Apa yang dilakukan Pegadaian sejatinya sejalan dengan agenda besar bangsa, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs). Dengan menyalurkan pembiayaan pada UMKM, Pegadaian turut serta mengurangi kemiskinan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Dengan menggunakan energi bersih, Pegadaian membantu mewujudkan akses energi terjangkau dan aksi iklim. Dengan program sosial, Pegadaian mendukung pendidikan berkualitas, kesehatan, hingga kesetaraan.
Di titik inilah kita melihat benang merah dari jargon Pegadaian mengEMASkan Indonesia. Kata 'emas' tidak lagi hanya bermakna logam mulia yang selama ini menjadi ikon perusahaan, melainkan simbol nilai kemurnian niat, kekuatan ketahanan, dan keindahan kontribusi bagi negeri. Indonesia yang berkelanjutan adalah Indonesia yang berkilau, dan Pegadaian mengambil peran sebagai pengasah kilau tersebut.
Opini tentu akan terasa lebih berbobot bila didukung data konkret. Dalam laporan keberlanjutannya, sepanjang 2024, Pegadaian mencatatkan peningkatan rekening aktif di hampir semua lini bisnis. Bisnis emas naik signifikan menjadi 3,97 juta rekening, bisnis gadai syariah tembus 1,5 juta rekening, sementara bisnis kredit mikro dan non-gadai juga menunjukkan tren positif. Peningkatan pendapatan usaha hingga Rp38,6 triliun dan laba bersih Rp5,85 triliun memperlihatkan bahwa keberlanjutan dan keuntungan bukanlah dua hal yang bertolak belakang.
Justru sebaliknya, strategi berbasis ESG menjadikan Pegadaian semakin tangguh. Turnover karyawan turun, keluhan nasabah menurun, kecelakaan kerja merosot drastis, bahkan pemasok lokal yang dilibatkan semakin banyak. Ini bukti nyata bahwa ketika perusahaan menempatkan keberlanjutan sebagai inti, maka semua aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan ikut bergerak naik.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Jalan menuju Indonesia Emas ibarat sebuah perjalanan panjang yang kadang penuh tikungan, tanjakan, bahkan lubang tak terduga. Pegadaian, dengan sejarahnya yang panjang, tentu tidak bebas dari tantangan. Justru, di era serba cepat seperti sekarang, tantangan itu datang dari berbagai arah. Mulai dari perlunya pemahaman lebih mendalam tentang ESG di seluruh level organisasi, ancaman bencana akibat perubahan iklim, sampai risiko reputasi di era digital yang bisa runtuh hanya karena satu isu viral.
Namun, di balik semua itu ada satu kata kunci: konsistensi. Pegadaian paham bahwa membangun budaya keberlanjutan tidak bisa dilakukan dalam semalam. Karena itu, berbagai sosialisasi, pelatihan, hingga program penguatan internal terus dilakukan. Bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah proses untuk menanamkan kesadaran bahwa setiap insan Pegadaian tidak hanya bekerja demi gaji bulanan, melainkan ikut mengemban misi besar yakni menjadikan keberlanjutan sebagai napas perusahaan.
Harapan ke depan pun tumbuh dari fondasi ini. Dengan jaringan yang luas hingga pelosok dan kedekatan yang nyata dengan rakyat kecil, Pegadaian punya keunggulan yang jarang dimiliki institusi keuangan lain. Ia hadir di tengah masyarakat, menjadi bagian dari cerita sehari-hari mereka. Dari sinilah lahir peluang untuk memperbesar kontribusi Pegadaian dalam ekosistem keuangan berkelanjutan nasional. Ia bisa menjadi jembatan antara inklusi keuangan dan nilai-nilai hijau yang berkeadilan, antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.
Pegadaian tidak hanya sekadar pilar ekonomi rakyat, ia berpotensi menjadi katalisator perubahan. Bayangkan, sebuah lembaga keuangan yang akarnya begitu kuat di masyarakat, namun visi dan langkahnya menatap masa depan. Inilah wujud nyata dari frasa Pegadaian mengEMASkan Indonesia. Sebuah manifesto bahwa keberlanjutan bukan jargon kosong, melainkan sesuatu yang bisa diwujudkan lewat langkah-langkah nyata.
Karena sesungguhnya, bisnis tidak harus tumbuh dengan merusak. Keuntungan tidak harus hadir dengan mengorbankan alam. Justru, keduanya bisa berjalan beriringan ketika ada kesadaran, komitmen, dan inovasi. Pegadaian membuktikan hal itu. Dari emas batangan yang tersimpan rapi di brankas hingga emas keberlanjutan yang terus diasah, Pegadaian menunjukkan bahwa nilai sejati bukan hanya pada transaksi harian, melainkan pada cita-cita besar yang diwariskan.
Dan jika kita merenung sejenak, emas yang sesungguhnya bukanlah yang berkilau di etalase atau tercatat dalam rekening investasi. Emas yang paling berharga adalah nilai keberlanjutan yang bisa kita titipkan kepada generasi mendatang, lingkungan yang lebih lestari, masyarakat yang lebih adil, dan bangsa yang lebih tangguh.
Di situlah Pegadaian menempatkan dirinya, bukan sekadar lembaga keuangan, melainkan bagian dari perjalanan panjang menuju Indonesia Emas 2045. Sebuah perjalanan di mana kilau emas tidak hanya tercermin dari logam mulia, melainkan dari masa depan yang lebih cerah untuk kita semua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI