Masih dari kunjungan saya di lantai 5 Jakarta Design Center, dimana sedang berlangsung pameran seni rupa kontemporer bertajuk Beyond Imagination. Di antara deretan karya yang penuh warna dan ekspresi yang dipajang di situ, ada satu lukisan yang benar-benar unik dan sangat berbeda dari yang lainnya,  yang seketika menghentikan langkah saya, untuk menatap lebih lama dan  mencoba memahami dan menikmatinya. Judulnya "NYIMAS UTARI", karya Agung WHS.
Lukisan ini cukup besar (200 x 150 cm), tidak terlalu jauh beda dengan ukuran lukisan-lukisan lain di sekitarnya. Tetapi karena satu hal yang sangat langka,  lukisan ini serba putih, membuatnya menjadi luar biasa.  Ya, putih semua. Monokrom  gitu. Tanpa warna-warna mencolok seperti lukisan lain di sekitarnya. Namun justru karena itu, ia jadi tampil mencolok. Memukau. Misterius.
Bagi saya, melukis dengan warna putih itu, tidak semudah kedengarannya. Sungguh sangat sulit. Â Butuh teknik luar biasa untuk membuat bayangan, bentuk, dan kedalaman tanpa mengandalkan warna lain. Biasanya pelukis butuh bantuan warna lain seperti hitam, abu-abu, atau warna-warna netral lainnya agar membuat lukisan putih tetap terlihat. Â Tapi Agung WHS, Â seorang seniman asal Magetan, berhasil menaklukkan warna putih dan menyulapnya menjadi cerita visual yang menggugah rasa. Luar biasa!
Tidak sampai disana, sang pelukis masih menempatkan jebakan kedua, yakni ia hanya menempatkan aksara konsonan saja tanpa pengangge swara a i u o e. Â Walaupun kita sekarang bisa membacanya, tapi yang terbaca adalah "nyamasa hatara" bukan "nyimas utari", gegara pengangge aksaranya tidak dipasang.
Seolah-olah sang pelukis ingin menyampaikan pesan rahasia, khas dunia telik sandi alias mata-mata. Luar biasa. Lukisan yang sangat misterius penuh teka-teki.
Dan memang cocok, karena lukisan ini memang mengangkat tokoh Nyimas Utari, seorang perempuan prajurit sekaligus telik sandi dari Kerajaan Mataram. Dalam cerita rakyat, ia dikenal sebagai sosok yang berhasil membunuh Gubernur Jenderal VOC, JP Coen. Meski kisah ini memiliki versi lain yang beredar, namun versi yang mengisahkan pembunuhan JP Coen oleh Nyimas Utari ini tetap hidup dalam imajinasi dan kebanggaan budaya lokal.
Untuk memperkuat kisah Nyimas Utari, Â Agung WHS tidak menggambarkan sosok wanita di dalam lukisannya, tetapi memasukkan sanggul wanita Jawa sebagai simbol keanggunan dan kekuatan perempuan Jawa. Â Keren sih. Untuk menggambarkan wanita, memang tidak harus memasukkan sosok wanita plek plek di situ. Cukup perwakilannya sebagai symbol.
Dipadukan dengan teknik mixed media, menggunakan akrilik dan spons ati di atas kanvas, karya ini sangat menarik, baik secara visual, maupun secara emosional.
Nah, ada satu hal lagi yang membuat saya semakin kagum, lukisan ini adalah bentuk kaligrafi aksara Nusantara, sesuatu yang jarang sekali kita lihat di dunia seni rupa, yang lebih sering menggunakan aksara Arab, Latin, atau Mandarin. Sebuah bentuk penghormatan yang indah terhadap warisan budaya kita sendiri. Jadi terharu ...
Saya sungguh merasa beruntung bisa menyaksikan langsung karya ini. Dan saya mengajak teman-teman semua untuk datang juga ke pameran "Beyond Imagination" di Jakarta Design Center (JDC), yang berlangsung sampai 31 Mei 2025.
Di sana kita akan menemukan banyak kejutan dan karya luar biasa  termasuk bertemu Nyimas Utari. Ia putih. Ia misterius. Ia perempuan yang menyimpan banyak rahasia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI