Mohon tunggu...
Nindi Septiani
Nindi Septiani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hubungan Konsumsi MSG pada Jajanan Sekolah terhadap Risiko Kejadian Obesitas

20 Januari 2024   23:06 Diperbarui: 21 Januari 2024   22:47 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Obesitas pada anak dapat menyebabkan masalah kesehatan dimasa mendatang. Hal tersebut karena obesitas yang terjadi pada kanak-kanak dapat beresiko tinggi menjadi obesitas di masa dewasa dan berpotensi akan berkembang menjadi penyakit degeneratif, seperti penyakit kardiovaskuler. Menurut Agoes & Poppy (2023) 75% anak yang mengalami obesitas pada masa kanak-kanak juga akan menderita obesitas pada usia dewasa dan berpotensi mengalami penyebab berbagai penyakit lain. Menurut Pane et al., (2022) yang menunjukkan responden yang memiliki IMT >23 kg/m beresiko mengalami penyakit kardiovaskuler sebanyak 60% responden. Obesitas menjadi faktor risiko penyakit kardiovaskuler di mana obesitas atau kelebihan berat badan berkaitan dengan gangguan metabolik (system metabolic), peningkatan lipid atau lemak dalam tubuh yang dapat mengakibatkan penyakit kardiovaskular dan gangguan sistem kardiovaskular. Dengan demikian, obesitas yang terjadi dimasa anak-anak dapat menyebabkan kejadian obesitas dimasa dewasa dan anak mengalami risiko penyakit degeneratif dimasa mendatang.

Pola konsumsi makan anak tidak tepat dapat mempengaruhi kejadian obesitas pada anak sekolah. Penyebab kegemukan dan obesitas sering kali berkaitan dengan kesalahan pola makan yang mencakup mengonsumsi makanan dalam porsi berlebihan atau tidak sesuai kebutuhan tubuh, makanan dengan kalori tinggi, lemak tinggi dan serat rendah yang terkandung dalam fast food. Menurut Anggraini & Hutahaean (2021) kebiasaan atau pola konsumsi makanan yang salah akan mempengaruhi status gizi anak. Anak usia sekolah sebagian besar mengonsumsi fast food dalam kesehariannya. Tingkat asupan energi yang masuk dan energi keluar yang tidak seimbang akan memberikan dampak pada peningkatan berat bahan sehingga terjadi obesitas. Sejalan dengan penelitian Fatmawati et al., (2020), di daerah Bekasi dengan jumlah 80 anak usia sekolah usia 9-11 tahun, yang menghasilkan data terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi maknan cepat saji terhadap kejadian obesitas pada anak usia sekolah. Fast food yang dikonsumsi ini memberikan energi dan lemak dalam jumlah besar dalam satu porsi. yaitu sekitar 400-600 kalori, namun rendah mikromineral dan serat yang rendah (Braithwaite et al., 2014). Oleh karena itu, obesitas dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang tidak tepat, seperti kebiasaan konsumsi makanan cepat saji yang tinggi energi, berlemak, dan serat yang rendah

Jajanan sekolah merupakan makanan yang biasanya dikonsumsi yang dapat memberikan kontribusi kesehatan siswa. Kontribusi ini dikarenakan jajanan sekolah yang dikonsumsi secara tepat sebagai salah satu alternatif pemenuhan asupan nutrisi, baik pemenuhan kebutuhan energi, protein dan zat gizi lain pada siswa di sekolah. Menurut Syarifah (2010), Mengonsumsi makanan jajanan dapat berkontribusi memberikan sebesar 30,0% terhadap kecukupan energi dan kecukupan asupan protein sebesar 22,3% pada siswa. Pemenuhan energi pada saat di sekolah dapat berdampak positif bagi kesehatan anak sekolah, salah satunya ialah menjaga keaktifan siswa karena dengan asupan nutrisi dapat membuat keadaan kadar gula darah dalam rentang yang baik dan normal. Sehingga kebutuhan energi anak dapat terpenuhi yang menjadikan anak tetap aktif menjalankan kegiatannya di sekolah. Dengan demikian, konsumsi jajanan sekolah yang tepat dapat berkontribusi dalam menjaga keaktifan dan memenuhi asupan nutrisi siswa di sekolah.

Monosodium Glutamat (MSG) digunakan untuk meningkatkan cita rasa pada jajanan dan apabila dikonsumsi berlebihan dapat mengakibatkan obesitas pada anak. Jajanan yang mengandung MSG hanya berfokus pada kandungan kalori, jajanan yang mengandung monosodium glutamate meningkatkan rasa lapar dan menjadikan anak suka mengemil. Hal ini sejalan dengan penelitian Arapa et al. (2023) dengan judul "Hubungan Konsumsi Makanan Yang Mengandung Monosodium Glutamat (MSG) Dengan Kejadian Obesitas Pada Siswa SDN 4 Sumawa Tengah" yang menunjukan adanya hubungan konsumsi jajanan yang mengandung MSG dengan kejadian obesitas dari 34 responden sebanyak 74% mengalami obesitas. Menurut Tessemer et al. (2006) Frekuensi mengkonsumsi jajanan yang mengandung monosodium glutamate bergantung pada sumber kalori saja, sehingga membuat anak menjadi gemar makan. Dengan mengonsumsi makanan berkalori tinggi menyebabkan kejadian obesitas. Oleh sebab itu, penambahan MSG pada dapat meningkatkan rasa lapar yang diakibatkan dari cita rasa jajanan yang diberi tambahan monosodium glutamate dan kandungan kalori ini dapat menyebabkan kejadian obesitas.

Seorang anak yang mempunyai aktifitas fisik yang rendah dapat meningkatkan faktor penyebab terjadinya obesitas pada anak. Pembakaran energi pada anak dapat dilakukan dengan melakukan aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik pada anak, maka akan menyebabkan sedikit energi yang terpakai. Menurut penelitian Hafid dan Hanafi (2019) bahwa terdapat hubungan signifikan antara aktivitas fisik pada anak di Kabupaten Gorontalo dengan kejadian obesitas di sana. Penyebabnya ialah semakin sering seseorang melakukan aktivitas fisiknya, maka total pengeluaran energi (energy expenditure) sehingga akan semakin meningkat dalam menjaga keseimbangan pada tubuh anak.. Begitupun sebaliknya, seseorang yang memiliki tingkat aktifitas rendah maka energi yang dikeluarkan semakin sedikit sehingga dapat menyebabkan kejadian obesitas. Hal ini sejalan dengna penelitian Baja & Rismatanthi (2019) bahwa aktivitas fisik yang relatif dan tubuh dalam kondisi baik sangat dibutuhkan oleh manusia, hal ini berguna untuk mengoptimalkan aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Namun, aktivitas fisik yang tidak teratur dilakukan pada anak usia sekolah dapat mengakibatkan metabolisme tubuh dan kondisi tubuh kurang maksimal dalam melakukan kegiatan sehari-hari serta adanya penumpukan lemak yang berisiko terkena obesitas anak. Oleh karena itu, dengan rendahnya aktivitas fisik remaja mempengaruhi energi yang dikeluarkan sehingga dapat mengakibatkan remaja terkena obesitas.

Pengetahuan tentang gizi yang dimiliki anak dapat mempengaruhi pemilihan makanan jajanan yang dikonsumsi. Dengan pengetahuan yang dimiliki, anak dapat mengetahui makanan yang banyak mengandung zat bergizi dan mana makanan tidak memiliki nilai gizi. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki anak, berdampak pada pemilihan jajanan seperti anak lebih memilih mengonsumsi makanan yang mengandung penyedap rasa berupa MSG, pemanis dan makanan berlemak. Hal ini sejalan dengan Riamah et al., (2023) penelitian bahwa tingkat pengetahuan anak yang baik, maka anak semakin berhati-hati saat memilih makanan atau jajanan. Dengan hal tersebut, anak lebih condong untuk memilih jajanan yang sehat, bergizi, dan kebersihannya terjaga. Kurangnya pengetahuan anak mengenai makanan jajanan mempengaruhi pemilihan jajanan yang tidak baik atau tidak memiliki nilai gizi. Menurut penelitian Tambunan et al. (2019) menunjukkan anak yang mempunyai pengetahuan yang baik, kebanyakan dengan perilaku jajanan yang tepat. Sedangkan anak yang memiliki pengetahuan kurang baik, mayoritas dengan perilaku jajanan yang kurang baik. Akibat kurangnya pemahaman terhadap ragam jajanan sehat, anak tersebut menghadapi kesulitan dalam menerapkan pengetahuannya dalam menyeleksi makanan ringan yang berperan sebagai penyedia sumber zat gizi, kesehatan, dan aman untuk dikonsumsi. Hasil penelitian mengemukakan bahwa ada hubungan antara apa yang diketahui anak tentang jajanan dan apa yang mereka lakukan saat makan di sekolah. Oleh karena itu, pengetahuan yang dimiliki anak dapat berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan anak, dengan anak memiliki pengetahuan baik berdampak pada mayoritas anak mengonsumsi makanan yang bergizi begitupun sebaliknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun