Mohon tunggu...
dr. Nicholas Wijayanto SpPD
dr. Nicholas Wijayanto SpPD Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Medical Doctor Internist

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Lika-liku Pendidikan Dokter Spesialis/PPDS/Residensi

9 September 2023   11:09 Diperbarui: 9 September 2023   11:15 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada tahap ini, tanggung jawab kita langsung pada supervisor konsultan di masing-masing divisi. Pada tahap ini kita akan belajar untuk berkonsultasi langsung dengan konsultan tentang masalah pada pasien yang kita hadapi, dan juga mulai melakukan pelayanan pada poliklinik masing-masing divisi tersebut. 

Semakin naik tahap, tentu tanggung jawab juga semakin besar, karena kita dianggap sudah berkompeten untuk melakukan pelayanan rawat jalan (tentu tetap dengan supervisi), melakukan visitasi pasien yang melakukan hemodialisa, pengawasi langsung pasien yang melakukan kemoterapi, melakukan tes alergi, dll. 

Pada tahap II ini, saya merasa beban pekerjaan sudah mulai berkurang, karena kita betul-betul fokus pada pelayanan pasien, yang artinya tidak terlalu dilibatkan dengan kegiatan-kegiatan lain seperti di tahap I. pada tahap II juga kita akan dipilih untuk menjadi PIC (person in charge) suatu kegiatan seminar. 

Saya yakin bahwa tanggung jawab ini akan membuat kita terbiasa dengan kegiatan berorganisasi dan belajar menjadi leader. Karena nanti saat bekerja sebagai dokter spesialis, kita pasti akan terlibat dengan berbagai kegiatan rumah sakit, seperti akreditasi, pengembangan, dll.

Setelah menjalani tahap I dan II selama total 3 tahun, residen berhak naik ke tahap III atau yang disebut chief residen (paling senior). Pada saat chief, kita dianggap sudah dapat melakukan pelayanan dengan mandiri. 

Chief residen juga akan melakukan ujian nasional kompetensi pada tahap ini. Untuk beban pekerjaan terasa jauh lebih ringan, namun chief memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan junior dan pelayanan pada pasien lebih tinggi. Jadi kalau junior melakukan kesalahan, ujung-ujungnya chief yang akan menanggung kesalahan junior tersebut. 


Momen ujian kompetensi merupakan tembok besar yang akan dilalui pada saat residensi. Saya dan teman-teman melakukan persiapan kurang lebih 6 bulan untuk ujian ini (terdiri dari CBT dan OSCE). 

Persiapan dilakukan sembari tetap melakukan tanggung jawab pada pasien, jadi kadang terpecah konsentrasinya. Selain ujian kompetensi, chief juga harus melakukan ujian tesis. 

Jadi ada 3 tanggung jawab penting pada tahap III ini (pelayanan pasien, ujian nasional dan ujian tesis). Setelah melewati ketiganya, maka akhirnya kita diberikan gelar dokter spesialis penyakit dalam.

Kira-kira seperti itu lika-liku sebagai residen. Memang ini versi singkat saja, tidak bisa menuangkan semua momen pada saat residensi. Nah, berkaitan dengan pembulian, saya rasa itu kembali ke masing-masing ya. 

Kalau saya, selalu merasa bahwa itu adalah tahap pembelajaran dan selalu merasa saya adalah murid yang perlu dibimbing. Kalau memang sering dimarahi, saya rasa kita harus mawas diri, mungkin memang kita perlu banyak perbaikan diri. Secara logika, kalau tidak salah, pasti tidak akan kena marah (ya kan?!). Hanya masalah perspektif saja.

Demikian yang dapat saya ceritakan, nantikan tulisan saya berikutnya.
Salam sehat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun