Mohon tunggu...
Nikum Sayyidah
Nikum Sayyidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Hallo Saya Nikum Sayyidah Mahasiswa UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Hobi saya membaca dan Menonton film. Terimakasih sudah membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gerakan Ekofeminisme Antara Hubungan Perempuan dan Alam di Drama "Welcome To Samdalri"

14 Mei 2024   17:24 Diperbarui: 14 Mei 2024   17:38 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Banyak sekali gerakan Ekofeminisme yang terjadi di dunia, Ekofeminisme menjadi gerakan sosial dan politik yang menggabungkan feminisme dengan kesadaran lingkungan. Gerakan ini menyoroti hubungan antara perempuan dan alam, serta bagaimana kedua hal tersebut saling memengaruhi. Ekofeminisme percaya bahwa perempuan dan alam memiliki hubungan yang erat, dan bahwa perlakuan terhadap perempuan seringkali mencerminkan perlakuan terhadap alam.

Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi tentang Gerakan Ekofeminisme antara hubungan perempuan dan alam di drama welcome to samdalri, sebelum itu mari kita mengenal lebih dalam tentang apa Ekofeminisme?

Mengenal Ekofeminisme

Ekofeminisme mengajarkan bahwa hubungan antara perempuan & alam bukanlah kebetulan. Dalam melindungi alam, kita juga harus memperjuangkan hak-hak perempuan. Ekofeminisme melihat bahwa eksploitasi terhadap perempuan dan kerusakan lingkungan adalah konsekuensi dari patriarki. 

Ekofeminis percaya bahwa pemenuhan hak perempuan sangat penting dalam pelestarian lingkungan dan mengatasi perubahan iklim. Ekofeminisme menawarkan kerangka yang mempromosikan pemberdayaan perempuan. Kalimat "alam adalah isu feminis" adalah slogan ekofeminisme. Franoise d'Eaubonne (1974) menyatakan, ketidakadilan terhadap perempuan dalam kendali atas reproduksi mereka adalah penyebab populasi manusia yang begitu banyak. 

Dua tokoh ekofeminis paling terkenal, Maria Mies dan Vandana Shiva, menyatakan dalam pengantar buku Ekofeminisme pada tahun 1993

"Tujuan kami adalah untuk melampaui perspektif sempit ini [patriarki dan hierarki] dan untuk mengekspresikan keragaman kita dan, dengan cara yang berbeda, mengatasi kesenjangan yang melekat dalam struktur dunia yang memungkinkan Utara mendominasi Selatan, laki-laki mendominasi perempuan, dan hiruk pikuk masyarakat. penjarahan lebih banyak sumber daya demi keuntungan ekonomi yang tidak merata dan mendominasi alam."

Gerakan Ekofeminisme

Gerakan ekofeminisme juga menyoroti bagaimana perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan eksploitasi alam berdampak secara khusus pada perempuan. Di banyak masyarakat, perempuan seringkali menjadi yang paling terdampak oleh bencana alam, kekurangan pangan, dan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, ekofeminisme mendorong untuk memperjuangkan hak-hak perempuan sejajar dengan perlindungan alam.

Seperti terjadinya gerakan Ekofeminisme di dalam drama welcome to samdalri yang di ambil beberapa adegan, ketika ibu-ibu yang bekerja dengan sebutan "Haenyeo". Haenyeo sendiri berarti penyelam perempuan. Secara harafiah haenyeo merupakan pekerjaan tradisional yang dilakukan secara turun temurun oleh nenek moyang warga Korea. Biasanya dilakoni oleh perempuan yang tinggal di pesisir pantai. 

Para haenyeo akan menyelam untuk mencari hewan laut untuk dikonsumsi. Biasanya abalon, kerang, tiram, bulu babi, gurita termasuk rumput laut dan lainnya. Tidak hanya mencari hewan laut saja tapi para Haenyeo juga membersihkan laut dengan menjaga ekosistem laut agar tidak tercemar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun