Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Angelina Sondakh Martir Koruptor: Tinjauan Mafia Sosial Koruptor

4 Januari 2013   03:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:32 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Putri Indonesia 2001, Angelina Patricia Pingkan Sondkah, ini pantas menjadi pemain sinetron. Angie juga dapat dijadikan studi kasus untuk membedah psikologi para koruptor. Juga kenapa koruptor memiliki jaringan dan mafia. Juga selalu dilakukan bersama-sama alias berjamah. Mari kita tilik kasus ini agar kita semua tidak terkecoh oleh akal-akalan gaya para koruptor. Cara pikir koruptor yang lihai ini yang menyebabkan Banggar sulit ditembus meskipun rekening gendut ada buktinya.

Angie mengaku tidak menerima serupiah pun. Apa yang ditampilkan Angie di persidangan pada saat pembacaan pledoi sungguh menarik disimak. Sempat cengengesan dalam wawancara stasiun televisi, pada persidangan kali ini Angie menampilkan dirinya dan anak-anaknya. Namun hakim dengan bijaksana tak membiarkan anak-anaknya, Zahwa dan Aaliya, untuk berada di persidangan. Yang ada adalah cucuran air mata.

Angie merengek dan menghiba dengan menyebut Hakim Yang Mulia – walau hakim banyak yang koruptor – agar hukumannya ringan. Upaya mengaduk belas kasihan dengan membawa anak-anak dan tetesan air mata penyesalan sebenaranya hanya sandiwara belaka.

Angie pun merasa tidak pernah menerima sepeserpun uang hasil korupsi Wisma Atlet. Angie tidak ‘menerima’ serupiah pun – sama dengan gaya bicara Anas Urbaningrum – tak menerima serupiah pun bukan berarti tidak menerima uang. Namun jumlahnya bukan satu rupiah. Lalu kenapa para koruptor suka berbicara meyakinkan?

Dalam otak para koruptor itu selalu ada dua jenis omongan atau pernyataan: (1) pernyataan yang tidak benar dan (2) pernyataan salah. Hanya dua pilihan itu. Politisi dan politik sebagai induk dan sumber kekuasaan isinya adalah kebusukan. Buktinya 67% korupsi terkait dengan partai politik dan anggaran belanja. Para penguasa itu paling korup adalah anggota DPR dan DPRD serta kepala daerah. Untuk nilai korupsinya, benar kata Marzuki Alie, Kementerian Keuangan dan Agama menduduki ranking juara satu dan juara dua dalam hal korupsi.

Kenapa para koruptor senang sendu, menangis di persidangan? Menurut catatan psikologis, para koruptor itu senang sekali mengaduk-aduk belas kasihan hakim agar hukumannya dikurangi. Contoh paling gres ya tingkah laku Angie dengan pernyataannya: (1) Angie menyesal masuk politik hingga menjadi orang hina – ( tidak benar koruptor hina di Indonesia), (2) Angie sejak ditahan rasanya sudah dipenjara – (tidak benar para koruptor menderita di dalam penjara, karena semua kebutuhan dicukupi oleh uang hasil korupsi), (3) Angie bilang hartanya jangan disita – (semua koruptor menyimpan hartanya dalam bentuk pencucian uang, jadi lebih banyak yang disembunyikan), (4) harta yang dipunyai dimiliki sebelum kenal Nazaruddin – (koruptor selalu saja membuat alibi cerdas).

Angie juga menyampaikan bahwa, “Saya seolah menjadi manusia hina, teman-teman yang dulu perhatian, satu per satu mulai menjauh dan tidak berani mendekat!” Jelas. Dalam politik dikenal bahwa ‘tidak ada kawan yang abadi, yang abadi adalah kepentingan’. Angie pura-pura lupa bahwa para koruptor saling membantu di belakang layar, saling melindungi antara satu koruptor dengan koruptor lain.

Fakta hasil investigasi terhadap keluarga para koruptor tetap saling mendukung dan membantu ketika salah satu anggota klub koruptor dipenjara. Mereka memberikan dukungan keuangan dan bahkan ada yang siap pasang badan demi kekayaan anak istri tetap terjaga. Ada istilah ‘martir atau syuhada’ dalam kelompok koruptor. Syuhada ini adalah koruptor yang mau menjadi tameng dan pasang badan bagi keselamatan banyak orang. Keluarga syuhada atau martir ini mendapatkan jaminan kesejahteraan selama-lamanya dari para koruptor yang tidak tertangkap. Para anggota geng dan mafia koruptor selalu mengadakan pertemuan untuk membahas ‘sumbangan ‘ kepada anggota jaringan para koruptor dan keluarganya.

Jadi, rupanya Angie ini anggota yang dijadikan martir atau syuhada atau syahidah bagi anggota geng para koruptor di Indonesia. Jadi para koruptor dan keluarganya tak akan terpengaruh meskipun harta disita. Itulah sebabnya para koruptor di Indonesia tidak ada yang menunjukkan rasa bersedih ketika hukuman dijatuhkan. Para koruptor hidup di penjara sebagai ‘rumah kedua’ layaknya. Dan, keluarga para koruptor tidak ada yang sengsara ketika anggota keluarganya dipenjara. Hal ini disebabkan oleh dua hal (1) pencucian uang dan (2) kerjasama saling membantu dan solidaritas para koruptor. Memang koruptor aneh dan menggunakan istilah berjamaah, kini menggunakan kata martir dan syuhada atau syahidah bagi koruptor perempuan. Duh, koruptor memang kacau! Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun