Berjuang Bersama Pasukan Krucil Â
Dua minggu lalu, aku kehilangan perjaka tampan yang baru saja kusterilkan. Rasanya sesak setiap kali mengingatnya. Kekasih kecilku, si Oyen berbulu keemasan, pergi dengan cara yang begitu mengiris. Jika teringat, air mata ini tak terbendung.
Sepekan belakangan, tiga gadis kecil yang lain kutemukan dalam kondisi lemas, muntah, dan diare, menjadi tanggung jawabku. Nafsu makan mereka hilang. Aku trauma. Oyen Coki, yang sempat kuopnamekan, justru meninggalkan dunia. Karena itu, kali ini aku bertekad mengurus sendiri ketiga krucil manis ini.
Setiap beberapa jam, kubuatkan larutan gula merah dan kumasukkan ke mulut mereka dengan spet injeksi---yang penting, cairan masuk. Di hari kedua, mulai kutambahkan makanan lembut: makanan saset yang kucampur sedikit kaldu agar harum menggugah selera. Karena mereka mulai menolak spet, terpaksa kusuapi langsung dengan tangan.
Risiko cakaran dan gigitan taring tajam itu memang ada. Maka kugendong mereka pakai selendang bayi, kutengadahkan sedikit kepala mungil itu, dan kusuapi perlahan. Meski mereka sempat mengomel, makanan akhirnya masuk juga. Ini kuulangi beberapa kali sehari.
Hari keempat, harapanku mulai tumbuh. Si Jelaga---nama baru pengganti Iyeng---sudah mulai makan sendiri. Hati ini girang bukan kepalang. Keesokan harinya, Tria---dulu bernama Telon---juga mulai berjalan tertatih-tatih menjelajahi sudut kamar. Nama sengaja kuganti agar tidak sakit-sakitan, hehe .... Kan tradisi mengganti nama ---yang kutahu semenjak masa kecil--- bisa dilakukan sebagai tolak bala!Â
Sementara itu, Jelita, si penyendiri yang suka bersembunyi di kolong ranjang, kubelikan kandang baru yang cukup mahal. Kupikir, daripada uang habis untuk opname, lebih baik kugunakan untuk membeli kandang. Setidaknya dia tak akan ngumpet dan susah dicari saat jam makan.
Hari ini hatiku begitu terhibur. Mereka semakin aktif, dan ... baru saja, si Jelita berhasil keluar dari kandangnya! Kabur! Untung masih di halaman---segera kutangkap dan kumasukkan kandang kembali. Deg-degan, iya. Tapi juga senang. Itu tandanya dia benar-benar mulai pulih.
Kalau kemarin-kemarin kulakukan perawatan dengan berurai air mata, kini kuucapkan syukur tiada tara. Oh, pemilik kehidupan, kepada-Mu hamba bersyukur dan berterima kasih atas penyelenggaraan kehidupan ini, amin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI