Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Crane Jatuh di Mekah dan Perlunya Otoritas Internasional di Tanah Suci

12 September 2015   12:58 Diperbarui: 12 September 2015   12:58 1798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Korban Mina I Sumber AP"][/caption]

Jatuhnya alat berat crane di Masjidil Haram Mekah menambah rangkaian peristiwa musibah di Tanah Suci. Sejak tragedi 2006 menewaskan 244 jemaah haji, berbagai kecelakaan terjadi dalam rangkaian pelaksanaan ziarah haji. Ribuan orang telah tewas tahun 1990 di terowongan Mina. Tercatat 1,426 jemaah haji meregang nyawa. Kini 107 tewas mengenaskan kejatuhan crane di Masjid Haram dan ratusan luka-luka. Mari kita tengok kisah ibadah haji dan membludaknya 2,000,000 jemaah serta perlunya otoritas internasional untuk mengurus Mekah dan Madinah dengan hati gembira ria senang sentosa suka-cita bahagia riang pesta-pora menikmati hidup selamanya senantiasa.

Arab Saudi yang menguasai Tanah Arab yang sebelumnya Mekah dan Madinah berada di tangan kabilah dan suku yang terkuat diambil alih oleh Kerajaan Saud. Atas berkat perjanjian dengan ulama Wahabi yang menjadi kongsi persyarikatan antara para ulama dan keluarga Kerajaan, maka dua kota suci Mekah dan Madinah menjadi daerah di bawah kekuasaan Gubernur Mekah, semacam daerah khusus. Kini, perkembangan membludaknya Jemaah haji yang 2,000,000 tidak mampu ditampung secara manusiawi dan alamiah.

Pada tahun 1930-an perjalanan dan rangkaian ritual Jemaah haji sangat menarik dan manusiawi. Keaslian pelaksanaan Jemaah haji sebagai gambaran kisah kehidupan manusia dari mulai Adam, Ibrahim, Ismail, Sarah dan perjalanan spiritual Muhammad dan juga perkembangan kejayaan Islam diwujudkan dalam wukuf di tanah kosong luas padang Arafat.

Dalam perkembangannya, ajakan Muhammad untuk mengunjungi Mekah dan Madinah dalam rangka perjalanan ziarah haji memimbulkan konsekuensi dan tanggung jawab keamanan, keselamatan, akomodasi, dan transportasi untuk pergerakan 2 juta orang dalam waktu yang bersamaan. Pelemparan jumrah untuk melempari setan menjadi tempat meninggalnya banyak jemaah. Selain Februari 2004 menewaskan 244 orang, selain yang terkenal 1990: 1,426 orang.

Pada Januari 2006 gedung yang tak layak dijadikan pemondokan jemaah haji runtuh: 76 orang tewas. Kini tragedy kecelakaan kembali terjadi di Masjidil Haram.

Arab Saudi adalah negara dunia ketiga seperti dengan standard keselamatan, keamanan, dan kenyamanan rendah. Pengamanan, keselamatan, dan pelayanan haji tidak pernah dilakukan secara komprehensif. Karena sifat ibadah haji yang ‘lillahi ta’ala’ bahkan kematian ketika sedang menjalani ibadah haji adalah: sahid dan surga membuat kematian menjadi hal yang didambakan para jamaah haji. Klop sudah antara ketidakpedulian jamaah haji dengan kemasabodohan penguasa Mekah dan Madinah. Pemerintah Arab Saudi pun melakukan perubahan dan pembangunan yang jelas mengubah makna hakiki beribadah haji.

Ibadah haji menjadi ‘nyaman’ namun the real meaning of attending the hajj menjadi sirna. Contoh ritual ‘berlari kecil’ antara Safa dan Marwa pun kini senyaman berada di dalam masjid yang ber-AC. Tak ada peluh yang tergambarkan dalam legenda heroik pencarian air untuk anak Ibrahim: Ismail yang akhirnya menemukan air mata abadi: zamzam.

Modernisasi terhadap Mekah dan Masjidil Haram serta sekitarnya telah menyebabkan menumpuknya kepentingan bisnis tahunan: ibadah haji. Kemampuan penguasa Saudi dipertaruhkan. Pergerakan jutaan manusia pada saat yang bersamaan dengan melakukan pembangunan berkelanjutan di sekitaran Masjid Haram. Safa yang dulunya berada di luar Masjid Haram kini berada di dalamnya – berjarak 400 meter dengan Marwah di seberang sana.

Semestinya Pemerintah membangun berbagai hotel dan aneka akomodasi di luar Mekah dan membangun transportasi massal yang terencana untuk melayani haji tahunan – serta jutaan pengikut ibadah haji kecil umrah. Yang terjadi adalah pemerintah Arab Saudi membiarkan komersialisasi seluruh wilayah di sekitaran Masjid Haram menjadi wilayah bisnis dengan berbagai hotel berdiri mengelilingi Ka’bah yang disucikan. Akibatnya adalah kesemrawutan dan percampuran antara bisnis dengan ibadah haji tak terlelakkan.

Sejak kejadian tahun 1990, dunia internasional yang dimotori Iran menuntut Mekah dan Madinah berada di bawah otoritas internasional. Mekah dan Madinah harus diurus oleh otoritas Internasional mengingat Islam adalah agama rahmatan lilalamin yang tak layak situs-situs penting sejarah Islam berada di tangan penguasa duniawi seperti Keluarga Kerajaan Saud. Tuntutan itu semakin meningkat di tengah ketidak-mampuan Arab Saudi memberikan layanan keselamatan selama ibadah haji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun