Mohon tunggu...
Nida Siti Fatimah
Nida Siti Fatimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Kebangsaan Republik Indonesia

Manusia biasa yang sedang berjuang bertahan hidup dan berharap akan selalu riang gembira

Selanjutnya

Tutup

Diary

Apa Iya, Menjadi Anak Tunggal Itu Enak?

12 Januari 2023   17:15 Diperbarui: 12 Januari 2023   17:13 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Berbicara mengenai anak tunggal, anak tunggal ialah anak satu-satunya yang dimiliki oleh orang tua, tidak ada adik ataupun kakak.

Menurut saya anak tunggal itu tidak selamanya menyenangkan, karena saya merasakannya dan saya terlahir dari pasangan yang hanya memiliki satu anak saja atau terlahir sebagai anak tunggal. Entah itu memang keputusan keduanya atau memang ada faktor yang lain. Mungkin ketika pasangan lain yang hanya mempunyai satu anak akan lebih mendikte anaknya harus ini itu, berbeda dengan orang tua saya, mereka jauh lebih santai dalam membesarkan saya, mereka membebaskan saya dalam memilih jalan yang saya mau dengan catatan harus mampu mempertanggungjawabkan jalan yang dipilih. Tapi, setiap orang tua tentunya mempunyai cara tersendiri untuk mendidik anaknya, tidak ada yang perlu disalahkan, karena semuanya pasti untuk kebaikan anaknya.

Selain kesepian, anak tunggal juga menjadi harapan satu-satunya bagi orang tua, sebisa mungkin jangan mengecewakan keduanya dan harus mampu berdiri di kaki sendiri. Sebab, jika mengecewakan keduanya bisa dibayangkan betapa hancur hatinya dan mereka tidak mempunyai pengharapan lain lagi.

Sesekali saya pernah berandai-andai mungkin akan lebih menyenangkan jika terlahir sebagai anak tengah, selain mempunyai sosok kakak yang bisa menjadi panutan, teman cerita ataupun sosok yang melindungi, dia juga mempunyai sosok adik yang bisa dia tuntun atau sekedar teman bercanda gurau, selain membayangkan menjadi anak tengah saya pun membayangkan menjadi anak terakhir, sepertinya akan jauh lebih menyenangkan sebab dia mempunyai banyak kakak yang bisa menjadi contoh untuk kedepannya dan suasana rumahpun akan lebih ramai dibanding saya sebagai anak tunggal yang hanya ada orang tua saja. Tapi sepertinya saya tidak akan sanggup membayangkan menjadi anak pertama yang mempunyai banyak adik sebab dia mempunyai tanggungjawab yang cukup besar dan sebisa mungkin harus mempunyai selalu memberi contoh yang terbaik untuk adik-adiknya. Betapa ramainya isi kepala saya dengan hal yang demikian, tapi saya percaya bahwa setiap anak mempunyai tanggungjawab masing-masing, baik itu anak tunggal, pertama, tengah atau terakhir.

Terlepas dari semua anggapan yang selalu dilabelkan kepada anak tunggal, seperti "anak tunggal mah enak, mau apapun pasti dikabulkan", "anak tunggal pasti dimanja". Dan masih banyak lagi, seolah-olah menjadi anak tunggal itu banyak enaknya. Padahal pada hakikatnya setiap anak berhak memiliki perhatian dari orang tuanya baik itu anak tunggal, pertama, kedua atau terakhir. Mungkin jika bisa diukur boleh jadi kadar perhatian orang tua yang hanya memiliki satu anak itu lebih banyak karena siapa lagi yang menjadi pusat perhatiannya selain anak semata wayangnya? Tapi bukan berarti "dimanja". Sesekali saya selalu memaklumi anggapan miring tentang anak tunggal bahkan saya selalu tersenyum jika mendengar hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai peran anak tunggal, namanya juga manusia selalu melihat manusia lain dari satu sisi saja.

Kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan dari keluarga seperti apa dan bagaimana, tapi alangkah baiknya kita selalu menjadi manusia yang senantiasa bersyukur dan memberikan manfaat untuk yang lain.

Terlahir sebagai anak tunggal bukanlah sebuah kesalahan atau hal yang perlu disesali, justru hal yang patut disyukuri sebab kita mampu menjadi orang yang mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, saya sangat bersyukur dibesarkan di keluarga yang memiliki peran yang cukup baik dalam membesarkan anaknya, bahkan mereka rela melakukan apapun demi kebahagiaan anaknya. Terlepas dari perempuan hebat yang melahirkan saya di sana ada sosok lelaki yang juga berperan penting yaitu ayahku yang rela bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga dan menjaga nama baik keluarga.

Pesan saya untuk anak tunggal di luar sana, jangan berkecil hati karena sesungguhnya kamu tidak sendiri. Cintai apa yang kamu miliki dan bersyukurlah karena takdir dari-Nya merupakan yang terbaik untukmu.

(Nida Siti Fatimah, Mahasiswi semester lima jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Sastra di Universitas Kebangsaan Republik Indonesia)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun