Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru

Ninik Sirtufi Rahayu, (Ni Ayu), gemar disapa Uti. Lahir 23 November di Tulungagung, domisili di Malang, Jawa Timur. Memiliki 24 judul buku solo ber-ISBN dan 158 judul antologi berbagai genre (beberapa masih _on process_).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Bawah Pohon Kamboja

29 Maret 2024   17:14 Diperbarui: 29 Maret 2024   17:22 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di Bawah Pohon Kamboja

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Pagi itu sangat terkejut ketika membaca di grup Facebook salah seorang teman guru yang kami comblangi menikah dengan sepupu suami, dirawat di rumah sakit. Namun, ketika kutanyakan kepada pengunggah di mana alamat rumah si sakit tidak ada jawaban. Empat hari setelah itu, ada yang mengirim WhatsAap memberitakan bahwa yang bersangkutan telah tutup usia.

"Tensiku 152 nih, Pa, aku nggak bisa ikut ke pemakaman," dalihku kepada suami.

"Iya, aku juga ada acara dengan grup. Sudah terlanjur janji mau ikut," jawabnya.

Akhirnya kami berdua tidak bisa mengantar jenazah ke peristirahatan terakhir. Bahkan, sorenya saat doa penghiburan pun kepalaku masih belum nyaman. Rasa berputar dan nyut-nyutan menyebabkan keinginan untuk merebahkan raga di kasur empuk. Daripada terjatuh malah berbahaya, bukan?

Mengingat  sebuah pemakaman, berputarlah memori masa silam. Pernak-pernik mozaik kenangan itu menari-nari bagai puzzle di kepala. Ya, potongan memori yang sangat membuat terkejut dan terharu melintas begitu saja. Maka, sambil rebahan melintaslah dengan jelas satu demi satu puzzle memori itu.

Suatu ketika, orang tua salah seorang teman tutup usia. Bersama  rombongan kantor, aku mengikuti prosesi pemakaman mulai awal hingga akhir. Hari itu bertepatan dengan kalender berwarna merah sehingga bebas tugas dinas.

Saat rombongan kami sampai di pemakaman, jenazah memang belum tiba. Jenazah diberangkatkan langsung dari Gotong Royong -- gedung transit jenazah -- tempat kemarin kami mengikuti ibadah tutup peti. Sementara, sorenya kami sudah ke sana sehingga siang ini kupikir baik kalau aku langsung menuju makam saja. Nah, karena langsung ke makam, mau tidak mau kami harus menunggu beberapa saat hingga upacara ibadah dilaksanakan. 

Apalagi para penggali kubur juga masih belum selesai melaksanakan tugas. Tampak beberapa teman yang sudah hadir ngerumpi berpencar di beberapa titik. Karena siang lumayan terik, masing-masing mencari tempat aman untuk berlindung dari sengat matahari.

Ada beberapa pohon peneduh, di antaranya yang khas adalah pohon kamboja. Mengapa pohon ini selalu ada di area makam? Konon  katanya guguran bunga kamboja segar ini mampu menetralisasi udara sehingga udara segar dipastikan diperoleh para peziarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun