Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, Asrar Atma, dll. Buku solo 31 judul, antologi berbagai genre 201 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Doa dan Tangga untuk Pulang

9 September 2025   18:30 Diperbarui: 9 September 2025   18:30 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Antara Doa dan Tangga untuk Pulang

"Ini kisah nyata tentang kucingku yang lima hari tersesat di balik pagar. Peristiwa ini membuatku belajar banyak tentang doa, pasrah, dan kasih Tuhan yang hadir dalam hal-hal sederhana."

Kisah ini benar-benar nyata, terjadi pada awal September. Seekor kucing kesayanganku, Tria Ayu Manja Putriwati, tersesat selama lima hari di balik pagar tinggi. Aku hampir putus asa, bahkan menangis dalam doa. Namun Tuhan menunjukkan kuasa-Nya dengan cara yang sederhana tapi luar biasa: lewat selembar honor kecil, lewat seekor kucing Oren yang misterius, dan lewat tangga yang akhirnya menjadi jalan pulang bagi si Manja.
Semoga kisah ini bisa menjadi pengingat, bahwa kasih sayang Tuhan hadir dalam hal-hal kecil yang mungkin sering kita abaikan.

***

Tria Ayu Manja Putriwati---begitu nama kucing belang telon yang manja, dengan wajah unik seperti papan catur. Sejak tanggal lima lalu, ia tersesat. Entah bagaimana caranya, tahu-tahu suaranya terdengar dari balik pagar setinggi dua meter, di lahan kosong yang ditumbuhi tanaman liar dan rawe. Berkali-kali kupanggil, tapi ia tak bisa pulang.

Hari-hari setelah itu terasa berat. Aku menangis, bukan hanya karena kehilangan Manja, tapi juga karena kebingungan akan hidup sehari-hari. Uang di dompet menipis, sementara kebutuhan makan kucing-kucingku tetap ada. Aku bisa tahan hidup dengan nasi dan kerupuk, tapi bagaimana dengan mereka? Dalam tangisku, aku memohon: "Tuhan, ampuni aku kalau aku kurang bersyukur. Kalau Manja memang harus pergi, biarlah ia sampai di keluarga yang baik. Tapi kalau masih mungkin, tolong beri dia kepandaian untuk naik tangga, supaya ia bisa pulang."

Doa itu kutitipkan di antara isak dan pasrah. Lalu, perlahan, Tuhan menjawab. Kemarin aku mendapat honor, meski tak banyak, cukup untuk mengisi saldo dan menenangkan hati. Dan hari ini, suara Manja kembali terdengar.

Aku pun mencari cara. Satu tangga kulemparkan ke luar pagar, satu lagi kupasang untuk naik melihatnya. Aku yang biasanya takut naik tinggi, entah bagaimana bisa memanjat hingga ke atas pagar, hanya supaya Manja tahu bahwa aku ada di sana untuk menuntunnya. Suamiku ikut naik, ikut berseru-seru memanggil namanya.

Manja melihatku, tapi ia masih ragu. Tukang kebun yang ada di situ sempat mencoba, namun Manja ketakutan. Ia berkata, "Biarkan saja, Buk, sebentar lagi pasti bisa pulang dia." Ucapannya seperti ramalan kecil.

Dan benar, tak lama setelahnya, ketika tukang masih sibuk bekerja di luar, Manja akhirnya memberanikan diri menaiki tangga. Dengan suara lirih kutuntun, kuberi semangat. Detik-detik itu terasa panjang sekali. Sampai akhirnya---ya ampun!---ia benar-benar sampai di atas, dan begitu dekat denganku. Kutangkap tengkuknya, kulempar pelan ke dalam pagar, dan Manja pun pulang.

Air mataku luruh bersama rasa syukur. Puji Tuhan, yang Maha Penolong itu mendengar tangisku, bahkan menjawabnya dengan cara yang lembut dan tepat waktu. Manja tidak sendirian selama tersesat; ada seekor kucing Oren misterius yang menemaninya, seolah 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun