Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo Genapi Ramalan Jayabaya dalam Notonogoro?

23 Agustus 2014   14:09 Diperbarui: 4 April 2017   18:30 45322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertanyaan ini muncul tiba-tiba terkait NOTONOGORO. Bahwa presiden RI hanya sampai tujuh orang sejak zaman Bung Karno, eyang saya Presiden Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono, lalu Joko Widodo sebagai presiden ke-7. Apakah justru Prabowo akan menggenapi ramalan Indonesia hanya akan memiliki presiden sampai ke-7? Artinya Prabowo yang ngotot akan menjungkalkan Jokowi secara politis - bahkan sampai sekarang Prahara belum mengucapkan selamat atas kemenangan Jokowi-JK - menggenapi ramalan dan Indonesia bubar karena sepak terjang Koalisi Merah Putih? Mari kita simak dengan baik ramalan tersebut.

Namun jika dicermati, menurut Ki Sabdopanditoratu, terkait NOTONOGORO dalam jangka atau ramalan Jayabaya tidak tentang jumlah orangnya, namun tentang karakter orangnya. Maka jika dicermati dengan baik, ramalan Jayabaya tentang NOTONOGORO yang selalu dihubungkan dengan nama sosok orang per orang adalah salah. Yang benar adalah pemahaman tentang makna NOTO NOGORO yang bisa dimaknai sebagai penataan atau pengaturan (noto) dan negara (nogoro).

Dalam ramalan Jayabaya tak pernah disebutkan tentang nama-nama berakhiran huruf Jawa tertentu atau tentang nama orang per orang. Yang disebutkan justru tentang zaman. Zaman edan, zaman Kalabendu dan seterusnya.

Jika dicermati, Bung Karno dan eyang saya Presiden Soeharto termasuk yang pertama kali Noto (menata) Indonesia dengan Revolusi '45 dan Pembangunan. Para presiden selanjutnya, Habibie, Gus Dur, Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono hanyalah pelanjut tambal sulam Noto. Yang dimaksud oleh Jayabaya sebagai pemimpin di Tanah Jawa (Indonesia) adalah yang memiliki roh sesuai dengan zaman yang digambarkan oleh Jayabaya - bukan hanya menduduki jabatan tanpa karya. Maka SBY dan para 3 presiden sebelumnya hanya presiden transisi yang mengenapi NOTO saja, sebagai pelanjut Bung Karno dan Pak Harto. Mereka tidak meninggalkan jejak kuat seperti Bung Karno dan Pak Harto.

Itu artinya jagka Jayabaya baru sampai pada NOTO - jika memaksakan nama-nama. Bung KarNo dan Pak HarTO. Namun yang lebih tepat, menurut Ki Sabdopanditoratu, NOTONOGORO lebih terkait dengan periode waktu membangun bangsa Nusantara atau Indonesia.

Nah, apakah Prabowo yang ngotot akan menjadi pratanda bahwa Indonesia akan bubar karena kelakuan Koalisi Merah Putih? Tidak juga karena justru koalisi merah putih akan rontok sebelum melakukan aksinya. Koalisi Merah Putih akan ajur wuwur sak durunge munggah neng nduwur yang artinya Koalisi Merah Putih akan bubar dan hancur sebelum sempat naik tinggi.

Dan, dalam perhitungan Ki Sabdopanditoratu, Joko Widodo menjadi presiden RI yang ke-7 melengkapi SBY dan mulai lagi dari NO sebagai Mulyono (nama kecil Joko Widodo). Artinya nama-nama presiden Indonesia akan selalu terulang dalam berbagai huruf kombinasi 7 huruf dan bunyi, yakni O, A, N, T, E (dalam NeGORO), G, R. atau juga no, to, go, ro atau na, ta, na, ga, ra dalam huruf Jawa.

Dalam huruf Latin ‘en N', ‘te T', ‘ge G' dan ‘er R' yang lebih mewakili Indonesia dibandingkan hanya Jawa. Dalam bahasa Jawa sendiri antara A dan O saling bersanding sama. A bisa dibunyikan O. Misal ‘saka' sama dengan ‘seko', "Saka ngendi?" sama dengan "Seko ngendi?".

Dengan demikian mengenai ramalan Jayabaya bahwa setelah presiden RI ke-7 Indonesia akan bubar yang disulut oleh sikap Prabowo yang tak legawa adalah tidak benar. Bahkan Prabowo tidak terdapat dalam sejarah dan tak memenuhi syarat apapun dalam ramalan Jayabaya. Bagaimana mungkin orang yang tidak memiliki kekuatan apapun seperti Prabowo berperan untuk membuat Indonesia hanya memiliki 7 presiden.

Dan selama ini para pembaca ramalan gagal memaknai ramalan Jayabaya yang hanya terpaku pada bunyi dan huruf No To No Go Ro dan tidak mendalami makna noto = menata dan nogoro alias negara. Plus tak banyak memahami pula tentang keluasan pemaknaan notonogoro sebagai zaman bukan sebagai nama orang. Pun jika nama orang maka itu pun menjadi perulangan terus dengan nama-nama yang berakhiran huruf O, A, N, T, E, G, R, atau bunyinya.

Mari kita lihat kebenaran analisis Ki Sabdopanditoratu. Soekarno berakhiran NO, bunyi dan huruf N+O. Soeharto berakhiran TO, T+O. Makanya mereka menjadi sebenar-benarnya NOTO, peletak dasar Indonesia. Habibie berakhiran huruf E. Abdurrahman Wahid berakhiran huruf N dalam AbdurrahmaN dan lebih kuat lagi Gus Dur berakhiran huruf R.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun