Menjelang akhir acara, hadir juga Ma'ruf, Staf Khusus Mendikdasmen Bidang Humas dan Media, memberikan penegasan penting tentang arah kebijakan pendidikan ke depan. Ia kembali menyoroti implementasi 7 Kebiasaan Indonesia Hebat (KAHI) sebagai pedoman pembentukan karakter positif anak di era digital.
Menurutnya, KAHI adalah wujud nyata dari cita-cita pendidikan nasional yang tidak hanya menekankan kecerdasan intelektual, tapi juga integritas, empati, dan moralitas. "Anak-anak boleh hidup di era digital tapi nilai-nilai baik harus tetap hidup dalam diri mereka," katanya.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada Kompasiana atas peran serta aktifnya dalam menyebarkan informasi positif tentang dunia pendidikan dan penguatan karakter murid di Indonesia.
Setelah sambutan penutup itu, suasana aula kembali hangat. Para peserta tampak bersemangat bertepuk tangan, beberapa berdiri memberi apresiasi, dan sisanya mulai bersiap untuk foto bersama.
Menghidupkan Nilai 'Ramah' dalam Pendidikan
Acara mungkin sudah selesai, tapi semangat yang terasa di ruangan itu seolah masih tertinggal. Percakapan demi percakapan antara peserta setelah acara menunjukkan hal yang sama bahwa konsep 'Sekolah Ramah untuk Semua' bukan lagi jargon, melainkan kebutuhan nyata di setiap jenjang pendidikan.
Dari paparan para narasumber, jelas bahwa 'Sekolah Ramah untuk Semua' adalah tentang rasa aman dari kekerasan, rasa nyaman dalam belajar, fasilitas yang mendukung kreativitas, serta suasana yang menggembirakan. Empat unsur itu, jika dirangkai bersama, membentuk ekosistem pendidikan yang sehat dan berdaya.
Namun di atas segalanya, ramah juga berarti saling menghormati  antara guru, siswa, dan orang tua. Ramah bukan hanya sikap, tetapi budaya yang tumbuh dari kebiasaan baik yang dilakukan terus-menerus.
Di sinilah peran kolaborasi menjadi penting. Sekolah tidak bisa berjalan sendiri tanpa dukungan keluarga dan masyarakat. Begitu pula sebaliknya, orang tua dan media memiliki tanggung jawab moral untuk ikut menjaga nilai-nilai pendidikan yang menumbuhkan semangat positif bagi anak-anak.
Dari acara gelar wicara 'Sekolah Ramah untuk Semua' ini, satu hal menjadi jelas bahwa pendidikan yang baik bukan hanya soal prestasi akademik, tetapi juga tentang bagaimana menciptakan lingkungan yang membuat anak merasa aman untuk belajar, nyaman untuk berkembang, dan gembira untuk tumbuh.
Sekolah ramah untuk semua bukan hanya tempat belajar, melainkan rumah kedua di mana anak-anak merasa dihargai, didengar, dan diterima. Di situlah karakter mereka dibentuk, bukan lewat teori, tapi lewat pengalaman sehari-hari yang penuh kebaikan.