Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - suka nulis dan ngedit tulisan

Ninik Sirtufi Rahayu, (Ni Ayu), gemar disapa Uti. Lahir 23 November di Tulungagung, domisili di Malang, Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Akronimisasi: Jembatan Keledai Peraih Mimpi

4 April 2024   14:03 Diperbarui: 4 April 2024   14:11 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

AKRONIMISASI:  Jembatan Keledai Peraih Mimpi

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

 

 

Jika kepada siswa ditanyakan kesulitan apa yang dialami pada saat belajar, rata-rata akan menjawab 'susah menghafal'. Bidang studi hafalan seringkali tidak diminati siswa (termasuk penulis). Apalagi jika ditambah gurunya serem dan bukan humoris. Siswa cenderung akan antipati dan langsung mengkeret apabila disodori materi yang harus dihafal. Demikian halnya dengan menghafal rumus-rumus pada bidang eksakta. Rata-rata siswa akan merasa pusing tujuh keliling diperhadapkan pada seabreg rumus ini.

Saat kita masih kecil, di era tahun 60-an, belajar ilmu berhitung selalu diingatkan dengan istilah  Pipa Landa yang kita asosiasikan sebagai suatu benda  (pipa cerutu bangsa Belanda). Padahal, kata itu merupakan akronim dari 'ping para lan suda'. Artinya,  perkalian, pembagian, penambahan, dan pengurangan.

Ada juga jembatan keledai tentang tujuh warna pelangi, yakni mejikuhibiniu, bukan? Akronim dari merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Bukankah masih sangat kita ingat karena ada rumus ampuh itu? 

Dengan memanfaatkan metode asosiasi dan titian ingatan tersebut ternyata sampai detik ini hal tersebut masih dapat kita ingat. Titian ingatan tersebut telah membantu daya ingat kita menjadi long memory yang tersimpan secara sempurna dalam waktu yang lama. Ternyata, sejak zaman dahulu, nenek moyang kita telah memberdayakan titian ingatan sehingga mempermudah pemanggilan memori ingatan kita.          

Bagaikan perangkat komputer, otak menyimpan sekian megabites memori. Memori tersebut adakalanya tidak dapat dipanggil secara cepat alias error atau hang. Agar apa yang tersimpan dalam memori daya ingat tersebut dapat dipanggil secara cepat, kita dapat menyiasatinya dengan berbagai cara. Salah satu di antaranya adalah memanfaatkan jembatan keledai.

            Yang dimaksud jembatan keledai sebagai titian ingatan adalah suatu cara memudahkan mengingat dengan memanfaatkan daya asosiasi. Sebagai contoh, dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi karya tulis ilmiah sederhana di kelas IX SMP, siswa harus memiliki pengetahuan dan kemampuan menuliskan daftar pustaka.

 Penulisan daftar pustaka tersebut harus mengikuti aturan secara internasional, yakni nama pengarang yang memiliki dua kata atau lebih harus dibalik. Artinya, kata terakhir pada nama pengarang justru diletakkan di depan, kemudian diikuti kata berikutnya. Nama pengarang yang sudah disusun dengan pembalikan tersebut diurutkan secara alfabetis. Kemudian, dituliskan tahun terbit buku yang dirujuk, judul buku yang dirujuk, kota tempat buku tersebut diterbitkan dan diikuti nama penerbitnya.

Bayangkan, mengikuti satu paragraf petunjuk di atas, alangkah susah mengingatnya! Inilah gunanya titian ingatan yang disebut jembatan keledai tersebut. Ada satu kata untuk mengingat dengan cukup mudah, yakni Pen. Ta. Ju. Ko: Bit. Akronim dari Penulis. Tahun. Judul. Kota: Penerbit.  Hal ini dapat diasosiasikan dengan mengandaikan siswa sedang njajan bakso di kantin. Mereka diingatkan akan apa yang mereka beli, yakni  penthol, tahu, jus, kopi, biting. Dengan atau sambil membayangkan menyantap semangkok bakso, segelas jus, segelas kopi, dan diakhiri dengan pengambilan lidi tusuk gigi. Asyik, bukan? Hal yang semula sulit, menjadi gampang!

Jika disodori soal tentang penulisan daftar pustaka, misalnya Azab dan Sengsara yang ditulis Merari Siregar tahun 1977 diterbitkan Balai Pustaka di Jakarta, siswa langsung mampu menuliskan deretan petunjuk penulisan daftar pustaka di atas, menjadi : Siregar, Merari. 1977. Azab dan Sengsara. Jakarta: Balai Pustaka.

            Hal sulit seperti inilah yang dibidik, disiasati, dijual, dan dimanfaatkan oleh lembaga bimbingan belajar. Primagama menjual jasa dengan smart solution-nya. Sementara bimbingan yang lebih menggurita di Malang, Ganesha Operation, menanggulangi kesulitan siswa ini dengan motto dan metode canggih The King of The Fastest Solution. Ternyata, peserta bimbingan belajar ini mengaku bahwa titian ingatan yang diciptakan masing-masing pengajar mampu mengantarkan mereka menembus berbagai perguruan tinggi negeri di seluruh pelosok tanah air ini.

Wouw... bukankah ini yang diidamkan siswa dan didambakan para orang tua? Tak heran jika lembaga tersebut berkembang pesat saat itu. Penulis yang dua puluh tahun bergabung dengan bimbingan belajar tersebut pun mengaku kagum terhadap kemampuan masing-masing pengajar.

Mereka yang telah direkrut mampu mencipta rumus The King yang lucu-lucu, unik, dan ampuh! Salah satu contoh yang diciptakan pengajar bahasa Indonesia adalah sederet kata penghubung, yakni  "Dian dan Lula bau kandang sapi". Sepintas terdengar aneh, tetapi berhasil membantu siswa mengatasi kesulitannya dalam hal menghafal dan mengingat. Maka, hanya mereka yang mengenyam kesempatan belajar di GO "Ganesha Operation"  -lah yang mengenal dan memahami prinsip The King di atas!

Kehadiran guru di depan kelas adalah hal penting dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan metode apa pun, tak dapat disangkal bahwa kehadiran guru merupakan hal vital. Pada saat inilah guru dapat memberikan yang terbaik bagi siswanya, antara lain dengan memberdayakan titian ingatan atau jembatan keledai ini.

Setiap guru dapat menciptakan sendiri istilah atau kata hingga kalimat yang diakronimkan dan dapat dimanfaatkan membantu daya ingat siswa. Di sinilah kreativitas guru diuji. Guru yang kreatif akan menciptakan sendiri berbagai hal lucu, unik, aneh, tetapi sekaligus menghipnotis para siswanya sehingga tidak hanya tertawa mendengar jurus andalannya, tetapi juga akan teringat sepanjang masa!

Bukankah ini sebuah tantangan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun