Mohon tunggu...
Nila Kusyarina
Nila Kusyarina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa PMI IAIN Salatiga

Community Development

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Desa Siaga Covid-19: "Ayo Jogo Tonggo" (Desa Pekalongan Kecamatan Winong, Pati)

13 Juni 2020   20:57 Diperbarui: 13 Juni 2020   21:25 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Corona Virus Disease 2019 atau COVID-19 disebabkan oleh infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Gejala yang muncul sering kali seperti flu dan radang paru-paru. Deteksi umum yaitu dengan mengukur suhu badan. Orang yang mempunyai suhu >38 maka dicurigai sebagai ODP. Gejala yang lazim dipercayai oleh masyarakat adalah Flu. Orang desa yang belum paham Corona sangat mudah dipengaruhi. Hingga menimbulkan kecemasan karena sakit apapun dipandang sebagai Corona. Padahal belum tentu.

Masyarakat harus mampu mengetahui bagaimana persebaran Virus Covid-19 ini. Dari berbagai penelitian, metode penyebaran utama penyakit ini diduga melalui droplet saluran pernapasan dan kontak dekat dengan penderita. Droplet merupakan partikel kecil dari mulut penderita yang dapat mengandung virus penyakit, yang dihasilkan pada saat batuk, bersin, atau berbicara.

Droplet dapat melewati sampai jarak tertentu (biasanya 1 meter). Droplet bisa menular melalui saluran pernapasan. Misalnya ketika penderita sakit, batuk ataupun bersin. Partikel droplet bisa menempel di berbagai tempat bahkan bisa dipakaian dan tempat-teman yang sering dijamah oleh orang banyak. Oleh sebab itu kita diwajibkan memekai masker dan sering-sering cuci tangan.

Corona virus memang sudah menyebar keseluruh daerah di Indonesia tak terkecuali di desa-desa kecil sekalipun. Oleh sebab itu maka badan pemerintahan desa gencar-gencarnya melakukan pembentukan pos-pos siaga covid. Desa sekarang sudah mulai berinisiatif sadar bencana dan bersikap protektif terhadap keluarga dan lingkungan sekitar. Pemerintah saling bahu membahu menuntaskan persebaran virus yang menjadi trending sekarang ini.

Desa Pekalongan merupakan desa percontohan yang dirasa telah pantas dan siap menghadapi "New Normal". Desa ini berada di wilayah Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Tak bisa dipungkiri Pati bulan lalu sempat menjadi zona merah akibat banyak yang tertular virus ini. Namun sekarang bisa dilihat dari data, yang postif hanya satu. Itupun pasien lama. Namun, pemerintah Pati tidak tinggal diam. Berbagai kesiapsiagaan terus diketatkan.

nila123-5ee4e0ce097f36240f21c7b3.png
nila123-5ee4e0ce097f36240f21c7b3.png
 Selasa, 09 Juni 2020 Desa Pekalongan kedatangan tamu dari POLDA Jateng dalam rangka "Pencanangan Kampung Siaga Covid-19". Dilihat dari berbagai fasilitas dan penanganan desa pekalongan ini memang patut dijadikan sebagai kampung siaga covid-19. Mengapa bisa demikian? Kira-kira strategi, kegiatan dan peraturan apa yang dilakukan oleh pemerintah desa Pekalongan dalam menghadapi pandemi Virus Covid-19?

Peran Pemuda Dalam Mengatasi Pandemi

Pemuda merupakan Agent Of Change, yang diharapkan menjadi seorang yang membawa perubahan bagi masyarakat. Dalam perananya menangani covid,pemuda yang tergabung dalam ikatan karang taruna "Laskar Wuloeng" ikut andil dalam kegiatan kemasyarakatan. Sebagai contoh, pemuda desa Pekalongan setiap malam bergantian berjaga per Rt. Demi keamanan desa selama covid 19 ini berlangsung. Bukan hanya itu, pemuda desa Pekalongan juga bergiliran menjaga posco Covid-19, agar ketika ada orang dari luar kota bisa langsung dilakukan pengecekan dan pelaporan. Namun, para pemuda tidak hanya sendiri mereka ditemani oleh para aparatur desa setempat.

Peran Tokoh Agama Atau Tokoh Masyarakat 

Desa Pekalongan terkenal dengan desa santri. Di mana tokoh Agama disana terhitung banyak. Pondok pesantren juga tidak sedikit, mengingat sekolah dari mulai tingkat SD-SMA tidak hanya satu. Bisa dibilang desa Pekalongan ini salah satu pusat pendidikan di Kabupaten Pati. Ada dua Madrasah Tsanawiyah yang cukup terkenal (MTs Negeri 1 Pati dan MTs Tarbiyatul Banin). Para Pemangku kebijakan dan tokoh masyarakat bersepakat saling mendukung untuk memaksimalkan program-program Desa demi menuntaskan virus Covid ini. Walaupun, belum ada data yang menunjukan adanya pasien positif di Desa tersebut. Kesiapsiagaan dan protokol kesehatan terus digencarkan.

Ukhwatur Roi (Kepala Desa Pekalongan) dalam sambutannya " Kami masyarakat Desa Pekalongan bersepakat untuk saling menjaga antar tetangga. Maka dari itu diadakan penjagaan pos kampling setiap malam, pemasangan  tempat cuci tangan disetiap rumah, dan membagikan sembako kepada masyarakat/ tetangga yang membutuhkan". Itulah berbagai kebijakan yang diterapkan di Desa Pekalongan.

Bukan hanya itu, ketika ada tamu masuk di Desa ini diwajibkan cuci tangan, pengecekan menggunakan Thermo Gun (Alat pendeteksi suhu badan), bilik sterilisasi (penyemprotan Desinfektan). Semua perlengkapan ini dapat terpenuhi dari usaha masyarakat, yang setiap malam menyisihkan uang dua ribu rupiah untuk dana Covid ini. Sehingga, kebutuhan-kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.

Uang ini dikelola oleh pemerintahan desa yang bekerjasama dengan para pemuda dan karang taruna. Para pemuda yang menjaga posko juga bertugas keliling kampung untuk mengambil uang iuran dari warga. Setelah uang terkumpul dibelikan barang atau makanan pokok. Misalnya untuk pembelian alat semprot, desinfektan dan konsumsi bagi petugas penjaga posko covid.

Lalu bagaimana kebijakan tempat ibadah dan Lembaga pendidikan di Desa Pekalongan ? kebijakan tokoh agam desa setempat tidak melakukan penutupan masjid, dan meniadakan kegiatan keagamaan lainya. Seperti sholat eid kemarin masih dilaksanakan. Namun, sesuai dengan surat keputusan dari PCNU bahwa yang boleh melakukan sholat eid hanyalah kaum laki-laki. Sampai sekarang masjid masih buka dengan pemberlakuan protokol kesehatan yang ketat dan pengaturan jarak jamaah. Lembaga pendidikan pondok pesantren semua di non aktifkan. Semua santri dirumahkan dan melaksanakan ngaji via online.

Ketahanan Pangan

 Menurut Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 ketahanan pangan merupakan  "kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau." Kondisi pandemi yang saat ini memaksa banyak masyarakat Indonesia harus menghentikan semua kegiatan perekonimiannya menyebabkan ketahanan pangan diberbagai tempat sedikit goyah. Untuk mengatasi masalah ini pemerintah Pekalongan menyediakan sembako gratis bagi warga yang membutuhkan. Semboyan " Ayo Jogo Tonggo" itu memang benar-benar direalisasikan bukan hanya semboyan.

Pemerintahan Desa Pekalongan membuka posko pangan yang isinya hasil bumi desa itu sendiri. Jadi, ketika pandemi ini berlangsung, hasil bumi masyarakat dikelola oleh desa. Keuntungan diperoleh desa dan digunakan untuk kepentingan masyarakat setempat. Semua warga saling membantu dengan iuran, guna menolong tetangga yang membutuhkan.

Beruntungnya kebanyakan warga Pekalongan berkerja sebagai seorang petani jadi dampak Corona ini tidak begitu dirasa oleh masyarakat. Hasil desa dan sembako dijual murah diposko pangan Desa Pekalongan. Langkah ini bisa menjadi alternatif untuk mengutakan ketahanan pangan warga. Kalaupun pemerintah terus menginpor beras, masyarakat Desa Pekalongan mandiri dengan mengelola hasil sawahnya sendiri. Inilah bentuk kemandirian dan kecerdasan warga.

Kebijakan dan kegiatan masyarakat yang dirasa cukup siap untuk menghadapi "New Normal" maka POLDA jateng menjadikan desa Pekalongan sebagai "KAMPUNG SIAGA COVID-19".  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun