Mohon tunggu...
Nihayatu Saadah
Nihayatu Saadah Mohon Tunggu... Penulis - A life-long learner

Trying to be active in Kompasiana^^ [IG:fforcess]

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Gaya Murah Mengikuti Tren Merawat Tanaman Hias ala Orang Jepara

24 Oktober 2020   07:57 Diperbarui: 24 Oktober 2020   20:10 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Setek batang Suji Hijau_Nihayatu Saadah

Melihat kondisi, saat itu halaman rumah memang sudah lama tidak terurus. Tanaman hias hanya seadanya saja. Setelah saya ingat-ingat kembali, ternyata tanaman hias yang sudah ada itu adalah hasil berkebunku saat kelas 6 SD, yang tidak pernah sekalipun saya berniat bin bermaksud menyiraminya. Itupun hasil minta benih dari teman sekelas dulu. Hahaha

Tren merawat tanaman hias ingin saya sebut juga sebagai demam bunga. Sebab, kalau ingin menyebut demam tanaman hias, jadi kepanjangan. Sepertinya lebih enak aja gitu menyebut bunga daripada tanaman hias. Meskipun tanaman hias mungkin lebih baku menurut EYD, dan meskipun juga tanaman yang disebut bunga itu tidak berbunga, hahaha...(Orang Jepara memang gitu).

Jadi sampai ingin saya sebut demam bunga, karena orang-orang berbondong-bondongnya adalah menanam tanaman bunga atau tanaman hias yang tidak berbunga, bukan tanaman pangan (sayuran atau buah-buahan). Tapi entah kalau saat ini sudah banyak yang beralih atau memperluas bertanamnya ke tanaman pangan. 

Mungkin seiring dengan berkembangnya waktu, tingkat kepuasaan setiap orang akan bertambah dalam hal tanam menanam. Sehingga bagaimanapun caranya, mereka akan berusaha sesuai yang mereka inginkan.

Kembali ke demam bunga, jadi orang-orang disekitar saya bahkan tidak segan memborong promo tanaman bunga yang dijajakan di pasar setiap hari pukul 07.00-11.00 WIB itu. Untuk perburuan pot-pot bunga juga begitu. Dapat dikatakan, setiap ke pasar yang dijadwalkan setidaknya minimal seminggu sekali itu harus tidak boleh ketinggalan membeli 1 pot. 

Kalau bisa malah pot-pot bunganya harus seragam untuk didesain di halaman rumah itu. Kalau sudah cocok dengan pot warna hitam, ya hitam semua. Kalau putih ya putih semua. Kalau polybag ya polybag semua. Atau kalau awalnya memakai pot hitam, lalu ingin berganti haluan jadi pot putih, maka yang hitam harus disingkirkan dengan penempatan yang paling pojok.


Kalau saya sih tim gado-gado. Pot apapun jadi deh, asalkan bungaku subur, itu sudah lebih dari cukup. hahaha

Sekarang yang berkaitan dengan judul tulisan ini, saya ingin sedikit membahas tentang kecenderungan orang-orang untuk menanam tanaman berbayar. Baik yang harganya murah maupun yang mahal. 

Saya melihat orang-orang disekitar saya itu terlampau boros sekali memenuhi halaman rumah mereka dengan tanaman-tanaman yang berbayar, bahkan yang mahal-mahal. 

Bukan kenapa-kenapa sih. Saya memahami sekali bahwa tujuan setiap orang untuk menekuni hobi sekaligus tren menanam ini adalah berbeda-beda. Karena sudah terlanjur terkena demam, jadi niatnya menanam juga tidak main-main. 

Apabila ada budgetnya, maka tidak akan segan-segan mengoleksi berbagai jenis tanaman yang terlihat unik dan cantik.
Halo Janda Bolong (Monstera Obliqua), apa kabar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun