Mohon tunggu...
Ning Dewanti
Ning Dewanti Mohon Tunggu... -

Good eater, good sleeper, good partner, excellent life chaser

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Saya Tetap Naik Pesawat, Bus, dan Kereta Api

9 Januari 2015   18:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:29 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_389581" align="alignleft" width="1" caption="Pemandangan melalui udara"][/caption]

Resiko kecelakaan dalam setiap angkutan massal tidak pernah berkurang. Sejak alat transportasi ditemukan, bebagai macam kontrol dan kendali diberlakukan untuk memastikan agar keamanan menjadi yang nomor satu. Pernah terpikir mengapa ada marka jalan berwarna putih di tengah jalan? Atau mengapa lampu tanda belok berwarna jingga? Dan mengapa setiap pengemudi jalan diwajibkan memiliki surat tanda jalan? Tak lain dan tak bukan semuanya adalah sistem yang dibuat sebagai jarring pengaman agar setiap kemungkinan kecelakaan bisa terhindar. Sistem yang dibuat sedemikian rupa dengan faktor penting kesadaran si pengguna jalan. Kecelakaan masih terjadi? Berarti ada prosedur yang salah.

Buat saya, kecelakaan Air Asia yang mengakibatkan fatality terhadap seluruh awak dan penumpang adalah kejadian yang mendukakan pihak keluarga. Kenyataan bahwa hal tersebut bisa terjadi pada siapa saja menghantui siapapun yang menggunakan jasa tranportasi umum udara. Apakah karena Airasia berslogan “now everyone can fly” sehingga harga terus ditekan dan semakin tidak memperhatikan keselamatan penumpang?

1420775752711004038
1420775752711004038
Namun dari sisi kacamata pelanggan, saya percaya ada sistem dan prosedur yang harus dijalani dengan benar. Saya sebagai orang awam memiliki hipotesis bahwa apa yang terjadi di sekitar kita bisa menjadi cerminan akan suatu sistem dan prosedur yang lebih besar.

Sebagai contoh, sebuah kecelakaan mobil yang melibatkan pengemudi di bawah umur dan menyebabkan kematian beberapa orang pada tahun lalu. Kebetulan pengemudiny adalah salah satu selebriti di tanah air. Dalam berbagai pemberitaan, tidak pernah ada satupun pemberitaan yang mengangkat pertanyaan paling awal yang harusnya ditanyakan, mengapa seorang anak di bawah umur bisa mengemudi mobil? Apakah anak ini sudah terdaftar memiliki surat tanda jalan? Jika belum, bagaimana prosedur kepolisian menanggapi seorang anak di bawah umur mengemudikan kendaraan di jalanan umum? Jika ya, bagaimana bisa hal tersebut terjadi? Alih alih penelusuran untuk mengurangi kemungkinan fatality terjadi, berita hanya menekankan pada kecelakaan yang dikategorikan sebagai musibah, bisa terjadi pada siapa saja, bahkan pada seorang anak dibawah umur yang mengemudi mobil dengan kecepatan 100km/ jam.

Penerapan sistem dan prosedur membutuhkan tidak hanya biaya, tapi komitmen pihak pihak yang melakukan kontrol terhadap prosedur, dan juga komitmen dari masyarakat. Apa yang ditunjukkan Menhub, Igansius Jonan memperlihatkan komitmen dari pihak yang memiliki kontrol. Apakah tindakannya terburu-buru? Menurut saya tidak, pemutasian, pemberhentian rute, adalah tindakan yang seharusnya disadari sebagai sebuah prosedur yang jika tidak dilaksanakan akan berdampak rantai kepada hal yang sangat penting: keselamatan. Mungkin saat ini baru Airasia, tapi apa iya harus menunggu semua nya ditelusuri dulu, padahal sudah bisa diperiksa bahwa satu maskapai telah mengabaikan prosedur yang ada? Apakah tarif penerbangan murah harus dihapuskan? Kembali lagi pada pernyataan, bahwa sistem dan prosedur keselamatan tidak pernah murah, apalagi untuk transportasi massal. Jika pemerintah berhasil tegas dan memperbaiki sistem dan prosedur yang dianggap memiliki celah, saya pikir toh akhirnya maskapai penerbangan, pemilik bisnis usaha tranportasi massal tidak akan sembarangan banting harga. Jika untuk terbang perlu ijin, perlu bukti perawatan berkala alat trasnportasi, dan untuk perawataan berkala perlu biaya, apa iya, maskapai akan memilih untuk merugi hanya untuk tiket yang super murah?

Dan saya sebagai konsumen, saya hanya ingin ketika saya membeli tiket pesawat, tiket bus, tiket kereta api, saya tahu dengan pasti jika bus yang saya tumpangi remnya tidak blong, pesawat yang saya tumpangi pilotnya tidak mengantuk, kereta api yang saya naiki berada di jalur trek lintasan yang aman. Saya tentu saja tetap menginginkan tetap bisa membeli tiket yang terjangkau. Walaupun tingkat kecelakaan semakin tinggi menjelang lebaran ataupun akhir tahun, toh saya tetap jadi pelanggan tetap beberapa maskapai favorit saya, dan tetap menggunakan bus umum untuk mudik ke rumah orang tua. Saya menyayangkan dan ikut berduka bagi keluarga yang salah satu orang yang mereka sayangi pernah jadi korban kecelakaan transportasi umum. Dan saya berterima kasih jika mulai saat ini, pemerintah peduli bahwa keselamatan penumpang dalam tranportasi massal adalah hal yang berhubungan dengan nyawa seseorang, nyawa manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun