Sisa-sisa kebesaran akulturasi berbagai budaya dan agama dilestarikan dengan sangat baik. Untuk merayu pengikut baru Hindu-Buddha dalam agama baru Islam, maka para Walisongo secara strategis melegendakan tradisi lama ke dalam Islam. Kebiasaan tabur bunga dan pembangunan candi – dalam bentuk kecil pusara – Hindu-Buddha dipertahankan. Maka dapat kita lihat makam para Walisongo dan kerabatnya dibuat tinggi dan besar. (Ajaran Islam Wahabi Arab tak memberikan tempat bagi kuburan dibangun permanen. Bahkan makam-makam Raja Arab Saudi tak dibangun dan hanya ditandai batu tanpa ukiran nama.)
Bahkan kebiasaan Hindu menghias kubur dan menabur bunga di pusara menjadi tradisi sampai sekarang di semua kalangan agama. Terlebih lagi, di semua kuburan Walisongo ajaran menyulut kemenyan, sesaji dan persembahan uang tetap lestari.
Maka bangunan Menara Kudus merupakan simbol keberhasilan akulturasi budaya-politik-agama yang sukses. Bentuk Menara Kudus yang terpengaruh Hindu sangat menarik. Bahkan di dalam masjid Al- Aqso bangunan asli seperti candi bentar tetap dipertahankan. Strategi mengajarkan Islam tanpa kekerasan dan pendekatan garis keras terbukti sukses.
Yang terjadi adalah akulturasi budaya-agama yang sukses. Tradisi wayang berbasis Mahabarata dan Ramayana dihidupkan dalam wayang. Kesenian budaya oral Jawa dipertahankan dengan ajaran Islam dimasukkan di dalamnya. Maka muncullah Dandang Gula, Mocopat yang isinya adalah pengajaran agama Islam yang mengambil akar budaya Hindu sebagai starting point.
Kudus, Rembang, Pati, Demak, Kadilangu adalah kota-kota yang tradisi budaya mereka berhasil dipertahankan. Kota-kota itu merupakan percontohan sejarah penyebaran agama dan akulturasi etnik yang sukses: Majapahit yang Hindu, Tionghoa yang Islam, Tionghoa Konghucu Arab yang Islam, dan Jawa yang animis bersatu mendirikan Kerajaan Demak dengan Raja I Keturunan Tionghoa-Majapahit, Raden Patah.
Sampai kini kota-kota itu menjadi simbol kehidupan berbagai agama. Konghucu, Islam, Buddha, Kristen, Katolik dan Hindu masih hidup di sana. Islam yang dominan bersanding dengan berbagai agama minoritas tanpa konflik. Semua itu dibangun dengan strategi akulturasi budaya, etnik, dan agama yang sempurna oleh para Walisongo dan pendahulu mereka.
Mereka meletakkan dasar Islam Nusantara yang damai, indah dan menghargai kemanusiaan. Berikut foto-foto jejak akulturasi budaya, agama, dan masyarakat di Kudus, Demak, dan Kadilangu masa kini.