Mohon tunggu...
Nida Nur Hanifah
Nida Nur Hanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga - 21107030016

If Happy Ever After Did Exist

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Edukasi Mengulik Sejarah (Bagian Tiga), Kenangan di Pulo Kenanga

6 Juni 2022   20:10 Diperbarui: 6 Juni 2022   20:31 1898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana di dalam Istana Pulo Kenanga (dokpri.nida)

Taman Sari adalah wisata yang terkenal dengan sejarah budaya. Berbagai situs peninggalan sejarah dikelola dan terabadikan di atas lahan seluas 10 Hektar tersebut. Tentunya untuk menjelajahi Taman Sari memang membutuhkan waktu yang panjang dan menguras tenaga, tapi semua akan terbayar lunas oleh keindahan arsitektur dan kisah-kisah yang membuat pengunjung seakan menjelajahi masa lalu tersebut. 

Diantara kisah-kisah yang ada di setiap bangunan cagar budaya Taman Sari. Ada salah satu bagian situs Taman Sari yang mempunyai sejarah unik dan menarik untuk ditelisik. Tempat itu bernama Pulo Kenanga.Bagi kalian yang ingin berkunjung ke Pulo Kenanga, letaknya terletak di belakang Pasar Ngasem Yogyakarta. Tidak perlu masuk melalui pintu utama Taman Sari, situs Pulo Kenanga ini terletak persis di belakang Pasar Ngasem di Jalan Polowijan No.11, Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta.

Dari arah jalan puing bangunan Pulo Kenanga sangat jelas terlihat menjulang tinggi. Arsitekturnya bagaikan benteng raksasa yang sudah kecoklatan dimakan umur. Pada masanya bangunan ini merupakan bangunan yang amat megah lengkap dengan deretan jendela-jendela yang eksotis dan atap yang kokoh. Memasuki gerbang utama situs Pulo Kenanga, terlihat jelas reruntuhan bangunan yang merupakan akibat dari terjadinya gempa di Yogyakarta.

Pulo Kenanga adalah bangunan tertinggi di situs Taman Sari. Disebut pulo dalam bahasa jawa artinya pulau karena pada zaman dahulu seluruh bangunan yang kini menjadi pemukiman warga adalah danau buatan yang sangat luas dan keberadaan bangunan ini bagaikan bangunan yang terapung di tengah pulau. 

Maka wajar saja jika kini, kita mendapati Pulo Kenanga sebagai situs yang letaknya lebih tinggi dibandingkan bangunan lain. Kenanga sendiri adalah nama tanaman bunga yang dahulu kala tumbuh berderet di sekitar bangunan.

bagian depan Pulo Kenanga (sumber: Jogja Tour)
bagian depan Pulo Kenanga (sumber: Jogja Tour)

Istana ini juga dulunya dipergunakan sebagai benteng pertahanan, rekreasi dan pesanggrahan. Di dalam istana, terlihat atap yang sudah terbuka karena telah runtuh akibat bencana alam. Istana ini kini hanya tersisa dua lantai, sisanya hanya berupa puing-puing yang jatuh sehingga lantai dua tidak boleh dimasuki pengunjung. 

Dari dalam istana Pulo Kenanga kita dapat melihat Gunung Merapi di sebelah utara dan terlihat jelas pemandangan pemukiman masyarakat kota Yogyakarta, apalagi jika kita bisa naik ke lantai dua maka pemandangan sekitar akan lebih jelas terlihat. Tidak disangka dulunya, pemukiman seluas itu adalah danau buatan yang indah.

" Di atas lantai dua, hanya boleh naik sampai tangga itu karena bangunan rapuh jadi gak boleh sampe atas karena sudah bertahun-tahun takutnya ada guncangan dan runtuh ke bawah. Kemarin sempat ada yang jatuh karena ya mungkin sudah tua.." Ujar Pak Budi, salah satu Tour Guide.

Istana Pulo Kenanga yang kokoh ini terbuat dari batu-bata dan batu gamping yang dikirim langsung dari Kota Madiun dan Portugis. Banyak masyarakat dahulu juga dikerahkan sebagai tenaga kerja pembangunan Pulo Kenanga di atas danau ini. Istana ini terbagi menjadi dua bagian barat dan timur, masing-masing bagian memiliki fungsinya masing-masing dahulu kala untuk tempat peristirahatan raja dan keluarga raja. 

Di dalam istana dulunya terdapat meja makan besar yang digunakan para keluarga raja untuk makan. Terdapat juga puing-puing sisa kamar mandi lengkap dengan sumurnya, pemandian, dan dapur yang dahulu digunakan untuk tempat memasak.

Setiap situs bangunan Taman Sari terdapat sebuah tanda berbentuk patung buto atau raksasa yang disebut Kalamakara. Dahulu kala simbol ini diyakini sebagai alat untuk menolak bala dan bencana yang akan datang karena pada zaman dahulu masyarakat masih menganut kepercayaan animisme.

sisa reruntuhan Kalamakara (dokpri.nida)
sisa reruntuhan Kalamakara (dokpri.nida)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun