Mohon tunggu...
Nilamsari Shinta Dewi
Nilamsari Shinta Dewi Mohon Tunggu... Lainnya - Researcher Marketing Analyst, also Foodies

seorang penjelajah sosial dan budaya di bumi pertiwi, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mengenal Dampaknya Fast Food dan Slow Food bagi Tubuh

15 Januari 2023   12:17 Diperbarui: 15 Januari 2023   22:24 1151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Junk food yang nikmat (cr: pinterest/@hungryhugh)

Dalam kondisi yang serba tidak menentu seperti sekarang ini, apalagi di era covid-19, banyak yang akhirnya tersadarkan betapa berharganya nyawa dan mahalnya sebuah kesehatan. Masyarakat sudah mulai aware dan sadar untuk menjaga kesehatan mulai dari makanan yang dikonsumsinya dan cenderung memilih untuk mencari healthy food. Namun, tahukah kamu jika slow food bisa menjadi salah satu solusinya. 

Mengenal Slow Food

Gaya Hidup Slow Food (cr : gruntemancom)
Gaya Hidup Slow Food (cr : gruntemancom)

Slow Food adalah gerakan global yang didirikan 1989 oleh Carlo Petrini dengan tujuan untuk menyelamatkan rasa dan produk tradisional di seluruh dunia, melawan kebangkitan gaya hidup cepat, dan memberikan advokasi tentang bagaimana pilihan makanan kita dapat mempengaruhi dunia di sekitarnya.

Pada penerapannya, slow food mempunyai prinsip yaitu makanan harus baik (good), bersih (clean), dan adil (fair) seperti berikut :

  • Makanan yang baik : makanan yang dikonsumsi mampu memberi kenikmatan cita rasa, tanpa mengubah keaslian dan kealamian bahan baku yang dipakai (tanpa melalui proses pengolahan yang rumit dan panjang, serta tanpa tambahan bahan mimia)
  • Makanan yang bersih : makanan yang dikonsumsi tidak boleh merusak sumber daya alam, dengan cara melestarikan lingkungan dan menjaga hubungan sosio-lingkungan
  • Makanan yang adil : makanan harus mempunyai manfaat regeneratif budaya, sosial dan ekonomi dari sistem pangan berkelanjutan, seperti rantai produksi, budidaya, dan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan. 

Secara konsep, istilah slow food sebenarnya lebih menekankan pada cara memasak yang benar. Bukan berarti slow food itu artinya proses memasaknya dilakukan dalam waktu lama (slow cooking). Pada kenyataannya, makanan yang dimasak dalam waktu yang lama dan peralatan masak yang digunakan keliru justru akan merusak atau menghilangkan nutrisi alami pada makanan. Oleh karenanya, orang terdahulu lebih sering menggunakan peralatan masak dari tanah liat karena proses pengolahannya relatif tidak merusak nutrisi alami bahan makanan dan cita rasanya.

Gerakan slow food ini mengajak kamu untuk mengambil peran dalam menyiapkan hidangan mulai dari proses pemilihan bahan yang alami dan segar, mengolah bahan dengan cara yang benar dan tidak merusak kandungan gizinya, kemudian menyantapnya dengan mindfulness (sadar dan fokus pada apa aktivitas yang dilakukan : makan). Gaya hidup seperti ini diyakini tubuh akan lebih siap menambung makanan dan dapat tercerna dengan optimal.

Berikut cara makan yang sehat mengikuti gerakan slow food :

1. Pilih bahan makan yang alami dan segar, seperti makanan organik

2. Hindari penggunaan penyedap rasa atau bumbu instan dan ganti dengan memanfaatkan bumbu dan rempah yang alami, seperti air rebusan ayam sebagai pengganti kaldu instan

3. Olah semua bahan makanan dengan teliti supaya kandungan gizinya tidak rusak atau hilang

Nah, sekarang kamu sudah tau dampak negatifnya jika terlalu banyak mengkonsumsi fastfood bagi tubuh. Hal ini bukan berarti kamu dilarang memakan fast food ya. Karena, pada dasarnya apa yang kamu makan itu harus seimbang antara pola konsumsi dan mungkin bisa diterapkan juga gaya hidup slow food seperti contoh diatas ya! Buat kamu yang sudah menerapkan gerakan slow food, apa saja manfaat yang dirasakan dalam tubuh? Boleh diskusi di kolom komentar ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun