Mohon tunggu...
Nina Septiani
Nina Septiani Mohon Tunggu... -

perfeksionis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kampanye Hitam Adalah Cara Jitu Meningkatkan Elektabilitas?

8 September 2014   21:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:17 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14101629961103934950

Saat kampanye terbuka dimulai beberapa bulan menjelang pemungutan suara dalam Pilpres 2014, banyak jenis isu (termasuk yang berupa kampanye hitam) menyerang kedua capres. Hal tersebut adalah sesuatu yang sudah biasa terjadi di negeri ini dan negara-negara lainnya, termasuk di Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa.

Ada beberapa pengamat politik yang mengatakan bahwa kabar, isu, atau fitnah yang jauh dari kebenaran bisa menjadi keuntungan sendiri bagi orang yang menjadi korbannya, termasuk capres.Sejauh mana capres bisa memanfaatkan kabar atau isu fitnah itu tergantung pada kemampuannya masing-masing. Tapi kalau tidak diolah, ya tidak akan berdampak apa-apa.

Sebagai contoh, capres yang diterpa kampanye hitam bisa menceritakan kepada publik bahwa dirinya telah dianiaya, difitnah, dan sebagainya. Dengan cara 'curhat' capres itu, besar kemungkinan ia akan menarik simpati publik. Sebab, di negeri ini, rakyat mudah bersimpati kepada orang atau tokoh yang terlihat diserang, dianiaya, atau difitnah.

Selain itu, isu kampanye hitam juga bisa saja dilontarkan dari tim sukses internalnya sendiri. Tujuannya agar kubu lawannya terlihat agresif dan bernafsu menang yang akhirnya membuat publik tidak simpatik.

Fenomena memanfaatkan serangan dari pihak lawan guna mendapatkan banyak simpati dari rakyat pernah dilakoni oleh tim suksesi SBY di masa menjelang Pilpres 2004 lalu. Waktu itu SBY yang dicitrakan sebagai sosok yang dizalimi oleh Megawati, langsung mendirikan partai dan memperoleh banyak dukungan politik, hingga akhirnya berhasil merebut kursi sebagai presiden.

Mungkin hal yang sama juga berlaku terhadap capres dan cawapres Jokowi-Jusuf Kalla. Sebab, ada pangamat politik yang menyatakan bahwa Jokowi-Jusuf Kalla adalah pihak yang paling banyak mengolah isu kampanye hitam (mulai dari isu agama, isu jabatan, dan lain sebagainya) menjadi alat untuk meraup simpati rakyat, meskipun kita sulit mendeteksi dari mana isu itu berasal:bisa dari kubu lawan ataupun dari kubunya sendiri.

Tapi, meraih simpati serta dukungan dengan memanfaatkan serangan lawan bukan cuma satu-satunya jurus yang diandalkan Jokowi- JK, termasuk juga oeh Prabowo-Hatta. Senjata pamungkas lainnya adalah iklan politik, termasuk iklan capres, yang dipasang di berbagai media. Dan tak tanggung-tanggung, dana yang digelontorkan untuk pembuatan iklan-iklan capres di media terbilang fantastis.

Sebab, berdasarkan data temuan SatuDunia.net, seperti yang dimuat dalam situs www.iklancapres.org, untuk berbagai media yang ada di Jakarta saja, sudah Rp 114,62 miliar uang yang dibelanjakan untuk iklan capres.

Sementara menurut data hasil riset yang dilakukan oleh perusahaan konsultan Sigi Kaca Pariwara, terungkap bahwa total belanja iklan televisi untuk kampanye Pilpres 2014 tercatat mencapai Rp 186,63 miliar. Masing-masing capres mengeluarkan dana yang hampir berimbang untuk keperluan tersebut.

Sumber foto: http://www.jokowipresidenrakyat.com/wp-content/uploads/2014/06/904019_748522118505703_561979993168641217_o.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun