Mohon tunggu...
Ni Made Maissy Gita Harumi
Ni Made Maissy Gita Harumi Mohon Tunggu... guru

Mahasiswa S2 Pendidikan IPA Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengkaji Filsafat Pendidikan sebagai Studi Teoretis dan Praktis

1 Oktober 2025   20:59 Diperbarui: 1 Oktober 2025   21:32 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mind Map Filsafat Pendidikan sebagai Studi Teoretis dan Praktis

Filsafat merupakan pengetahuan yang berisikan kebenaran/kebijaksaan yang diperoleh dari proses berpikir secara sistematis dan mendalam. Filsafat dikatakan science of science yang artinya bahwa filsafat dapat memberikan analisis yang kritis mengenai konsep, dugaan, yang kemudian dikelompokkan menjadi pengetahuan. Pendidikan yang merupakan akar pembangunan manusia, tidak hanya berfungsi untuk mentransfer pengetahuan tetapi juga membentuk karakter dan pandangan hidup seseorang. Pendidikan harus dilengkapi dari segi kognitif, sikap, keterampilan agar manusia dapat memahami makna hidup, berempati, mengambil keputusan yang bijak, dan memiliki cerdas secara intelektual. Peran filsafat pendidikan sangat berarti dalam hal ini, karena filsafat pendidikan bukan sekedar teori abstrak, melainkan menjadi panduan dasar dalam menjawab pertanyaan. Pertanyaan itu berupa "Apa hakikat pendidikan? Bagaimana cara terbaik untuk mendidik manusia? Apa tujuan utama pendidikan?". Adanya landasan filsafat, maka pendidikan akan menjadi lebih sistematis, terarah, dan bermakna bagi manusia.

Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman, dunia pendidikan mengalami tantangan yang kompleks. Perkembangan teknologi, arus globalisasi, perubahan dinamika sosial dan budaya menuntuk pendidikan dapat menghasilkan manusia yang kreatif, adaptif, dan memiliki kompetensi sosial tinggi. Pendidikan sekarang memiliki masalah dengan perubahan yang cepat pada anak muda di seluruh dunia, dan pada saat yang sama mempertahankan prinsip-prinsip moral dan kemanusiaan. Filosofi pendidikan mencerminkan pentingnya pendidikan dalam keberadaan manusia dan memberikan wawasan penting untuk mengatasi kesulitan (Rahmadania, et.al., 2025). Melalui pendidikan, Indonesia membuat kebijakan yaitu Merdeka Belajar yang menekankan pada pembelajaran yang fleksibel, berpusat pada peserta didik, dan berdasarkan pengalaman nyata. Kebijakan ini menunjukkan pentingnya landasan filosofis dalam merancang pendidikan, karena setiap langkah praktis harus disesuaikan dengan nilai dan tujuan pendidikan yang ingin di capai. Untuk mempelajari filsafat pendidikan dapat dikaji secara teoretis dan praktis. Kajian teoretis filsafat pendidikan memuat tentang kajian-kajian filsafat diantaranya definisi, sumber, pentingnya, ruang lingkup dan hubungan filsafat dengan pendidikan. Kajian praktis filsafat pendidikan memuat tentang aplikasi filsafat pendidikan pada aspek-aspek pendidikan seperti tujuan pendidikan, kurikulum, sistem pendidikan, guru dan siswa. 

Filsafat Pendidikan sebagai Kajian Teoretis

Beberapa tokoh yang memberikan pandangan mengenai filsafat pendidikan yaitu:

  • Plato, yang menekankan bahwa pendidikan sebagai upaya mencapai kebenaran dan moralitas melalui pengetahuan
  • John Dewey, yang menekankan bahwa pendidikan sebagai proses pengalaman sosial yang dinamis dan pragmatis
  • Ki Hajar Dewantara, yang menekankan prinsip Tut Wuri Handayani, yaitu pendidikan yang menuntun anak sesuai kodratnya menuju kebahagiaan dan keselamatan.

Pendidikan harus mampu menyeimbangkan antara teori dan praktek. Filsafat pendidikan pada ranah teoretis membahas hakikat, tujuan, dan nilai pendidikan secara mendalam. Diawali dengan mengetahui definisi filsafat pendidikan, filsafat pendidikan mengacu pada prinsip-prinsip filosofis dalam bidang pendidikan. Memuat penjelasan tentang aspek penerapan filsafat umum, dengan fokus pada penerapan prinsip dan keyakinan yang melandasi filsafat umum dalam menyelesaikan permasalahan pendidikan (Jalaluddin & Idi, 2011). Filsafat pendidikan merupakan ilmu yang mengandung jawaban dari persoalan atau permasalahan yang terjadi pada bidang pendidikan (Barnadib dalam Widodo, 2015). Dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan merupakan ilmu yang berisi jawaban atas pertanyaan/persoalan pendidikan dan pedoman filosofis yang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan permasalahan pendidikan. 

Hal-hal yang menjadi kajian filsafat pendidikan sangat luas cakupannya, yaitu:

  • Merumuskan secara tegas sifat hakiki Pendidikan
  • Merumuskan hakikat manusia sebagai subjek dan objek Pendidikan
  • Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan
  • Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori Pendidikan 
  • Merumuskan hubungan antara filsafat. Filsafat pendidikan dan politik Pendidikan
  • Merumuskan sistem nilai dan norma atau isi moral pendidikan yang menjadi tujuan pendidikan.

Filsafat pendidikan pada ranah teoretis, terdiri dari tiga aspek utama yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

  • Ontologi Pendidikan, membahas hakikat manusia sebagai peserta didik. Apakah manusia dilahirkan sebagai tabula rasa yang siap diisi ilmu atau sebagai makhluk dengan potensi unik yang harus digali? Pandangan ini menentukan strategi pendidikan yang diterapkan.
  • Epistemologi pendidikan, menekankan cara manusia memperoleh pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu diajarkan. Misalnya, apakah pembelajaran bersifat transmisi dari guru ke siswa, atau melalui pengalaman dan interaksi sosial.
  • Aksiologi pendidikan, berfokus pada nilai-nilai yang ingin dicapai, baik moral, etika maupun estetika. pendidikan tanpa nilai beresiko menghasilkan manusia cerdas tetapi kehilangan arah hidup.

Filsafat pendidikan membantu pendidik memahami bahwa tujuan pendidikan bukan hanya sekedar mencapai nilai akademik, tetapi juga membentuk manusia seutuhnya yang mampu berpikir kritis, bertindak etik, dan bersikap empatik. Filsafat pendidikan memiliki beberapa sumber yaitu:

  • Manusia, dikarenakan setia orang mempunyai hubungan dan pengalaman yang berbeda-beda, hal ini mendukung proses pengembangan sikap dan sistem kepercayaan.
  • Sekolah, karena pengalaman sekolah, jenis, dan guru mempengaruhi filosofi pendidikan seseorang.
  • Lingkungan, karena sebagai tempat manusia hidup dan tumbuh serta mempengaruhi filosofi pendidikan.

Berdasarkan tulisan Nurgiasah dalam Ma'arif, M. et.al. (2024) karakteristik filsafat pendidikan dijabarkan sebagai berikut.

  • Logika, berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti sebagai hasil pertimbangan akal dan pikiran yang diutarakan melalui kata yang dinyatakan dalam bentuk Bahasa.
  • Estetika, merupakan penilaian utama yang selalu dijatuhkan pada setiap karya seni.
  • Etika, sebagai pengetahuan mengenai studi tingkah laku tentang baik, buruk, jahat, dan mengenai kebijaksanaan hidup.
  • Politik, merupakan pengetahuan mengenai organisasi sosial seperti monarki, arstokrasi, demokrasi, sosialisme, markisme, feminisme, dan lain-lain sebagai ekspersi aktual filsafat politik.
  • Metafisika, mengenai realita tertinggi dari hakikat semua benda, nyata dari benda (ontologi) dan dari akal pikiran manusia serta suatu studi mengenai hubungan kokoh antara pikiran seseorang dan benda dalam proses pengamatan dan pengetahuan (epistemologi).

Ciri-ciri khusus filsafat pendidikan yaitu:

  • Filsafat sebagai ilmu : berusaha mencari hakikat atau inti dari sebuah proses kehidupan menggunakan akal pikiran secara mendalam
  • Filsafat sebagai cara berpikir : cara berpikir mendalam sehingga menemukan hakikat sesuai dengan melihat beragam sudut pandang dari segi ilmu pengetahuan.
  • Filsafat sebagai pandangan hidup : filsafat hakikatnya memiliki sumber kodrat diri manusia yang memiliki peran sebagai makhluk individu, sosial, dan kepada Tuhannya.

Filsafat Pendidikan sebagai Studi Praktis

Filsafat pendidikan tidak hanya berperan sebagai fondasi teoretis, tetapi juga memberikan arah yang jelas terhadap bagaimana proses pembelajaran seharusnya dirancang dan dijalankan. Menurut Rahmadania, et.al. (2025), setiap aliran filsafat pendidikan membawa konsekuensi praktis yang memengaruhi berabgai aspek pembelajaran, yaitu:

  • Penentuan Tujuan Pembelajaran. Filsafat pendidikan memberikan dasar untuk merumuskan tujuan pendidikan. Contohnya aliran progresivisme memandang tujuan pendidikan sebagai pengembangan potensi dan keterampilan hidup peserta didik secara kontekstual, sedangkan esensialisme menetapkan tujuan pembelajaran pada penguasaan ilmu pengetahuan dasar yang dianggap penting untuk kehidupan. 
  • Peran Guru dan Siswa Dalam aliran esensialisme dan perenialisme. Guru dianggap sebagai pusat otoritas yang bertugas menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Sebaliknya, progresivisme dan rekonstruksionisme menempatkan guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai subjek aktif yang turut menentukan arah pembelajaran. Pandangan ini berdampak langsung terhadap pola interaksi di dalam kelas. 
  • Pemilihan Metode Pembelajaran Filsafat pendidikan memengaruhi pendekatan dan metode yang digunakan guru. Pendekatan konstruktivis yang dipengaruhi oleh progresivisme menekankan pembelajaran berbasis pengalaman dan pemecahan masalah. Sementara pendekatan tradisional yang sejalan dengan esensialisme cenderung menggunakan metode ceramah, latihan soal, dan penghafalan. 
  • Penyusunan Kurikulum Filsafat pendidikan juga menentukan isi dan struktur kurikulum. Kurikulum esensialis berfokus pada mata pelajaran inti seperti matematika, sains, dan bahasa. Kurikulum progresif lebih fleksibel dan bersifat integratif, mengaitkan berbagai disiplin ilmu untuk menjawab kebutuhan nyata peserta didik. 
  • Evaluasi dan Penilaian Dalam filsafat tradisional seperti esensialisme, evaluasi dilakukan untuk mengukur pencapaian akademik melalui tes obyektif. Di sisi lain, pendekatan progresif atau rekonstruksionis mendorong bentuk evaluasi yang lebih holistik, seperti portofolio, observasi, dan penilaian proses belajar.

Beberapa contoh implementasi filsafat pendidikan di dunia nyata:

1. Dalam Perencanaan Kurikulum

Setiap kurikulum pada dasarnya berakar pada filsafat tertentu:

  • Pragmatisme tercermin dalam kurikulum berbasis proyek dan pengalaman.
  • Humanisme tampak dalam kurikulum yang menekankan pengembangan potensi individu secara holistik.
  • Esensialisme menekankan mata pelajaran inti sebagai fondasi pengetahuan.
    Di Indonesia, konsep Merdeka Belajar merupakan implementasi filsafat progresivisme yang mengedepankan kebebasan, fleksibilitas, dan partisipasi aktif siswa.

2. Dalam Metode Pembelajaran

Guru sebagai pelaksana pendidikan sering kali menerapkan filsafat pendidikan secara tidak langsung:

  • Progresivisme : guru menggunakan diskusi kelompok, eksperimen, atau problem solving.
  • Eksistensialisme : guru memberi ruang bagi siswa untuk memilih cara belajar sesuai minat.
  • Idealisme : guru menanamkan nilai moral universal melalui cerita, refleksi, dan teladan.
    Dengan demikian, metode pembelajaran tidak hanya soal strategi teknis, melainkan juga mencerminkan pandangan filosofis tertentu.

3. Dalam Evaluasi Pendidikan

Filsafat pendidikan juga memengaruhi cara evaluasi dilakukan:

  • Jika berlandaskan pragmatisme, evaluasi tidak hanya berupa tes tertulis, tetapi juga portofolio, proyek, atau presentasi.
  • Jika berlandaskan esensialisme, penilaian lebih menekankan penguasaan materi inti.
  • Jika berlandaskan humanisme, evaluasi bersifat formatif, mendukung perkembangan pribadi siswa, bukan sekadar menilai hasil akhir.

4. Dalam Kebijakan Pendidikan

Kebijakan pendidikan suatu negara sangat dipengaruhi filsafat:

  • Negara dengan filosofi demokratis akan menekankan kesetaraan akses pendidikan.
  • Negara dengan filosofi ekonomis akan memfokuskan pendidikan pada keterampilan kerja dan produktivitas.

Kesimpulan

Filsafat pendidikan merupakan fondasi yang tidak hanya bersifat teoretis, tetapi juga praktis. Teoretis membantu memahami hakikat, tujuan, dan nilai pendidikan, sedangkan praktis menjadi pedoman dalam implementasi nyata, mulai dari kurikulum, metode pembelajaran, hingga kebijakan pendidikan. Filsafat pendidikan menjaga pendidikan agar tetap bermakna, relevan, dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Refleksi

Di era digital dan globalisasi, filsafat pendidikan menjadi pengingat bahwa teknologi hanyalah alat, sedangkan tujuan pendidikan tetaplah memanusiakan manusia. Pendidikan yang efektif adalah pendidikan yang menyeimbangkan kecerdasan intelektual dengan kebijaksanaan, etika, dan karakter. Guru, siswa, dan pembuat kebijakan perlu selalu merenungkan nilai-nilai filosofis agar pendidikan tidak kehilangan arah.

Harapan

Harapan ke depan, filsafat pendidikan tidak hanya dipandang sebagai teori abstrak yang jauh dari realitas, tetapi benar-benar menjadi pijakan dalam setiap proses pembelajaran, perumusan kurikulum, hingga pengambilan kebijakan pendidikan di Indonesia. Melalui filsafat pendidikan, guru diharapkan semakin sadar bahwa tugas mereka bukan hanya mengajar, melainkan juga menuntun, membimbing, dan memanusiakan peserta didik sesuai dengan kodratnya.

Referensi

Jalaluddin dan Idi. (2011). Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat, dan Pendidikan. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Ma'arif, M. et.al. (2024). Pengantar Pendidikan Teori, Metode, dan Praktik. Widina.

Rahmadania, R., et.al. (2025). Kajian Teoretis tentang Filsafat Pendidikan dan Aplikasinya dalam Pembelajaran. Journal Syntax Idea, 7(5), 691-699.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun