Mohon tunggu...
Nikodemus Niko
Nikodemus Niko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti

Saya hanya seorang penulis lepas, hidup di jalanan berbatu dan mati di atas rindu yang berserak.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Melulu Berfokus pada Dirinya Sendiri, Kapan Manusia Mempertimbangkan Etika Lingkungan?

6 Juni 2018   01:20 Diperbarui: 6 Juni 2018   11:13 2695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua, berkaitan dengan penjelasan pendekatan sistem dalam kaitannya dengan lingkungan, bisa dinyatakan bahwa kerusakan lingkungan tidak lepas dari pola struktur sosial dan sistem sosial dimana terbentuk dari individu atau kelompok yang berinteraksi. Dalam hal ini adalah bahwa realitas sosial dengan realitas ekologis jelas saling berhubungan. 

Pendekatan sistem ini berkaitan dengan beberapa aspek penting yang merupakan aspek pendekatan dalam penyelamatan lingkungan, yakni; agama, hukum, politik, pendidikan, ekonomi.

Dari aspek agama, sudah semestinya kajian-kajian ekologi dari perspektif teologi lingkungan dibahas oleh organisasi besar sosial dan keagamaan. Mimbar-mimbar keagamaan sudah semestinya tidak dijadikan kaku, isu lingkungan patut menjadi perhatian serius kita sebagai manusia di bumi ini. Bahwasannya kecintaan kita atas lingkungan gidup di bumi ini menjadi syarat bagi kita agar disayang oleh makhluk-mahkluk di langit, seperti malaikat bahkan Tuhan.

Aspek hukum yang membangun ide dan kesadaran penyelamatan lingkungan. Sesungguhnya sudah terdapat UU yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan ataupun penyelamatan hutan. 

Namun, arah kebijakan pengelolaan kehutanan dan juga misi penyelamatan lingkungan masih tidak terlalu kelihatan, ketimbang dengan pemberian izin konsesi dan eksploitasi lahan dan hutan untuk dijadikan perkebunan dan lainnya.

Aspek politik masih jarang dijadikan bahan pertimbangan dalam misi penyelamatan lingkungan. Kita masih belum berani menegaskan "memilih pemimpin yang mampu menyelamatkan lingkungan" atau "memilih pemimpin yang peduli lingkungan", nyatanya sangat mudah kita jumpai pemikiran "memilih pemimpin berdasarkan SARA", bukan misi nya terhadap keberlanjutan dan keselamatan lingkungan.

Kita belum berani tegas bahwa persoalan lingkungan merupakan persoalan politik. Sudah banyak bukti nyata lingkungan yang menjadi korban "perselingkuhan politik" saat pilkada.

Aspek pendidikan meski bersifat tidak langsung, produk pendidikan kita memengaruhi hitam putihnya lingkungan sebab proses pendidikan sangat menentukan watak manusia. 

Apakah pendidikan kemudian mengajarkan kita mewariskan budi pekerti (etika) lingkungan, atau sebaliknya mengejar kesuksesan materiil dengan mengorbankan lingkungan. Menata ulang pondasi pendidikan kita di tingkat paling dasar dengan basis kepentingan dan misi penyelamatan lingkungan semestinya menjadi agenda yang tidak dapat ditawar.

Aspek ekonomi, khususnya pada rancangan pembangunan ekonomi terlibat dalam rusaknya lingkungan di sekitar kita. Sebab target keberhasilan pembangunan demi mendapatkan income yang sangat besar, sudah jelas mengorbankan lingkungan.

Arti lain bahwa daerah-daerah kita yang memiliki kekayaan sumber daya alam kemudian dieksploitasi besar-besaran demi mewujudkannya dalam bentuk kekayaan materiil. Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan harus mengorbankan segala sumber daya yang ada demi mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun