Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - suka nulis dan ngedit tulisan

mencoba mengekspresikan diri lewat tulisan receh

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Manfaat Membaca: Masih Terpatri di Sini

5 Mei 2024   14:10 Diperbarui: 5 Mei 2024   14:11 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Muluk, teman Zainuddin mengatakan bahwa Hayati sebenarnya masih mencintai Zainuddin. Mendengar hal itu, Zainuddin menyesali diri. Setelah memakamkan Hayati, Zainuddin dilanda kesedihan panjang dan jatuh sakit pula. Kondisi tubuhnya menjadi lemah, dan tak lama kemudian Zainuddin meninggal. Zainuddin dan Hayati dimakamkan berdampingan di tanah Jawa.

Kesan saya? Saat itu, saya merasakan betapa menderitanya wanita yang tidak direstui hubungan percintaannya oleh orang tua. Membaca novel tersebut, sungguh saat itu saya pun ikut menangis, menangisi perjalanan hidup dan cinta Hayati sang tokoh. Ternyata ketika dewasa, saya pun mengalami nasib mirip dengannya. Bukan keluarga saya yang menolak, melainkan sayalah yang ditolak keluarga kekasih. Inilah yang membuat saya terkesan sekali!

            Novel berikutnya yang sangat berkesan di hati saya berjudul Jalan Bandungan buah karya Nh. Dini. Novel ini saya baca ketika saya sudah menikah dan mengajar di salah sebuah sekolah. Karena ditugasi menjadi kepala perpustakaan, saya menjalin kerja sama dengan perpustakaan kota dan sering membawa murid ke tempat tersebut. Nah, saya pun berkesempatan membaca novel yang sangat menginspirasi itu. Novel ini menceritakan perjuangan Muryati melawan masa sulitnya. Kisahnya bermula saat ia bertemu dengan seorang pemuda bawahan ayahnya yang merupakan seorang jenderal perang. Pemuda tersebut bernama Widodo. Widodo kemudian melamar Muryati melalui ayahnya.

Sebagai seorang anak yang patuh, Muryati selalu memenuhi perintah ayahnya termasuk saat diminta ayahnya untuk menerima lamaran Widodo. Setelah pertunangan dilakukan, keduanya saling menjajaki untuk mengenal pribadi masing-masing. Karena ada perbedaan pandangan antara Widodo dan Muryati, gadis itu sempat ingin memutuskan pertunangannya. Bagi Muryati, Widodo adalah orang yang mempunyai pandangan sempit dalam menilai arti sebuah keluarga. Selain itu, Muryati juga merasa aneh karena Widodo tidak pernah sekalipun memperkenalkan mereka kepada keluarganya.

Widodo sering beralasan tidak jelas apabila ditanya mengenai keluarga. Meski begitu, Muryati tetap sabar hingga akhirnya mereka melangkah ke jenjang pernikahan.

Muryati awalnya bekerja sebagai seorang guru. Karena  keinginan suaminya ia terpaksa berhenti dan hanya menjadi ibu rumah tangga. Alasan Widodo menyuruh Muryati berhenti menjadi seorang guru ialah karena Widodo merasa tersaingi dalam segi penghasilan. Widodo merasa dengan penghasilannya pun ia bisa menghidupi keluarga.


Dalam hal ini Widodo sungguh tidak berpikiran terbuka. Itulah  yang tidak disukai Muryati darinya. Tak hanya sampai di situ, masalah demi masalah terus muncul dalam rumah tangga Muryati dan Widodo.

Semakin lama, sikap Widodo semakin tertutup apabila Muryati bertanya tentang pekerjaannya. Widodo selalu pulang tanpa memberitahu terlebih dahulu akan pulang jam berapa, bahkan kadang tidak pulang berhari-hari. Sebagai seorang istri, tentu saja Muryati menginginkan keterbukaan dalam hubungan. Namun, Widodo tetap menjadi seseorang yang tertutup.

Hingga suatu hari, Muryati harus mengetahui sebuah fakta yang mengejutkan tentang suaminya. Widodo ditangkap oleh polisi karena terlibat dalam PKI (Partai Komunis Indonesia). Muryati sama sekali tak menyangka suaminya terlibat sebagai anggota aktif PKI. Setelah Widodo dipenjara, Muryati pun harus menghidupi ketiga anaknya sendirian.

Muryati yang hanya seorang ibu rumah tangga itu mulai mencari cara agar bisa menghidupi anak-anaknya. Lewat dukungan orang tua dan sahabat-sahabat baiknya saat SMA, Muryati bisa melalui masa-masa yang menyedihkan itu. Muryati kembali melamar ke beberapa sekolah untuk menjadi guru. Awalnya banyak sekolah yang menolak Muryati karena ia seorang istri anggota PKI. Namun, berkat kegigihannya, Muryati diterima untuk mengajar di sebuah sekolah.

Muryati mencoba bangkit dari keterpurukan demi ketiga anaknya. Sesekali Muryati mengajak anaknya untuk berkunjung ke sel, menemui ayahnya. Meski merasa kesal terhadap Widodo, ia tak pernah mengajarkan anak-anak untuk membenci ayahnya. Suatu hari, ketika Muryati berkunjung ke sel, ia mengajukan gugatan cerai pada Widodo. Hal itu merupakan keinginannya sejak dulu. Meski mereka sudah resmi bercerai, Muryati selalu menyuruh anak-anaknya untuk sering berkunjung menemui ayahnya di sel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun