Mohon tunggu...
Nila Kusyarina
Nila Kusyarina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa PMI IAIN Salatiga

Community Development

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Community Empowerment di Tengah Pandemi Melalui Taman Baca Masyarakat (TBM)

17 Juni 2020   11:40 Diperbarui: 17 Juni 2020   21:43 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi dinilai turut menyebabkan penurunan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena Pengajaran Jarak Jauh (PJJ) yang menyebabkan siswa dan guru gagap serta gugup menghadapi proses pembelajaran ini. Sehingga kegiatan pembelajaran di masyarakat sedikit terganggu. Dengan sistem belajar yang seperti ini, jarang pelajar yang mau memperhatikan dan belajar secara maksimal,yang akhirnya para pelajar tidak mempunyai kegiatan yang produktif untuk meningkatkan kualitas diri mereka. Walaupun banyak yang sanggup memaksimalkan belajar dirumah untuk meningkatkan kreatifitas dan potensi diri, tapi disisi lain banyak juga yang terlena dengan jeda pandemi. Anggapan bahwa PJJ kurang efektif menyebabkan kepasifan para pelajar. Jika terus menerus dibiarkan pendidikan di Indonesia akan semakin tersungkur. Padahal kita tahu bahwa pendidikan Indonesia masih tertinggal dengan negara-negara lain. Dilihat dari sektor kesejahteraan sosial Pengembangan Manusia (pendidikan) manusia adalah kaki yang menopang kepala itu (kesejahteraan sosial).

Ketertinggalan pendidikan Indonesia di buktikan dengan kemampuan membaca yang kurang bagi pelajar usia SD di Indonesia. Hal ini sesuai dengan  laporan UNDP tahun 2003 ,bahwa Indeks pembangunan manusia ( Human Development Indeks – HDI ) angka buta huruf di Indonesia “menempati urutan yang ke 12 dari 174” negara di dunia yang dievaluasi. Data tersebut dapat dipahami bahwa Indonesia memang perlu adanya evalusi terkait pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

Sejalan dengan data yang dikeluarkan bandan pusat statistika (BPS) pada 2003 dapat di jadikan gambaran bagaimana minat baca bangsa Indonesia. Data  itu mengambarkan bahwa pendudukan Indonesia berumur di atas 15 tahun yang memebaca koran pada minggu hanya 55,11 %. Data BPS lainya menujukan bahwa penduduk Indonesia belum menjadikan membaca sebagai informasi. Orang lebih memilih televisi dan mendengarkan radio. Malahan, kecenderungan untuk  cara mendapatkan informasi lewat membaca stagnan sejak 1993.Hanya niak sekitar 0,2 % jauh jika dibandingkan dengan menonton televisi yang kenaikan persentasenya mencapai 211,1% .

Virus Covid-19 mempunyai dampak yang dasyat bagi seluruh sektor kehidupan.  Bahkan dunia pendidikan menjadi korban. Padahal pendidikan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kesejahteraan hidup masyarakat. Dalam situasi yang serba sulit, inovasi-inovasi baru harus di gencarkan untuk mengatasi dan menutup kekurangan dalam dunia pendidikan akibat dampak dari Covid-19. Sehingga pelajar bisa terus belajar walaupun tidak secara formal. Solusi yang dapat ditawarkan adalah pemberdayaan masyarakat (community empowerment).

Menurut, Siswanto (Pendiri TBM ABATA) kunci pemberdayaan adalah mengubah masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, yang kurang tahu menjadi tahu. Kemudian , ditandai dengan adanya perubahan sosial. Bentuk pemberdayaan masyarakat tidak serta merta harus ke ladang, sawah, nelayan dan pegunungan. Akan tetapi bisa melalui komunitas, lembaga, bahkan taman baca sekaligus. Karena esensi pemberdayaan adalah empowerment dan ada perubahannya. Sehingga dari situ spektrum COMDEV (Community Development) sangat luas cakupanya. Bisa dilihat dari segi  mikro, mezzo, dan makro.

Community Empowerment 

Pemberdayaan berasal dari Bahasa Inggris “Empowerment”, yang secara Bahasa dapat diartikan sebagai “pemberkuasaan”, dalam arti pemberian atau peningkatan “kekuasaan” (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung (disadvantaged). Dalam proses pemberdayaan, ada tiga konteks yang dapat dilakukan oleh seorang pekerja sosial. (empowerment setting).mikro, mezzo dan makro;

  • Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, dan cricis intervention. Tujuannya adalah untuk melatih dan membimbing klien agar mampu memahami tugas-tugas kehidupannya.
  • Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran pengetahuan, keterampilan klien.
  • Aras Makro. Pendekatan ini disebut sebagai strategi sistem besar (large system strategy).  Karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Ini memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi diri mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

Kaitannya dengan masalah pendidikan saat pendemi, yang tepat dilakukan adalah pemberdayaan dalam Aras Mezzo. Dengan strategi pendidikan , pelatihan dan dinamika kelompok. Kemudian, objek sasaran ini adalah anak-anak desa yang terdampak covid-19. Kebanyakan anak desa kesulitan akses untuk mengikuti pembelajaran daring. Untuk mengejar ketertinggalan dan upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Maka gebrakan yang solutif adalah melalui organisasi kemasyarakatan dengan mendirikan Taman Baca Masyarakat (TBM) di tengah pandemi.

Taman Baca Masyarakat 

 Taman Baca Masyarakat dapat digolongkan sebagai pendidikan informal atau pendidikan luar sekolah yang dapat dimanfaatkan sebagai program pemberdayaan yang kreatif, karena pemberdayaan bukan melulu soal,peningkatan ekonomi, ketahanan pangan, namun peningkatan kualitas diri juga diperlukan oleh masyarakat. Sebagai pemberdaya masyarakat, harus mempunyai program-program yang dibutuhkan untuk mensejahterakan masyarakat. kemudian, dalam pelaksanaanya antara program dan kebutuhakan harus ada kesesuaian dengan perkembangan masyarakat saat ini. (Syamsi, 2010) Menilik masyarakat saat ini terkhusus anak-anak memerlukan suplay ilmu yang dapat mereka resapi selain dari pendidikan formal,  jarak yang ditempuh harus dekat dengan lingkungan tempat mereka tinggal. Mengingat kewaspadaan terhadap virus covid-19 ini.

Tentu hal ini dapat direalisasikan oleh seorang pekerja sosial. Intervensinya dapat dilakukan dengan membuka Taman Baca Masyarakat (TBM) yang harapanya dengan adanya TBM ini anak-anak dan masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan tambahan ilmu dari kegiatan membaca dan menulis yang ada di Taman Baca Masyarakat. Kegiatan pemberdayaan melalui TBM (Taman baca Masyarakat) berfungsi untuk mendorong terwujudnya masyarakat yang mempunyai semangat belajar sepanjang hayat, melalui peningkatan keterampilan baca serta penyediaan bahan bacaan yang bermanfaat bagi anggota masyarakat guna memperluas pengetahuan dan keterampilan demi peningkatan wawasan serta produktivitas masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun