Mohon tunggu...
nila ain
nila ain Mohon Tunggu... -

love my life

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

BERPETUALANG BERSAMA ANAK-ANAK SUKU BAJO

7 Maret 2010   09:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:34 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cuti akhir semester kali ini kugunakan untuk menjelajahi wisata pantai Bira yang tersohor di Sulawesi selatan yang terletak di kabupaten Bulukumba. Kepenatan menjalani seabrek aktivitas di kesatriaanterbayar sudah,kenyamanan ketika kulitku di terpa sinar matahari yang terpantul dari butiran pasir putih nan halus dan semilir angin lembut yang bertiup dari lautan yang memantulkan sinar kebiru-hijauan yang secara langsung dapat melukiskan keindahan bawah laut pantai Bira. Menikmati keindahan panorama yang sempurna dari Sang Khalik lengkap kurasakan. Keindahan Laut Bira yang menyimpan beragam hewan laut mengingatkan ku pada masa kecilku.

Berpetualang bahari dan hutan kulalui bersama teman-temanku, bersama anak-anak suku Bajo. Menaklukkan laut hanya untuk sekedar menjanggal perut ketika kelelahan bermain perahu. Bagi kami lautan adalah wahana bermain, rasakanlah sensasi keceriaan kami ketika umpan yang kami lempar tiba-tiba dimakan olehikan ( air pasang), mencari siput dan kerang ketika air suruthingga main petak umpet bersama kepiting di sela-selabatu karang. Pelajaran pertama yang ku dapat bahwa alam sangat komplek memberikan solusi terhadap masalah perut manusia..he..hehehe“Jangan mi cari jauh-jauh, ada semua ji disediakan di alam, Io to ?”

Ketika beranjak SMP aku mendapat nilai yang lumayan untuk mata pelajaran sejarah (hohoho)sebab Naluri untuk bertahan hidup manusia Homo Soloensis pada beribu abad lalu dapat kuresapi dengan penuh penghayatan,bagaimana kami mengumpulkan benih dengan mengendap-endap dibelakang kandangberkompetisi dengan ayam tetangga sampai pada masa mengolah tanah untuk Menanam jagung,dan ketika panen harus membuat orang-orangan untuk mengusir serbuan Babi hutan dibelakang rumah, belum lengkap hidup kami jika siang hari kami tidak Berburu buah-buahdi hutan belakang sekolah . Dari Jeruk Bali, Jambu Monyet –buah penghasil kacang Mete yang menjadi salah satu komoditiutama Sultra-, jambu biji, buah Nangka. Dari buah yang kami tahu namanya sampai buah yang namanya tidak ada dalam kamus besar bahasa Indonesia telah kami rasakan.

Namun Ada buah yang menjadi favorit kami yang sampai sekarang aku tak tahu nama buah tersebut. Buah yang jika kumakan membuat kepala pusing (teler)hingga tertidur pulas . Dan ketika aku SMA ternyata batang daribuah “ajaib” tersebutsering dimasak untuk diambil airnya oleh bapakku yang menyidap penyakit Diabetes Mellitus(DM) untuk dapat menurunkantekanan gula darah nya yang tinggi . Obat tradisional yang turun temurun suku bugis gunakan untuk menurunkan tekanan gula darah yang tinggi yakni teh dari buah “ajaib” tersebut. Sempatlah kutanyakan namanya kepada Bapak, dengan senyuman misteriusnya-sama misteriusnya dengan buah “ajaib ku”- orang bugis menyebutnya “buah lappo-lappo”,nak. Hmmm… Lappo-Lappo ? yuph, dinamakan demikian sebab buahnya tidak dikonsumsi- tapi dijadikan mainan dengan cara meniup kulit kantong terluar buah kemudian diledakkan di jidat masing-masing kawan. Alhasil mukanya dipenuhi lender buah ajaib . Jawaban Bapak ku kurang mencukupi dahaga ku tentang buah “ajaib” itu. Om google pun tak dapat berbuat banyak.

aku bersyukur bisa hidup di lingkungan pantai nelayan kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton provinsi Sulawesi Tenggara. Petualangan ku bersama anak-anak suku bajo memberikanbegitu banyak kebahagiaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun