Mohon tunggu...
Nikmatus Saadah
Nikmatus Saadah Mohon Tunggu... Mahasiswi -

Belajar di masa kecil bagaikan mengukir di atas batu, sedang belajar di masa dewasa bagaikan mengukir di atas air

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru BK "Stakeholder Konseling" yang Dibenci Sekaligus Dicinta

10 Oktober 2018   07:42 Diperbarui: 11 Oktober 2018   04:23 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir di setiap sekolah kita jumpai seseorang yang selalu ingin tau urusan seputar siswa dan ikut campur di dalamnya dengan tujuan membantu pribadi siswa, mereka adalah sosok guru BK yang kadang dibenci dan dicinta. Guru BK merupakan bagian dari stakeholder konseling yang sangat berperan dalam membimbing anak. Telah banyak kita ketahui karakter guru BK yang ada di setiap sekolah bahkan dalam satu sekolah pun berbeda antara satu dengan yang lain. Itulah salah satu alasan guru BK menjadi sahabat atau musuh siswa. 

Cerita lama masih membabi buta hingga era ini, banyak siswa beranggapan bahwa guru BK adalah seseorang yang garang, galak, dan pengumbar rahasia pribadi. Beberapa siswa awalnya percaya dengan guru BK dan mulai mencoba untuk dekat dengan guru BK, namun karakter guru BK yang galak dan selalu berperan dalam hukuman menjadikan siswa enggan untuk dekat dengan mereka. Dilain sisi beberapa siswa kecewa telah mencoba mengurangi masalahnya dengan menceritakan masalah itu pada guru BK karena ternyata dibalik semua itu guru BK menceritakan masalahnya pada guru-guru lain yang tidak terlalu penting untuk tau masalahnya. Dengan ini, guru BK dianggap sebagai pengumbar rahasia siswa. Keadaan seperti ini membuat siswa enggan untuk menemui guru BK apalagi berniat duduk dihadapannya dengan menceritakan masalahnya. 

Seringkali mereka berpikir bahwa masalahnya tidak kunjung usai jika dihadapkan dengan guru BK namun malah bertambah masalah. Mereka cenderung lebih nyaman menceritakan masalahnya pada teman dekatnya. Sebagian siswa itu merasa rahasianya akan tertutup rapat jika masalahnya diluapkan pada teman dekatnya. Walaupun sebenarnya teman mereka belum tentu mampu menyelesaikan masalahnya dan hanya menjadi pendengar setia mereka. Rasa nyaman bercerita pada teman lebih tinggi dibandingkan dengan guru BK. Akhirnya fungsi yang seharusnya ada pada guru BK beralih fungsi pada teman siswa.

Hal ini akan berpengaruh pada gangguan mental siswa itu sendiri karena masalahnya tidak akan selesai jika teman mereka tidak mampu membantu mencari solusinya, begitu juga dengan teman mereka yang berperan sebagai konselor, mereka akan merasa tertekan apabila tidak mampu mengolah masalah itu. Rasa iba ataupun empati yang berlebih akan membawa mereka masuk pada masalah tersebut.

Namun disisi lain beberapa sekolah telah menjalin kolaborasi antara stakeholder konseling yang ada di sekolah dan orang tua siswa khususnya di Kota Malang, sehingga untuk mendapatkan respon baik siswa terhadap guru BK tidaklah sulit. Hal ini terkadang dilakukan dengan usaha guru BK sendiri dengan menunjukkan karakter yang baik, lembut, penyayang dan tegas dihadapan siswa. Mereka peduli dengan kondisi siswa dan seseringnya mendekati siswa sebagai teman mereka. Terkadang kerjasama dengan komponen pembelajar di sekolah dan orang tua juga dilakukan oleh guru BK untuk mendapatkan respon baik dari siswa. Menurut guru BK yang pernah penulis temui, karakter seperti inilah yang mampu menarik perhatian siswa. Walaupun anak yang bermasalah di sekolah, mereka akan takhluk jika dihadapkan dengan guru BK seperti ini. Ibarat batu jika ditemukan dengan batu maka dia akan menghasilkan api. Pandangan seperti ini yang membuat guru BK lebih mengutamakan karakter baik untuk menarik perhatian siswa.

Melihat hal ini, ternyata sebagian siswa di beberapa sekolah mempunyai guru BK yang menjadi favoritnya. Guru BK telah mampu menarik hati siswa dengan kesabaran dan kegaulan mereka mengikuti model siswa di era saat ini, hal ini malah membuat siswa menjadikan guru BK sebagai teman dekat mereka ketika di sekolahnya. Sehingga terciptanya keterbukaan antara siswa dan guru BK. Seringkali siswa malah merasa rindu ketika lama tak berjumpa dengan guru BK.

Keadaan seperti ini dapat dimanfaatkan oleh guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa baik masalah pribadi, masalah belajar, karir ataupun lainnya. Terkadang kolaborasi guru BK dan orang tua siswa juga terjadi. Seringkali guru BK mengabarkan perkembangan siswa pada orangtua mereka, sehingga orangtua mengetahui perkembangan putra putrinya.

Artinya semua guru BK sebenarnya sama, namun kesalahan presepsi siswa terhadap guru BK sangat mempengaruhi terwujudnya hubungan baik antara guru BK dan siswa. Untuk mendapatkan presepsi baik dari siswa, guru BK sangatlah perlu untuk berkarakter sesuai dengan kondisi siswa. Namun bukan berarti guru BK membuat-buat karakter, tapi menyesuaikan kondisi siswa karena menarik hati siswa adalah masalah utama untuk menciptakan keterbukaan siswa. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun