Artefak yang ditemukan dan relief yang terdapat pada Candi Prambanan dan Candi Borobudur tersebut bisa jadi serangkaian cerita yang menggambarkan kehidupan bermusik pada era Wangsa Syailendra. Temuan-temuan tersebut semakin memperdengarkan nyaringnya harmoni oleh orkes musik kuno yang berpadu dengan seni tari dan seni lainnya. Indah dalam komposisi yang apik.
Gerakan Sound of Borobudur
Relief bermusik tersebut menjadi inspirasi bagi para musisi Indonesia untuk menggali kekayaan sejarah musik yang sudah ada bahkan sebelum abad kesepuluh. Upaya ini datang dari inisiatif Trie Utami, Dewa Budjana, dan Purwacaraka yang mendengar harmoni laras-laras dari relief tersebut. Harmoni tersebut membentuk komposisi yang unik dan membawa mereka larut dalam dimensi bermusik yang penuh kekayaan.
Dari situ kemudian, gerakan Sound of Borobudur mereka canangkan dengan membuat replika alat musik yang terdapat dalam gambar relief. Sejak tahun 2016 hanya ada beberapa alat musik yang berhasil mereka rancang dengan bunyi seadanya. Hingga tahun 2021 ini, ternyata sudah menghasilkan lebih dari dua ratus alat musik. Salut!
Kerja keras selama lima tahun tersebut, bukan tanpa hambatan. Bagaimana para musisi tersebut harus membawa dirinya berkelana jauh ke kurun masa sebelum abad kesepuluh tersebut. Jenis alat musik, bahan dasarnya, dan cara membunyikan menjadi tantangan tersendiri.
Lantas, apa selanjutnya?
Sound of Borobudur, mengutip ucapan dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo: menjadi sebuah gerakan reinventing (menemukan kembali), dari sebuah hipotesis bahwa Borobodur pusat seni, pusat musik dunia, atau sebaliknya. Dengan melakukan riset secara berkelanjutan, gerakan ini diharapkan berlanjut hingga menghasilkan alat musik yang sesuai dengan replika dan bisa diproduksi untuk kemudian digunakan secara luas.
Dewa Budjana, Trie Utami, Purwacaraka, dan kawan-kawan telah memulai sebuah perjalanan panjang untuk menginterpretasikan bunyi relief dalam konteks kekinian. Berawal dari seperangkat dawai dan gerabah yang direkacipta ulang, berpadu harmoni dengan komposisi apik dengan alat musik dari berbagai daerah di Indonesia, untuk menemukan kembali dunia musik.
Di masa depan, kita mengharapkan semakin banyak musisi yang berpartisipasi dalam gerakan ini. Dan semakin baik bila masuk dalam kampanye Pesona Indonesia (Wonderful Indonesia)Â atau kampanye pelestarian budaya lainnya. Dengan itu, gerakan ini menjadi panggilan untuk menumbuhkan kesadaran kolektif, bahwa dari Borobudur, musik dunia sudah pernah direkam dan ditemukan kembali.
Hal ini membuat telinga kita semakin tak sabar untuk mendengar aransemen dari Sound of Borobudur yang terdengar di konser-konser musik, pertunjukan sendratari, lantunan musik di Tiktok, atau nada dering panggilan telepon pada berbagi merk ponsel.