berbicara. Belajarlah dari orang yang jelas memiliki catatan tindakan yang benar. Contoh orang seperti ini bernama H. Moh. Mahfud MD, Dahlan Iskan, Anies Baswedan, Quraisy Syihab. Maka jika mendengarkan omongan La Nyalla Mattalitti dan kawan-kawan niscaya berbeda dengan para tokoh di atas. Pilih dengerin omongan La Nyalla atau Quraisy Shihab? Ha ha ha.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun