Pernah nggak sih kamu merasa kepala penuh, hati sesak, tapi nggak tahu harus cerita ke siapa? Nah, di momen seperti itu, biasanya kita butuh satu hal sederhana yaitu curhat. Kata curhat mungkin sudah jadi hal yang biasa di telinga kita. Hampir setiap orang pernah melakukannya---entah untuk mencurahkan isi hati, menenangkan pikiran, atau sekadar mencari rasa lega setelah hari yang melelahkan. Bagi mahasiswa, curhat bukan sekadar kegiatan iseng, tapi bisa menjadi cara sederhana untuk menjaga kesehatan mental di tengah tekanan dunia kampus.
Fenomena mahasiswa yang merasa tertekan sudah sering kita dengar. Ada yang stres karena tugas menumpuk, ada yang kelelahan mengikuti organisasi, bahkan ada yang kehilangan semangat belajar karena masalah pribadi. Kondisi seperti ini tidak bisa dianggap sepele.
Menurut Kementerian Kesehatan (2023), satu dari lima mahasiswa di Indonesia mengalami gejala stres dan kecemasan ringan akibat tekanan perkuliahan. Artinya, banyak mahasiswa yang sebenarnya sedang berjuang secara mental, meski dari luar terlihat baik-baik saja. Â
Curhat, Bentuk Dukungan Sosial yang Sederhana tapi Bermakna
Curhat sebenarnya bukan hanya tentang bercerita, tapi juga tentang mencari dukungan sosial. Kadang, seseorang tidak membutuhkan solusi, hanya ingin didengarkan tanpa dihakimi. Dengan mendengarkan, kita sudah membantu seseorang meringankan bebannya.
Penelitian dari Pointon-Haas dan rekan (2023) menunjukkan bahwa dukungan teman sebaya dapat menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan rasa percaya diri. Jadi, sekadar menemani teman yang sedang curhat pun bisa memberi dampak positif bagi kesehatannya.
Bagi mahasiswa, teman sering kali menjadi tempat pertama untuk berkeluh kesah. Tidak semua orang berani datang ke psikolog atau konselor kampus, jadi teman menjadi tempat paling aman untuk bercerita.
Temuan dari Huwaida dan kolega (2025) dalam Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi juga menyebutkan bahwa dukungan sosial dari teman sebaya bisa membantu mahasiswa mengelola stres, memperkuat rasa percaya diri, dan meningkatkan daya tahan terhadap tekanan akademik.
Membangun Budaya Curhat yang Positif di Kampus
Curhat bisa dilakukan di mana saja: di kantin, taman kampus, lewat pesan daring, bahkan sambil nongkrong santai. Aktivitas ini tidak harus selalu serius; bisa juga dibungkus dalam kegiatan diskusi ringan yang menumbuhkan empati dan solidaritas.