Mohon tunggu...
nigar pandrianto
nigar pandrianto Mohon Tunggu... -

Penulis lepas di berbagai media

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sejarah Virtual dan Virtualitas

26 April 2012   08:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:05 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1335428073593683062

[caption id="attachment_173786" align="alignnone" width="300" caption="Virtual dalam sejarah."][/caption]

Judul: Virtual

Penulis: Rob Shield

Penerbit: Jalasutra

Tebal: 270 halaman

Ketika jaman menyeret setiap orang ke dunia digital, terminologi yang sering disebut adalah "virtual". Kata itu pun sering dipadukan dengan kata benda seperti "organisasi virtual", "kantor virtual", ataupun "kota virtual".

Namun kemudian terjadi kesalahkaprahan dalam memaknai virtual. Virtual seakan-akan menjadi sesuatu yang selalu terkait dengan teknologi maupun kemajuan. Padahal makna virtual tidak selalu seperti itu.

Dalam buku ini disebutkan, virtual adalah sesuatu yang riil namun tidak konkret. Ia hanya sebuah kualitas dan bukan sesuatu yang aktual. Virtual bahkan berbeda dengan abstrak.

Penulis buku ini, Rob Shields, mengungkapkan bahwa virtual merupakan sebuah kualitas yang merupakan efek dari sesuatu, namun ia bukan "sesuatu" dari yang dimaksud. Ia adalah sebuah simulasi, semacam penyimpangan dari yang aktual.

Dalam sejarahnya, virtual sudah hadir dalam lukisan-lukisan Barok yang menggambarkan sebuah peristiwa historis. Lukisan-lukisan tersebut bukanlah sebuah peristiwa historis, namun ia menghadirkannya kembali di masa kini. Oleh sebab itu, masa lalu pun digolongkan sebagai sesuatu yang virtual.

Kemudian, virtualitas pun muncul dalam peristiwa-peristiwa relijius. Dalam buku ini dicontohkan sakramen ekaristi dalam ritus agama Katolik. Roti yang digunakan dalam ritus ini adalah roti biasa. Namun di sana terjadi transubtansiasi sehingga keberadaan Kristus dipercaya hadir di situ.

Pada perkembangannya, seiring dengan perkembangan dunia komputer, virtualitas semakin mendapatkan tempat. Namun istilah virtual menjadi tumpang tindih, yakni antara yang merujuk pada skematisasi realitas atas sebuah artifak, dengan suatu ruang yang dihasilkan oleh digital oleh teknologi virtual (halaman 59). Oleh sebab itu perlu pembedaan antara realitas virtual (virtual reality) dan lingkungan virtual (virtual environment).

Buku ini juga menjelaskan sejumlah konsekuensi ataupun dampak dari virtualitas, terutama virtual environment yang dimediasikan oleh teknologi komputer dan digital. Salah satu yang disebutkan dalam buku ini adalah pekerjaan yang tervirtualisasi.

Pekerjaan yang tervirtuliasasi teleh menciptakan dehumanisasi hubungan. Ini disebabkan terjadinya pergerseran diskursif tempat bekerja. Hal ini dapat berujung pada menurunnya komunikasi antar manusia, dan bermuara pada situasi alienasi atau keterasingan.

Buku pertama-tama adalah sebuah usaha untuk meluruskan perjalananan sejarah virtualitas. Dari situ terdapat sebuah pemahaman utuh mengenai virtualitas beserta konsekuensi-konsekuensinya di era kontemporer.

Selain itu, buku ini juga mempertanyakan apakah virtualitas akan membawa masyarakat kepada sebuah halusinasi konsensual yang mengawali dehumanisasi. Atau sebaliknya, akan membawa kita pada sebuah tatanan masyarakat senantiasa inovatif dan adapatif pada penciptaan virtualitas digital global.***

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun