***
Sejak pertemuan itu aku dan Hani sering bercakap-cakap tentang program remaja di desanya. Mereka memiliki ide yang mengedepankan kebaikan orang banyak.
Aku malah membeli rumah yang halamannya agak luas dari uang yang bapak berikan untukku. Halaman rumah luas dan ruang tamu besar.
Bapakku memang bijaksana. Meskipun bapak seorang pengusaha sukses namun dia tak menghalangiku untuk menjadi seorang guru di desa. Saat aku akan pergi ke tempat tugasku ini, bapak memberikan bekal di tabunganku cukup besar.
Dan uang bapak inilah yang aku pakai untuk membeli rumah. Aku sengaja membeli rumah ini agar bisa dimanfaatkan oleh anak-anak karang taruna juga.Aku sangat senang bisa membantu mereka.
Jarak dari tempat tinggalku dan sekolah memang agak jauh, memakan waktu 30 menit dengan motor. Aku lebih senang tinggal di Bukit Randu karena warganya sangat ramah dan mudah diajak kerja sama.
"Assalamualaikum, Bu Aina," suara seseorang yang kukenal terdengar dari arah luar.
'Waalaikumussalam," jawabku sambil membuka pintu rumah,"O, Hani, Dina. Muti. Ayo masuklah. Ibu lupa kalau hari ini ada kelas ya"
"Iya,Bu. Terima kasih," ketiga anak itu menjawab bersamaan.
Kami duduk di ruang tamu yang sudah kusulap menjadi ruang kelas. Ya, aku membuka kelas belajar buat para ibu yang belum bisa membaca sekaligus memberikan beberapa keterampilan buat mereka. Hal itu pun berkat ide Hani dan beberapa anak karang taruna. Kebetulan ruang tamu rumah ini cukup besar sehingga cocok untuk menampung ibu- ibu. Anak-anak ini membagi waktu untuk membantuku untuk mengajar membaca.
"Ini bunda membawakan kue untuk bu Aina. Kue ini menggunakan bahan singkong lo,Bu," ujar Hani sambil menyerahkan bungkusan kepadaku.