Mohon tunggu...
Ni Made Sri Andani
Ni Made Sri Andani Mohon Tunggu... Marketing Consultant dengan 34 tahun pengalaman lintas Industri

Dokter hewan dengan hobby gardening, menulis dan melukis

Selanjutnya

Tutup

Seni

"Nyimas Utari" yang Misterius Karya Agung WHS di JDC

10 Mei 2025   18:15 Diperbarui: 10 Mei 2025   19:04 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perupa Agung WHS bersama Ibu Dr Melani Setiawan di depan "Nyimas Utari" karya Agung WHS.

Masih dari kunjungan saya di lantai 5 Jakarta Design Center, dimana sedang berlangsung pameran seni rupa kontemporer bertajuk Beyond Imagination. Di antara deretan karya yang penuh warna dan ekspresi yang dipajang di situ, ada satu lukisan yang benar-benar unik dan sangat berbeda dari yang lainnya,  yang seketika menghentikan langkah saya, untuk menatap lebih lama dan  mencoba memahami dan menikmatinya. Judulnya "NYIMAS UTARI", karya Agung WHS.

Lukisan ini cukup besar (200 x 150 cm), tidak terlalu jauh beda dengan ukuran lukisan-lukisan lain di sekitarnya. Tetapi karena satu hal yang sangat langka,  lukisan ini serba putih, membuatnya menjadi luar biasa.  Ya, putih semua. Monokrom  gitu. Tanpa warna-warna mencolok seperti lukisan lain di sekitarnya. Namun justru karena itu, ia jadi tampil mencolok. Memukau. Misterius.

Bagi saya, melukis dengan warna putih itu, tidak semudah kedengarannya. Sungguh sangat sulit.  Butuh teknik luar biasa untuk membuat bayangan, bentuk, dan kedalaman tanpa mengandalkan warna lain. Biasanya pelukis butuh bantuan warna lain seperti hitam, abu-abu, atau warna-warna netral lainnya agar membuat lukisan putih tetap terlihat.  Tapi Agung WHS,  seorang seniman asal Magetan, berhasil menaklukkan warna putih dan menyulapnya menjadi cerita visual yang menggugah rasa. Luar biasa!

"Nyimas Utari" karya  Agung WHS 
Yang membuat lukisan ini menjadi semakin menarik perhatian saya adalah penggunaan aksara Jawa yang tersembunyi di dalamnya. Saya yang biasa membaca aksara Bali (yang sangat mirip dengan aksara Jawa, hanya beda font saja), awalnya dibuat bingung. Kok nggak bisa dibaca ya? Tulisan-tulisan itu terasa seperti mantra misterius. Tapi setelah berbincang dengan sang seniman langsung, barulah saya tahu rahasianya.  Rupanya aksara Jawa itu ditulis terbalik oleh senimannya. Dibaca dari kanan ke kiri dan melengkung ke bawah!  Waduuuh !!

Kurator Heri Kris  & Bpk Dr Drs H. Suprawoto S.H. M.Si (Bupati Magetan periode 2018-2023) di depan lukisan
Kurator Heri Kris  & Bpk Dr Drs H. Suprawoto S.H. M.Si (Bupati Magetan periode 2018-2023) di depan lukisan"Nyimas Utari" karya Agung WHS


Tidak sampai disana, sang pelukis masih menempatkan jebakan kedua, yakni ia hanya menempatkan aksara konsonan saja tanpa pengangge swara a i u o e.  Walaupun kita sekarang bisa membacanya, tapi yang terbaca adalah "nyamasa hatara" bukan "nyimas utari", gegara pengangge aksaranya tidak dipasang.

Seolah-olah sang pelukis ingin menyampaikan pesan rahasia, khas dunia telik sandi alias mata-mata. Luar biasa. Lukisan yang sangat misterius penuh teka-teki.

Dan memang cocok, karena lukisan ini memang mengangkat tokoh Nyimas Utari, seorang perempuan prajurit sekaligus telik sandi dari Kerajaan Mataram. Dalam cerita rakyat, ia dikenal sebagai sosok yang berhasil membunuh Gubernur Jenderal VOC, JP Coen. Meski kisah ini memiliki versi lain yang beredar, namun versi yang mengisahkan pembunuhan JP Coen oleh Nyimas Utari ini tetap hidup dalam imajinasi dan kebanggaan budaya lokal.

Untuk memperkuat kisah Nyimas Utari,  Agung WHS tidak menggambarkan sosok wanita di dalam lukisannya, tetapi memasukkan sanggul wanita Jawa sebagai simbol keanggunan dan kekuatan perempuan Jawa.  Keren sih. Untuk menggambarkan wanita, memang tidak harus memasukkan sosok wanita plek plek di situ. Cukup perwakilannya sebagai symbol.

Dipadukan dengan teknik mixed media, menggunakan akrilik dan spons ati di atas kanvas, karya ini sangat menarik, baik secara visual, maupun secara emosional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun