Mohon tunggu...
NICKEN LARASATI
NICKEN LARASATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Surabaya

Kesehatan mental, sosial, pribadi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Psikologis pada Generasi Fatherless

27 Oktober 2022   19:48 Diperbarui: 27 Oktober 2022   19:55 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa sih fatherless itu?

Fatherless atau yang biasa dikenal juga dengan sebutan father hunger dapat dikatakan sebagai ketiadaan peran seorang ayah bagi seorang anak baik secara fisik maupun psikologis. Fatherless diakibatkan oleh kematian ayah, perceraian, atau bahkan ketidakhadiran figur sosok ayah dalam mendidik anak. Bukan hanya fisik yang dinilai sebagai aspek kehadiran, namun ketidakikutsertaan membangun dan mendidik karakter anak juga dianggap sebagai absen yang berpengaruh pada perkembangan psikis anak. Hal ini sering kali diabaikan karena masyarakat menilai bahwa kewajiban seorang ayah hanyalah sebagai pencari nafkah dan seseorang yang memenuhi kebutuhan secara material saja. Sehingga seorang ayah sudah dianggap memenuhi kewajibannya apabila ia telah mencukupi kebutuhan material anaknya. Padahal, seorang ayah juga berkewajiban untuk memberikan dan menunjukkan dorongan secara psikologis kepada anak.

Pada kenyataannya, ketiadaan peran ayah sangatlah berpengaruh pada perkembangan psikologis seorang anak. Perkembangan psikologis memanglah tidak dapat dilihat secara gamblang seperti halnya dengan perkembangan fisik. Perlu adanya perhatian untuk dapat menilai dan mengamati perkembangan psikologis. Namun tanpa disadari, fatherless memberi pengaruh yang sangat besar dalam tumbuh kembang seseorang di dalam hal psikologis.

Apa saja sih dampak fatherless pada perkembangan psikologis seseorang?

Dampak psikologis yang muncul akibat fatherless dapat bermacam-macam. Walaupun tak semua anak yang tidak mendapat figur sosok ayah dalam hidupnya mengalami gangguan atau hambatan pada perkembangan psikologisnya, namun permasalahan ini tak dapat diacuhkan begitu saja. Meskipun terkadang sosok ayah dapat digantikan oleh figur lain seperti Ibu, Kakek, atau bahkan Ayah tiri, ketiadaan figur ayah kandung tetaplah memengaruhi psikis seseorang.

Berikut dampak perkembangan psikologis yang dialami oleh generasi fatherless :

1. Self-Esteem

Anak-anak fatherless biasanya memiliki harga diri yang rendah.  Seorang anak yang tumbuh tanpa dampingan seorang ayah akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah. Ini diakibatkan oleh kurangnya apresiasi atau pengakuan terhadap apa yang telah dicapainya dari seorang ayah. Motivasi serta apresiasi dari kedua orang tua secara lengkap membantu membentuk karakter anak menjadi percaya diri. Sehingga apabila hal itu tidak didapatkan dari salah satu atau bahkan kedua orang tua, dapat membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang kurang percaya diri dan harga diri yang rendah. Anak akan selalu merasa dirinya kurang dan tidak memiliki kemampuan dan memicu seorang anak menarik diri dari lingkungannya. Perasaan seperti ini membuat anak menjadi pribadi yang tertutup terhadap lingkungan dan pembaruan karena pemikiran akan dirinya sendiri yang dianggap tak mampu melakukan suatu hal dengan baik. Self-Esteem yang rendah memengaruhi beberapa aspek seperti fisik, kemampuan, akademik, serta beberapa aspek perkembangan lainnya.

2. Sulit menjalin hubungan

Seorang fatherless akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki krisis kepercayaan yang tinggi. Akibat dari krisis kepercayaan yang tinggi atau sering kita kenal sebagai trust issue ini memengaruhi hubungan seseorang dengan individu lain. Seorang fatherless akan sulit untuk memulai suatu hubungan yang langgeng dan intim. Hal ini disebabkan oleh perasaan takut yang tinggi akan ditinggalkan dan membuat mereka merasa tidak layak untuk menjalin sebuah hubungan. Mereka merasa takut untuk terluka apabila menjalin suatu hubungan sehingga kebanyakan dari mereka memilih untuk tidak menjalin atau berada dalam suatu hubungan. 

Trauma dari masa lalu yang masih dibawa oleh alam bawah sadar, memengaruhi cara berpikir mereka sehingga membuat mereka memilih untuk tidak mengambil risiko dan menjauhi hubungan yang serius dan dalam waktu yang lama. Meskipun terkadang hal ini dielak namun kondisi fatherless memengaruhi alam bawah sadar mereka yang menciptakan naluri untuk melindungi diri dari perasaan kecewa ditinggalkan dengan menghindari suatu hubungan dan menimbulkan mindset yang buruk dalam memandang suatu hubungan akibat perasaan takut dan krisis kepercayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun